AISHAKAR [17]

1.2K 89 7
                                    

HAPPY READING

"Kenapa?" tanya Quella bingung dengan tatapan para pemuda yang mengarah padanya.

"Aduh neng, jangan duduk situ," seru Rio merasa tak enak dengan gadis itu. Ia takut terjadi apa-apa karena dengan beraninya duduk di kursi yang memang sudah khusus untuk orang tersebut.

"Bener neng, mending eneng duduk di mari," sambung Nevan yang ikutan merasa kasihan dan berniat memberikan kursinya.

"Eneng masih sayang nyawa kan? Kalau sayang mending pindah neng daripada di situ," pesan Naka yang tertuju tentunya untuk Quella.

Sedangkan Quella masih menatap mereka dengan pandangan bingung, ia tidak tau harus berbuat apa. Ia tidak mengerti dengan ucapan mereka, di satu sisi ia disuruh duduk dan di sisi lain ia jangan duduk jadi hal apa yang harus ia lakukan.

Varel, Tenggara dan Arsen hanya diam menyimak. Mereka berpikir pasti ada alasannya mengapa Athalariq tidak melakukan apa-apa saat gadis itu duduk disana dan mereka merasa familiar dengan wajah gadis yang di bawa Athalariq.

"Tha! Bantu bilangin dong, bisa berabe ntar." Athalariq yang di panggil hanya bergeming di tempat bahkan ia tidak menimbulkan suara.

Ketiganya Rio, Nevan dan Naka menjadi frustasi sebab, gadis yang sedari tadi di bujuk tidak mau beranjak dari tempatnya. Ingin melakukan tindakan kasar tapi, gadis itu di bawa sama Athalariq mereka takut menyinggung Athalariq yang diam-diam mematikan itu.

Sibuk dengan perdebatan mereka, hingga sebuah langkah kaki yang begitu berat terdengar jelas di Indra pendengaran mereka. Tentu saja semua orang langsung mengalihkan perhatian mereka ke sumber suara.

"Aduh mampus."

"Mati kita."

"Gimana nih!!"

Aishakar yang baru saja selesai dengan kerja kantor nya berniat turun kebawah untuk membahas agenda mereka pada malam ini. Tapi, sampingnya di bawah pandangannya teralihkan karena kehadiran sosok gadis di antara mereka.

"Siapa yang bawa dia?" tanya Aishakar dengan suara rendah saat sudah berada di dekat delapan orang itu.

Sedangkan mereka yang mendengar suara beserta aurah mengerikan yang di keluarkan menjadi diam membisu. Dapat mereka lihat sorot mata amber yang terus tertuju ke satu orang dengan pandangan yang tidak suka.

Apa kan gue bilang, bisa berabe batin Rio, Nevan dan Naka yang sudah menduga suasananya.

"Gue," jawab Athalariq yang langsung bangkit dari duduknya berdiri di depan Quella, tubuhnya ia gunakan jadi temeng untuk gadis yang sialnya adalah keponakannya.

"Brengsek Lo!!" teriak Aishakar yang langsung memberikan satu pukulan ke wajah Athalariq.

BUGH

"Aakhh!!" teriak Quella yang kaget dengan tindakan Aishakar begitu juga lainnya yang terkejut dengan tindakan dua orang yang di segani itu.

"Lo yang brengsek!!" teriak Athalariq yang langsung membalas pukulan Aishakar tapi, dengan lihainya Aishakar dapat menghindari pukulan tersebut.

Suasana betul-betul mencekam akibat dua orang tersebut. Apa, apa yang harus mereka lakukan? Mereka tidak berani menyentuh keduanya yang saat ini tengah tersulut emosi. Bisa-bisa nanti suasana nya bertambah kacau.

Quella sendiri benar-benar tidak mengerti dengan keadaan saat ini tapi ia merasa harus menghentikannya kalau tidak itu akan memperburuk keadaan.

"CUKUP!!" teriak Quella dengan lantang saat melihat Aishakar yang ingin kembali memukul Athalariq.

AISHAKAR : [Transmigrasi Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang