1. Istri Yang Tak Diinginkan

33 2 0
                                    

Bersamamu adalah impianku, tetapi Bersamaku adalah mimpi buruk untukmu.


~Nafisha~


Seorang wanita muda terus menatap jarum jam yang terus berdetak. Malam semakin larut, namun tak juga ada tanda-tanda suaminya akan pulang. Khawatir? Tentu. Istri mana yang biasa-biasa saja saat sang suami belum juga sampai di rumah padahal jam pulang kerja telah usai beberapa jam yang lalu.

Nafisha, wanita muda berjilbab lebar itu merafalkan doa kepada Sang Khalik meminta keselamatan untuk sang suami. Tak hanya itu, Nafisha juga beberapa kali mencoba menelpon nomor suaminya, namun tetap tak ada jawaban.

[Mas, kamu dimana?]

[Kok, tumben belum pulang?]

Rentetan pesan yang dikirimkan Nafisha pada sang suami juga tak mendapatkan respon apapun. Ceklis dua, namun tak kunjung dibaca oleh sang pemilik ponsel yang entah sedang berada dimana. Sungguh Nafisha sangat khawatir karena biasanya sang suami akan pulang tepat waktu. Tidak pernah suaminya pulang selarut ini kecuali lembur dan itupun akan mengabarinya dengan pesan singkat dan terkadang acuh. Namun, kali ini suaminya benar-benar tak memberikan pesan apapun hingga membuatnya dilanda kekhawatiran. Ingin mencari keluar Nafisha tak tau harus mencari suaminya kemana malam-malam begini apalagi dalam keadaan berbadan dua.

Drt ... drt ...

Suara pesan masuk membuyarkan lamunan Nafisha mengikis sedikit khewatiran. Berharap pesan itu dikimkan sang suami memberi kabar. Dan benar saja pesan itu dikirmkan oleh sang suami.

[Aku di rumah Mutia. Kamu gak perlu menungguku seperti biasanya aku gak pulang malam ini.]

Belati tajam menghus dalam hati Nafisha. Ada luka yang teramat sakit yang tak dapat diungkapkan. Mata bening Nafisha berembun. Bulir-bulir bening kristal berjatuhan dari kedua kelopak matanya menganak sungai. Belum cukupkah tali takdir yang menjeratnya membawa pada pernikahan yang tak pernah diinginkan oleh sang suami. Kini, kembali datang badai yang tak pernah diinginkan Nafisha. Bagai yang memang sudah Nafisha perkirakan akan datang memporak-porandakan rumah tangganya yang dibangun tanpa pondasi bernama cinta.

[Mas, bolehkah Nafisha meminta Mas untuk pulang malam ini?]

[Maaf gak bisa Fisha. Saya harus menemani Mutia.]

Nafisha beristigfar. Pikiran buruk mulai berkecambuk dalam benaknya. Suaminya, pria yang dicintainya sedang berduaan dengan wanita lain yang bukan mahromnya. Satu hal yang kini dikhawatirkan Nafisha, ia takut suaminya berbuat dosa diluaran sana. Apalagi wanita bernama Mutia itu sudah sejak lama menjadi penghuni hati sang suami. Mengalahkannya yang sudah sah bergelar seorang istri dari Rendra Muhammad  Ramadan.

"Dek, Ayah gak pulang malam ini kita tidur berdua ya, Nak," ucapnya mengelus permukaan perut buncitnya dimana malaikat kecil itu bersemayam.

Malaikat kecil yang seharusnya menjadi perekat rumah tangga antara sepasang suami istri. Namun, justru kehadiran malaikat kecil dalam rahim Nafisha menjadi boomerang dalam kehidupan rumah tangganya. Bagaimana tidak Rendra sang suami sama sekali tak mengingkan kehamilan Nafisha. Ternyata bukan hanya dirinya yang tak diinginkan oleh sang suami, namun buah hatinya yang tak berdosa pun juga tak diinginkan. Ingin Nafisha memprotes pada Rendra menyuarakan keadilan untuk sang anak agar memberikan sedikit cintanya untuk anak yang ada dalam kandungannya. Tak apa dirinya tak mendapatkan cinta asalkan sang anak dapat merasakan cinta Rendra sebagai ayahnya.

"Wahai, zat yang maha membolak balikan hati manusia semoga suatu saat nanti Mas Rendra dapat mencintai anak dalam kandunganku."

Mohon kritik dan saran agar kedepannya tulisanku menjadi lebih baik lagi. Terima kasih.

Jakarta, 29 Januari 2024

ISTRI CACAT PILIHAN IBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang