17. Malam Yang Kacau

32 9 54
                                    

Anzilla pun pasrah saja ketika khalifah membawanya masuk lebih dalam ke Baitul Hikmah. Hingga mereka sampai di sebuah ruangan tersembunyi yang dijaga dua orang tinggi besar. Melihat kedatangan khalifah dan permaisuri, dua penjaga itu langsung memberi salam hormat.

"Buka pintunya," perintah khalifah.

Lalu dua penjaga itu pun langsung membuka pintu berukuran besar dengan ukiran kaligrafi arab di bagian depannya. Ratusan anak tangga terlihat melingkar ke bawah.

Sepanjang menuruni tangga, khalifah tak melepaskan genggaman tangannya pada permaisuri. Hingga setelah melewati tangga-tangga itu, Anzilla bisa melihat sebuah ruangan yang cukup besar dan tersembunyi. Ada beberapa orang yang Anzilla yakini bahwa mereka adalah seorang ilmuan. Mulut Anzilla ternganga saat matanya menangkap sebuah benda persegi panjang sebesar pintu. Meski masih belum sempurna pengerjaannya, dia tahu bahwa benda itu adalah jam yang akan dihadiahkan pada Karel Agung. Wanita itu tersenyum senang karena akhirnya bisa menemukan jam yang dicarinya selama ini.

"Ini ...." gumam Anzilla tak bisa berkata-kata. Dia berjalan mendekat ke arah jam dari kuningan itu. Para ilmuan yang melihatnya memberi salam hormat.

"Ya, ini jam yang ingin sekali kau lihat, permaisuri, bagaimana menurutmu?" tanya khalifah antusias.

"Ini hebat sekali, Yang Mulia, bagaimana kau tahu cara membuat benda ini? Di Eropa saja mereka belum bisa membuat jam seperti ini." Anzilla bicara jujur dan apa adanya, dia tidak sedang mencoba menjilat khalifah. Meski tak semewah jam di masa depan, jam yang akan dibuat khalifah benar-benar moderen untuk ukuran abad ke delapan. Pantas saja dalam sebuah catatan jam ini digambarkan sebagai hal yang ajaib. Sebab mungkin benda ini adalah alat penunjuk waktu pertama yang dibuat oleh manusia dengan teknik mesin yang rumit.

Mendengar pujin istrinya, khalifah pun tersenyum, lalu beliau mengambil sebuah gulungan besar di atas meja samping kanannya. "Lihatlah, jam ini akan terlihat sangat hebat jika sudah selesai masa pengerjaannya," ujar khalifah sambil membuka gulungan besar itu dan menunjukannya pada permaisuri.

Dari gambar tersebut Anzilla bisa melihat keseluruhan rancangan dari jam.

"Jam ini akan menjadi sebuah alat mekanis yang luar biasa, di mana arah dua belas jam bergerak sesuai dengan jam air, bola-bola kecil yang banyak, jatuh pada jam dan melalui kecelakaannya membuat cincin simbol di bawahnya. Pada jam ini juga ada dua belas penunggang kuda yang pada akhir setiap jam melangkah keluar dari dua belas jendela, menutup jendela yang sebelumnya terbuka dengan gerakan mereka. Akan ada banyak hal lain di jam ini yang terlalu banyak untuk dijelaskan sekarang. Jadi, tunggulah dengan sabar sampai jam ini selesai dibuat," khalifah menerangkan dengan detail seluruh bagian dalam gambar itu, lalu menatap permaisuri dengan bangga. Senyum khalifah menular pada Anzilla yang tanpa sadar juga membalasnya.

Namun, jika dipikir-pikir, dalam sebuah catatan, jam ini baru dihadiahkan pada Karel Agung sekitar tahun 807, apa itu berarti Anzilla harus menunggu selama itu untuk bisa kembali ke abad 21? Memikirkan kemungkinan itu, Anzilla pun akhirnya bertanya.

"Tapi, Yang Mulia, kira-kira butuh waktu berapa lama untuk mengerjakan jam ini? Maksudku ... semua pengerjaan rumit ini pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar."

"Mungkin butuh waktu sekitar satu sampai dua tahun, Permaisuriku."

Mendengar jawaban itu, Anzilla sedikit kaget, karena itu berarti dia akan lama berada di tempat ini. Anzilla tiba-tiba merasa sedikit khawatir, kalau-kalau dia tak bisa pulang.  Meski begitu dia berusaha tetap memasang sikap tenang dan hanya menanggapi jawaban khalifah dengan anggukan paham.

Anzilla dan Sang KhalifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang