SEBUAH DOSA [Bab 1]

33 2 0
                                    

Note :
Author menulis kisah ini karena sebuah mimpi, iya cuma halu doang. Ga ada niatan menjelekkan suatu agama ok? Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau apapun.. ga usah baper, makasi beb 💕

Jawa Tengah, September 2021

Pesantren Nuril Huda, pesantren terbaik di kota X yang memiliki bangunan megah dan para santri lulusan terbaik. Semua santri di pandang sama, entah kaya atau miskin, entah orang baik atau mantan napi, seperti apapun dirimu.. pesantren ini menerima kamu. Sudah 50 tahun lamanya pesantren ini berdiri, kini sudah beralih kepemimpinan di tangan Abah Hasan. Seorang kiyai penghafal Al-Qur'an dan berkepribadian tegas serta disiplin, dia di bantu sang istri yang kerap di panggil Umi Zulaikah dan putra tunggal mereka yang bernama Gus Fahmi.

Paras tampan dan badan gagah pria perjaka 21 tahun itu mampu menawan siapapun yang memandangnya, wajah khas timur tengah dengan kulit eksotis orang indonesia dan mata setajam elang dengan netra coklat mampu memanah setiap gadis yang melihatnya, tutur kata Fahmi yang halus dan sopan namun dengan suara yang berat membuat sensasi tersendiri bagi telinga yang mendengar setiap ucapannya. Fahmi di persiapkan dengan sangat baik oleh sang abi untuk menjadi pemimpin selanjutnya bahkan dia sudah 13 tahun belajar di Makkah untuk memperdalam ilmu Agamanya.

Hari ini adalah hari dia pulang ke Tanah Air, Umi dan Abi nya menyiapkan penyambutan yang luar biasa meriah dengan musik albanjari dan serangkaian acara, ada juga pengajian yang mengundang Ustad kondang bahkan habib habib yang sering seliweran di TV pun datang. Gus Fahmi kini tengah duduk di dalam mobil hitam sedan di bangku penumpang, dia memakai baju koko putih dan sorban putih, logatnya bercampur arab saat dia berusaha bicara bahasa Indonesia, terasa canggung bahkan sang sopir menahan tawa.

"Kita sudah sampai mas, sebentar.. saya buka kan pintunya"

sang sopir turun dan membuka kan pintu untuk Fahmi, segera musik albanjari terdengar merdu di telinga, saat kaki Fahmi melangkah keluar sudah di sediakan karpet merah untuk menyambutnya. "Oh putraku..." ucap sang Abi sembari merentangkan tangan menyambut sang anak, Fahmi membalas pelukan sang Abi lalu berbisik. "Assalamualaikum Abi.. Umi.." suara Fahmi membuat sang umi menangis bahagia, sudah lama sekali dia tak mendengar suara sang putra memanggilnya penuh kasih seperti ini. "Bagaimana perjalan kamu, nak?" Tanya sang Umi sambil membelai pipi kanan Fahmi, Fahmi mengecup telapak tangan sang Umi dengan lembut. "Alhamdulillah.. semua lancar"

Setelah saling melepas rindu, acara sesungguhnya di helat begitu indah dan meriah. Malam menjelang, tepat jam dua belas malam ketika kembang api dilepaskan ke langit langit malam yang cerah tanpa awan, di lain tempat polisi sedang sibuk mengejar sekelompok bandar narkoba. Seorang pemuda berlarian di gang kumuh dan berusaha mengecoh petugas serta menggendong sebuah tas penuh uang. "Fuck! Masa iya gue ketangkep?! Ah bodo amat! Minggir lo pada!" Beberapa timah panas diluncurkan keudara seiring dengan suara kembang api yang menghiasi langit malam, "berhenti di tempat atau kamu saya tembak!!" Baiklah, pria itu terpojok. Tiga orang polisi mengepungnya dan sebuah dinding tinggi menghalangi pelariannya, hari itu berbeda dengan Fahmi.. nasib Yudha berakhir di sel dingin penjara.

"Kali ini kasus apa?" Tanya sang pengacara, pria tua itu menatap jengah kearah Yudha yang asik nyebat tanpa takut apapun dengan kaki diangkat di atas meja. "Narkoba" jawab Yudha kelewat singkat sambil mengganti saluran TV di ruang interogasi seolah itu rumahnya sendiri. "Kamu ga punya rasa kapok ya Yud? Sudah 2 kali kamu masuk penjara karena masalah narkoba, papa kamu saja sudah nyerah soal kamu. Malah paman yang di titipi sama mama mu" mendengar ucapan pria paruhbaya bernama Santoso itu membuat kening Yudha berkerut, dia spontan menurunkan kakinya dari meja dan menekan putung rokok yang masih menyala di atas meja hingga padam lalu menatap tajam Santoso. "Ngomong lagi dong pak, lo belom pernah ngerasain bogeman gue kan ya?" Mendengar sang keponakan yang naik pitam membuat nyali Santoso menciut, dia lantas menggeleng "kalem.. kalem.. nanti paman urus masalah kamu, tapi soal papa mu.. paman angkat tangan" Santoso menutup map berkasnya lalu pergi keluar dari ruangan interogasi itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEBUAH DOSA [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang