16. Pengakuan

515 39 1
                                    

Aran hanya mampu menatap kosong pada pergelangan tangannya yang masih senang tiasa di genggam erat oleh Ken. Langkah menuntut itu membawanya ke tempat yang sama saat Ken membuatnya berada di ambang kematian.

Rasa takut yang semakin besar dalam dirinya, membuat tubuh kecil itu mulai bergetar gelisah.

*Ceklek

Pintu gudang di kunci rapat oleh Ken.

Menyadari raut wajah yang tak teratur di depannya, Ken segera meraih tangan kecil yang masih bergetar itu. Ken menatap pada netra coklat pekat itu dengan penuh kelembutan membuat yang di tatap merasa lebih tenang.

"Gak papa" ujar Ken lembut.

"Hiks" isakan kecil terdengar dari bilah bibir milik Aran membuat Ken sontak membawa tubuh kecil itu dalam dekapannya.

"Tak apa, aku tak akan menyakitimu" ujarnya menenangkan si kecil.

Arah tak tahu apa yang terjadi saat ini. Dirinya hanya menerima dengan baik segala perlakuan Ken padanya. Dia sadar bahwa Ken mencoba menenangkannya dengan tulus, tak ada dendam dan paksaan di sana.

Setelah merasa si kecil dalam dekapannya mulai membaik, Ken melepas pelukan itu dan menatap wajah Aran yang entah mengapa terlihat imut dimatanya.

"Tenanglah aku hanya berusaha membantu mu" ujar Ken.

"Kau tahu sendiri seperti apa Zikri dan jujur saja aku tidak suka saat orang-orang terdekat ku disakiti, termasuk Zikri dan...."

"Kamu"

Aran berusaha mencerna maksud dari ucapan Ken tapi begitu sulit baginya untuk menangkap arti sebenarnya dari ucapan itu.

Merasa Aran tak menanggapi ucapannya, Ken kembali berujar.

"Kamu sama seperti Zikri. Zikri adalah sahabat pertama ku sementara kamu.... Kamu adalah cinta pertama ku"

Arab menatap tak percaya pada Ken. Lelucon apa yang di lontarkan pada situasi seperti ini?!

Sepertinya Ken benar-benar kerasukan hantu yang tidak hanya baik hati tapi juga pelawak!

"Gak usah berjanda deh tan!" Gertak Aran mulai kesal dengan setan didepannya ini.

"Aku tidak sedang kerasukan!" Balas Ken frustasi.

"Te-terus?" Tanya Aran gugup.

"Apa masih kurang jelas? Aku mencintaimu! Men.cin.ta.i.mu" ujar Ken dengan menekan setiap ejaan.

Lagi-lagi Aran terdiam kaku. Apa yang Ken ucapkan terdengar seperti sesuatu yang tak meragukan. Tak ada candaan bahkan kebohongan di antar kata tersebut. Hal ini benar-benar membuat Aran pusing!

"Tapi kenapa?" Tanya Aran dengan suara paruh nan kecil.

"Kau sungguh tak mengingat ku?" Aran menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Ken barusan.

"Ini aku, anak kecil berbadan gemuk yang kamu selamatkan dari maut"

Memori masa lalu Aran kembali berputar, membawanya pada kejadian kelam yang menjadi trauma terdalamnya. Tapi ada secuil cahaya kebahagiaan yang melintas diantara kelamnya dunia hari itu. Kebahagiaan sesaat yang ia cari-cari sedari dulu.


••
•••

Langkah kaki kecil yang terus berlari di atas panasnya tanah berkelir siang hari, tak membuat sang empunya berhenti. Nafasnya mulai tak beraturan karena berlari dari kejaran pria dewasa yang telah membuat batin dan raganya rusak.

"Berhenti anak sialan!" Teriak pria itu.

"Tuhan tolong bantu Aran hiks..." Batin si kecil.

Bocah kecil itu adalah Aran yang saat itu baru saja berumur 8 tahun.

Not BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang