(21+) Bagian 18

128K 2.2K 50
                                    

Happy Reading!

Plok

Plok

Plok

"Ahh ahh tuannn ahh"

Sudah dua jam lamanya, kamar bernuansa gelap itu hanya diisi oleh suara desahan dan kecipak percintaan.

Siwanita sudah terlihat lelah dengan mata sayu sedang sipria masih semangat menggerakkan pinggangnya.

Revin mengangkat kedua kaki Elia dan meletakkan di pundaknya. Setelah itu tusukannya berubah semakin cepat, miliknya kembali berkedut tanda bahwa ia akan kembali mencapai pelepasan.

Plok

Plok

Plok

"Hak pelann-pelann ahh ahhh" Elia berusaha memberontak namun sia-sia saja. Kakinya ditahan dan lubangnya terus digempur meskipun ia sudah meminta untuk berhenti.

Revin menunduk mengecup perut Elia lalu naik ke area yang paling ia sukai, yaitu dua gumpalan daging milik istrinya yang semakin padat setelah kehamilannya.

"Arghh tuaann jangann ahh nyeriii ahhh ahh"jerit Elia kesetanan. Miliknya sangat sensetif belakangan ini dan tuan Revin malah melumat dan menggigitnya.

Elia sudah berusaha menjauhkan kepala tuan Revin namun tidak berhasil. Akhirnya ia hanya bisa meremas dan mencakar rambut ataupun punggung pria itu.

"Ughhh hakk ahhh ahhh tuannn"Desah Elia keras saat milik tuan Revin menggembung di dalam tubuhnya.

"enghh Eliaaa"geram Revin sembari bergerak semakin kasar. Ia akan keluar, mungkin sebentar lagi.

Plok

Plok

Plok

"Ahh tuann sakitt ahh berhentiiiiiii"Desah Elia dengan tubuh yang mengejang dan mata yang memutih.

Plok

Plok

Plok

Tiga hujaman keras terakhir yang Revin berikan sukses membuat tubuh mereka bergetar bersamaan.

"Arghhhhhhh tuannnnnn"jerit Elia keras dengan mulut terbuka dan tangan yang mencengkram kuat punggung pria yang menindihnya.

"Ahhh"Revin segera menarik diri dan berbaring di samping istrinya. Sedang Elia terlihat kembali mengejang hingga kembali mengeluarkan banyak cairan.

"Ahh ahhh tuann ahh jangann ahh"Desah Elia keras saat ia mulai tenang tapi dua jari tuan Revin kembali memasuki bagian bawahnya dan bermain di dalam sana.

Revin menyeringai melihat reaksi Elia. Wanita itu kini kembali mendesah dengan wajah penuh keringat.

"Ughh tuann keluarrrr ahh keluarrkannn ahhh tolongg ahhh"Jerit Elia dengan tubuh yang kembali mengejang dan cairan yang cukup banyak kembali keluar.

"Hahh hahh hahh"Elia langsung mengatur napasnya sedang Revin terlihat membawa dua jarinya yang dipenuhi cairan Elia ke dalam mulutnya.

Elia yang melihat itu tidak kuasa untuk menahan rasa mualnya.

"Hueekk huekk"

Akhirnya setelah percintaan itu, Revin terpaksa mengajak Elia tidur di ruang tamu karena tempat tidur telah dipenuhi muntahan Elia bercampur dengan cairan percintaan mereka. Mungkin Revin akan mempertimbangkan untuk menjadikan beberapa ruangan lain di apartemannya sebagai kamar.

Elia kini sedang berbaring di kasur tipis yang digelar di ruang tamu. Sungguh ia mungkin akan kembali muntah jika kembali ke kamar.

Sejak tadi, Elia terus mengusap perutnya. Entah kenapa tapi Elia merasa perutnya tidak nyaman. Memang tidak sakit tapi ada sesuatu yang membuat perutnya tidak seperti biasanya.

"Em.. Hahh huuuh"Elia mencoba mengatur napasnya untuk mengurangi rasa tak nyaman di perutnya.

Tiba-tiba saja Elia mulai menangis. Bukannya baik-baik saja, perutnya menjadi semakin tidak nyaman. Dan hari ini tuan Revin juga melanggar perkataannya sendiri.

"hiks"

Elia takut, tuan Revin akan sering melakukan itu. Meskipun mereka sudah sah tapi bukankah tuan Revin bilang ini bukan pernikahan yang sebenarnya. Katanya mereka akan bercerai.

"hiks tuan Revin jahat sekali." isak Elia gusar lalu terus mengusap perutnya.

Sedang Revin yang sudah terlihat segar kini tengah berada di dapur. Melanjutkan memasak nasi goreng yang tadi sudah ia siapkan bahan-bahannya.

Setelah selesai dengan nasi goreng, Revin bergegas membuat susu untuk Elia dan segelas kopi untuk dirinya sendiri.

"Tuann hiks"

Revin mengernyit, sepertinya ia mendengar suara Elia.

"Tuann"

Revin langsung meninggalkan apa yang ia lakukan dan bergegas menuju ruang tamu.

"Ada apa?"tanya Revin dan yang pertama ia lihat adalah wajah istrinya yang sudah dipenuhi air mata.

"Sakit hiks" isak Elia membuat Revin segera duduk di samping istrinya.

"Apanya yang sakit?"tanya Revin khawatir.

Elia menarik lengan tuan Revin ke perutnya.

"Sakit, tuan."

Revin langsung mengusap-usap perut Elia lembut."Tidak papa. Jangan menangis."ucap Revin lembut.

Setelah lima menit, akhirnya Elia berhenti menangis. Revin kembali ke dapur untuk mengambil makanan yang sudah ia siapkan.

Dengan telaten Revin menyuapi Elia nasi goreng buatannya.

"Kenapa diam? Masih sakit?"tanya Revin.

Elia menggeleng.

"Besok aku akan ada banyak pekerjaan. Mungkin akan pulang malam."beritahu Revin.

Elia mengangguk semangat membuat Revin mendecih.

"Tidak jadi. Kau ikut saja."ucap Revin membuat Elia melotot lalu menggeleng. Ia tidak mau.

"Tapi pekerjaan tuan bisa terganggu jika saya ikut."ucap Elia pelan.

Revin mengangguk."Kau benar. Karena aku mungkin akan lebih fokus denganmu dari pada pekerjaan."ucap Revin penuh arti.

Elia langsung memeluk tubuhnya sendiri."Tuan tidak bisa lakukan ini. Bukannya tuan yang bilang kalau.."

"Aku bilang apa hm?"potong Revin dengan wajah yang begitu dekat.

Elia menelan ludahnya kasar lalu segera bergerak mundur.

Revin terkekeh."Kau adalah istriku, Elia. Dan itu berarti aku bisa lakukan apapun yang kuinginkan. Termasuk menyentuhmu sesuka hatiku."ucap Revin lalu memberikan susu ke tangan Elia.

Elia memegang gelas dengan gemetar lalu meminumnya.

"Dan kau juga tidak bisa kuliah." ucap Revin membuat Elia langsung menggeleng.

"Saya mau kuliah, tuan."

"Kubilang tidak."tegas Revin.

"Tapi tuan bilang kita akan bercerai. Bukankah itu artinya saya bisa.."

Brakk

"Tidak Elia! Tidak! Kita tidak akan bercerai."ucap Revin. Keras lalu memalingkan wajahnya.

Sial sekali. Hari ini dia sudah dua kali melanggar perkataannya. Dan ini semua karena Elia.

Bersambung

Menjadi Kesayangan Tuan RevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang