| EPILOG |
"Dunianya hitam tanpa cahaya seiring sosok yang dicintainya pergi meninggalkannya."
🌸🌸🌸
Jevano terbangun karena suara bising yang terdengar dari luar kamar. Ia melangkah keluar, menuju dapur dan menemukan sang istri yang sedang memasak. Seiring langkahnya menuruni tangga, tercium aroma masakan yang lezat dan membuatnya lapar. Bibir tipisnya lantas tersenyum."Masak apa?" tanya Jevano usai mendekat, Kanaya tidak menjawab justru menyapa riang. "Udah bangun suamiku yang tampan?"
Jevano memberikan kecupan sebelum memeluknya. "Aroma masakan kamu bikin aku keroncongan," tak hanya kecupan singkat, Jevano melumat sesaat bibir ranum Kanaya. Bidadari cantik ini miliknya. Cintanya. Semestanya. Jevano peluk erat-erat seolah takut kehilangan. Sedang Kanaya tak memprotes dan hanya menampilkan senyum memesonanya.
"Kita sarapan apa hari ini?" ulang Jevano dan menumpukan dagu di bahu sang istri yang sibuk memotong sayur dan menumis bawang merah dan putih di teflon. Jevano setia menempelinya bak benalu. Seolah jika ia jauh dari Kanaya sedikit saja, wanita itu akan hilang dari pandangan matanya.
"Sup seafood kesukaan kamu. Ayam goreng kecap kesukaan Abang, dan omelette favoritnya Kakak," ujar Kanaya menyebut masakan paginya. Semua menu itu dia buat untuk keluarga tercintanya.
"Banyak banget kayak menu restoran. Terus kesukaan kamu apa?" tanya Jevano lagi. Kanaya benar-benar berkah terindah yang ia dapatkan. Bagaimana bisa wanita yang nyaris sempurna ini selalu menyiapkan makanan yang lezat tanpa rasa lelah?
Ketika Jevano bertanya hal itu, Kanaya akan menjawab bahwa melihat keluarga kecilnya makan dengan lahap masakan buatnnya, rasa lelahnya hilang. Bahkan kini wanita itu menyiapkan menu kesukaan suami dan anak-anaknya tanpa diminta.
"Kesukaan aku 'kan kamu," sahut Kanaya sambil menoleh pada suaminya dan mencuri ciuman singkat, pipi Jevano langsung bersemu merah.
"Pinter banget ya sekarang gombalnya? Minta hadiah apa, Cintaku?"
"Kamu," jawab Kanaya dan Jevano tercengang lagi.
"Kayaknya kita harus titipin anak-anak ke Ivana ya? Kita butuh honeymoon ketiga."
Kali ini ucapan Jevano dihadiahi sikutan oleh Kanaya. "Jangan macem-macem ya! Nio masih butuh ASI!"
Ah, Jevano melupakan kehadiran makhluk gembil yang selalu memonopoli istrinya itu. Bayi cengeng yang tidak mau lepas dari Kanaya yang wajahnya benar-benar perpaduan sempurna dirinya dan sang istri. Saingan ketiganya yang amat posesif.
"Tuh, dia nangis kan! Kamu lanjutin masak. Aku liat Nio dulu."
Baru disindir sebentar anak itu sudah nangis. Benar-benar tidak bisa melihat orang tuanya berduaan. Namun bukannya menurut untuk melanjutkan memasak, Jevano justru mematikan kompor dan menyusul istrinya ke kamar bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
After October
Lãng mạnPernikahan Kanaya dan Jevano berada di ujung tanduk. Perpisahan siap menyambut keduanya. Bagai gedung tua yang sudah lapuk, dinding-dinding kepercayaan di antara mereka telah terkikis perlahan. *** Sepuluh tahun pernikahan membawa Jevano pada titik...