#3

285 30 1
                                    

Tidak terasa sudah hampir seminggu Yeonjun berada di rumah Yujin. Wanita itu memperlakukan dia dengan sangat baik. Yujin selalu memberikan perawatan seperti membawanya ke salon hewan dan mengajak Yeonjun untuk jalan-jalan setiap sore di taman. Lama-kelamaan, Yeonjun mulai menerima keadaan dirinya yang berubah menjadi seperti ini.

Hari itu, salju pertama turun lebih awal dari yang diperkirakan. Yujin tampak pulang sedikit lebih larut dari biasanya. Dan seperti biasa, Yeonjun alias Dalgi menunggu tuannya di jendela kamar sambil menatap salju yang turun di luar. Hingga suatu saat, pintu dibuka dan Dalgi turun, menggerakkan ekornya menyambut Yujin. Namun ternyata, bukan Yujin yang memasuki kamar, melainkan seorang anak kecil yang langsung menggendongnya secara paksa.

Dalgi yang tidak suka diperlakukan demikian, langsung menggigit tangan anak itu. Anak itu berteriak dan menangis.

Mendengar tangisan, seorang wanita yang Dalgi pikir adalah ibu dari anak itu langsung menghampiri anaknya.

"Ibu, binatang ini menggigitku!" ucap anak itu sambil menunjukkan lengannya yang tentu terdapat bekas gigitan Dalgi meski tidak berdarah.

"Astaga! Kenapa anak itu memelihara hewan buas seperti ini?" ucap wanita itu dengan nada marah. Wanita itu lantas membawa anaknya keluar dari kamar Yujin. Terdengar suara aduan wanita itu kepada seseorang yang dapat Dalgi dengar suara pria. Tak berselang lama, seorang pria membawa tongkat dan mendekati Dalgi, lalu memukul kepala malang itu hingga pingsan.

___________________

Yeonjun terbangun di tempat yang dingin dan sepi. Suasana hujan di luar membuat suasana di sana sedikit mencengkam. Rasa sakit di kepalanya masih membuatnya sedikit terhuyung ketika berusaha berdiri dan berjalan. Dia mengamati sekelilingnya, mencoba mencari petunjuk di mana dia berada.

Tak jauh dari tempat dia terbangun, dia melihat sebuah rumah usang yang tampaknya sudah lama ditinggalkan. Bangunan itu tampak tua dan rapuh, dengan cat yang sudah mengelupas di beberapa bagian dan jendela yang sudah pecah. Rumput liar tumbuh di sekitar rumah, menambah kesan bahwa tempat itu sudah lama tidak dihuni.

Meski tampak menyeramkan, rumah itu adalah satu-satunya tempat yang tampaknya bisa memberikan perlindungan dari hujan salju yang semakin deras. Dengan langkah yang masih goyah, Yeonjun berjalan menuju rumah itu, berharap bisa menemukan tempat untuk berlindung sekaligus beristirahat.

Saat dia mendekati rumah itu, dia bisa merasakan aura dingin dan sepi yang semakin kuat. Namun, dia tidak punya pilihan lain. Dengan hati-hati, dia membuka pintu rumah itu dan memasuki ruangan yang gelap dan berdebu. Dia berusaha mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat, sembari berharap bahwa dia akan segera menemukan jalan pulang.

Napaknya vampire malang itu telah benar-benar merasa nyaman tinggal di rumah Yujin, sehingga dia lupa betapa rasanya menjelajah dunia luar. Yeonjun dengan hati-hati menjelajahi setiap sudut rumah yang sunyi. Dia berjalan perlahan-lahan naik tangga dan menemukan sebuah ruangan yang dulu mungkin adalah kamar tidur. Dia naik ke atas meja yang kotor dan memandang keluar melalui jendela yang tanpa kaca.

Dia melihat bulan yang malu-malu tersembunyi di balik awan. Desiran angin malam yang lembut bersama dengan salju yang turun perlahan membuatnya merasa rindu akan kampung halamannya. Di tengah lamunannya, tiba-tiba Yeonjun merasakan rasa perih yang menusuk punggungnya. Sakitnya begitu parah sehingga dia merintih kesakitan. Yeonjun terjatuh dan berguling di lantai yang dingin dan berdebu tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya.

_____________________

Yujin pulang dari kerjanya membawa ayam goreng dengan riang. Wanita itu tidak sabar ingin menikmati teokbokki dan ayam goreng bersama dengan Dalgi. Namun, betapa terkejutnya dia saat memasuki rumah. Di ruang tamu, dia melihat seorang wanita dan seorang pria sedang duduk di sana, sementara seorang anak kecil tengah menonton televisi. Mereka adalah ayah dan ibu tirinya, beserta adik tirinya.

Yujin merasa canggung saat melihat mereka semua di rumah. Dia merasa tidak siap untuk bertemu dengan keluarga tirinya. Tanpa basa-basi, ibu tirinya langsung menyerang Yujin dengan membuang sumpit bekas makanannya ke arah Yujin.

"Hei, sejak kapan kamu memelihara anjing liar itu?" tanya ibu tirinya dengan nada marah. Yujin terkejut mendengar pertanyaan tersebut.

"Anjing apa?" tanya Yujin dengan bingung.

"Anjing merah jelekmu itu menggigit anakku!" bentak ibu tirinya dengan keras.

Merasa semakin bingung, Yujin meninggalkan makanannya dan bergegas menuju kamarnya. Dia berharap Dalgi ada di sana, tapi kenyataannya, Dalgi tidak ada. Yujin mulai khawatir dan berpikir apa yang telah terjadi pada Dalgi.

Yujin keluar dari kamar dengan hati yang berat dan segera menemui ibu tirinya yang sedang menikmati ayam goreng miliknya.

"Apa yang ibu lakukan terhadaap Dalgi?" tanya Yujin dengan kekhawatiran yang jelas terlihat di wajahnya.

"ayah membuangnya! Lagipula, mengapa kamu harus memelihara anjing yang..." ibu tirinya belum selesai bicara, Yujin langsung keluar dari rumah dan mulai mencari Dalgi.

Yujin berjalan melalui setiap gang yang mungkin menjadi tempat ayahnya membuang Dalgi. Dia terus memanggil nama Dalgi sambil berlinang air mata. Setelah mencari cukup lama, Yujin menemukan sebuah kardus yang sangat dikenalnya. Itu adalah bekas kardus mie instan miliknya. Yujin bergegas mendekati kardus itu, namun yang ditemuinya hanya bekas darah yang sudah tertutup salju. Yujin merasa putus asa dan menangis tersedu-sedu, membayangkan kemungkinan buruk yang mungkin menimpa Dalgi.

Tiba-tiba, telinga Yujin mendengar suara lolongan rubah yang sangat familiar. Dia segera bangkit dan mencari asal suara itu.

Dalam kebingungannya, Yujin melihat sebuah rumah kosong. Yujin yakin bahwa Dalgi sedang kesakitan dan berlari ke arah rumah tersebut.

Tanpa ragu, Yujin berlari menuju rumah itu dan masuk tanpa pikir panjang.

"Dalgi?" panggil Yujin dengan suara gemetar, menciptakan ketegangan di udara. "Di mana kamu?" Yujin terus memanggil hewan kesayangannya sambil terus menangis.

Akhirnya, suara lolongan yang menyayat hati terdengar lagi dari lantai atas. Tanpa ragu, Yujin berlari ke atas dan menemukan asal suara itu berada di salah satu ruangan dengan pintu terbuka.

Yujin masuk ke dalam ruangan kosong yang terasa gelap dan suram. Dia segera merasakan kehadiran sarang laba-laba yang menggantung di sudut ruangan. Jaring-jaring halus dan lengket terlihat menutupi beberapa sudut ruangan, memberikan kesan bahwa ruangan ini sudah lama ditinggalkan.

Lantai ruangan terlihat kotor dan berdebu, menunjukkan bahwa tidak ada yang membersihkannya dalam waktu yang lama. Partikel-partikel debu terlihat terbang di udara ketika Yujin berjalan, menciptakan efek yang dramatis dalam sinar bulan yang masuk melalui jendela yang retak.

Di sekitar ruangan, terdapat beberapa perabotan usang yang tertutupi oleh kain putih yang kusam. Kain-kain tersebut terlihat seperti penutup untuk melindungi perabotan dari debu dan kotoran. Namun, seiring berjalannya waktu, kain-kain itu menjadi kotor dan terkesan usang.

Keseluruhan ruangan terasa sepi dan terlupakan, memberikan kesan bahwa tidak ada yang pernah mengunjungi atau merawatnya selama bertahun-tahun. Suasana yang suram dan terabaikan menciptakan perasaan yang melankolis dan sedih bagi Yujin saat dia mencari Dalgi di dalam ruangan ini.

"dalgi?" panggil yujin sembari melangkah memasuki ruangan. hening, langkah kaki yujin adalah suara satu satunya yang ada di sana. lolongan itu tak ada lagi. hingga yujin  menyingkap sebuah tirai putih yang seolah menjadi pembatas antara ruangan itu.

Yujin memasuki ruangan dengan hati yang berdebar, penuh harapan untuk menemukan Dalgi di balik kain putih yang menutupi perabotan usang. Namun, saat dia menyingkapnya, kejutan besar menanti. Di bawah kain tipis berwarna putih, dia menemukan seorang pria yang sedang meringkuk, tampaknya dalam kondisi yang terluka.

Yujin merasa campur aduk antara keheranan dan kekhawatiran saat melihat pria itu meringis kesakitan dan memegangi punggungnya yang tampak terluka. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang siapa pria itu dan apa yang telah terjadi padanya di ruangan ini yang tampaknya terlupakan.

Namun, sebelum Yujin bisa mengucapkan sepatah kata atau memberikan bantuan, pria itu perlahan menoleh ke arahnya. Matanya yang berwarna ruby menatap tajam ke arah Yujin, menciptakan rasa takut yang mendalam di dalam dirinya. Yujin merasa terpaku oleh tatapan pria itu, dan ketakutan yang tak terbayangkan membuatnya kehilangan kesadaran, jatuh tak sadarkan diri ke lantai yang berdebu.

_____________
SOON
_____________

THE FOX ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang