1. Sebuah keputusan

5 0 0
                                    

.
.
.
.
.

Setelah Perang Besar Kedua berakhir para reguler yang berhenti menaiki menara mulai naik kelantai yang lebih tinggi.

.
.
.

Lantai 150

Seseorang berdiri sendirian didepan mayat administrator, lantai yang tadinya bersih kini bersimbah darah dari administrator.

Administrator lantai 150 dibunuh dan sekarang lantai itu sudah menjadi milik orang yang membunuhnya.

Orang yang membunuh administrator itu adalah Jean Henituse.

Dia berdiri di sana tidak bergerak sama sekali sebelum sebuah tangan menepuk pundaknya.

"Wahh kamu benar-benar membunuhnya!"

Suara riangnya menghentikan kesunyian yang ada, bersamaan dengan itu suara langkah kaki mendekati mereka.

"Dasar orang gila."

Pemuda berambut biru berhenti agak jauh dari mereka. Dibelakangnya seorang pemuda berambut Silver juga berhenti tidak mendekat.

Dua perempuan yang satu diam tepat disebelah pemuda itu, sedangkan yang lainnya pergi menuju Jean.

Dan yang terakhir adalah orang yang menganggap dirinya 'paling normal' menatap jengah kearah ketiga orang yang berada didekat mayat administrator.

.
.
.

Sunyi

Seorang pemuda menatap 'langit' dengan kosong, dia mulai berbicara dengan orang dibelakangnya.

"Jean, apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Jean tersentak mendengar suara dingin dari orang yang ada di depannya.

"Saya akan tetap bersama anda?" Itu tidak terdengar seperti jawaban melainkan pertanyaan.

"Keluar Jean, keluarlah bersama Albedo. Kamu harus mulai memikirkan keluargamu."

Jean menatap punggung itu kosong, diingatannya tidak ada sebuah keluarga hanya ada orang didepannya dan 5 orang lainnya.

Sebelum Jean bisa menjawab sebuah buku terbang kearahnya.

"Buka halaman pertama buku itu Jean."

Sesuai dengan perintah yang diberikan Jean membuka halaman pertama buku itu.

Di sana dia membaca ingatan tentang keluarganya yang dia korbankan untuk Shinsu.

"Inii..." Dia membaca dengan seksama ingatan itu sampai dia membaca tentang mimpi buruknya, setelah itu tidak ada ingatan tentang keluarganya lagi.

"Ingatan terakhir yang dikorbankan apa maksudnya itu? Mimpi buruk seperti apa?"

Jean mengangkat kepalanya hanya untuk terkejut melihat mata dingin yang menatapnya.

"Waktu itu kamu bangun dari tidurmu berteriak ingin keluar dari tempat ini karena ibumu dalam bahaya, itu adalah mimpi buruk pertama. Mimpi buruk kedua adalah saat kamu bangun menangis histeris mengatakan bahwa ibumu tewas."

"Oh... Jadi kenapa ingatanku ada dibuku ini?" Jean menatap buku itu rumit.

"Kamu Yang mengatakannya setelah berhenti menangis, karena kamu tidak bisa keluar maka hilangkan saja ingatanmu begitu. Kean membuat buku itu dengan susah payah. Bahan dasarnya adalah buku diary milikmu, kamu mengatakan bahwa itu hadiah dari ibumu."

"Jadi yang menginginkan ingatanku untuk ada dibuku ini adalah aku sendiri?"

Mata Jean menatap mata dinginnya, di menutup matanya beberapa saat untuk menjawab pertanyaan Jean.

"Jadi anda ingin saya keluar dan mencari keluarga saya?"

Mungkin Jean tidak bisa mengetahui apa yang dia inginkan, tapi 'Dia' melihatnya dengan jelas bagaimana matanya mendapatkan kembali cahayanya perlahan-lahan.

"Benar, merobek halaman itu akan membuat ingatanmu kembali. Tapi kamu harus ingat Jean bahwa kekuatanmu mungkin akan hilang, kamu bisa menggunakan buku itu lagi tapi ingat bukan aku yang harus kamu ikuti perintahnya melainkan Albedo dan keluargamu. Dan lindungi Albedo kamu mengertikan?"

Jean bimbang dia tidak bisa meninggalkan orang didepannya begitu saja tapi entah kenapa dia juga tidak bisa menolak bahwa dia ingin keluar.

Sebuah perkataan Jean lontarkan menatap bagaimana mata dingin itu melebar sebelum kembali menjadi sayu.

"Bagaimana.... Bagaimana jika anda ikut juga Tuan muda?"

Perkataan spontan Jean yang berhasil membuat dia menunjukkan perubahan di bibirnya.

"Tidak bisa Jean aku akan keluar dengan ibuku aku harus menunggu ibu untuk keluar."

Suara lembut yang berbeda. Jean selalu ingat bahwa 'Dia' akan menggunakan suara yang lembut untuk berbicara tentang ibunya.

"Saya.... Mengerti, dan saya akan menjalankan perintah terakhir saya dengan sempurna."

Jean merobek halamannya dengan cepat, merasakan rasa sakit di kepalanya yang luar biasa.

'Ugh?! Terasa berat ingatan-ingatan ku menjadi acak'

"Jean ingat saat kamu masih kecil, kamu harus mengingatnya dari sana."

'Suara siapa ini? Bukan suara Tuan muda'

"Sweetie, putra sulung ku kamu harus mulai melakukannya, cobalah ingat saat kamu kecil."

"Jean kamu harus mulai menyusunnya kalau tidak, Shinsu mu akan meledak."

'Dia' menatap Jean yang memegang kepalanya, sebelum berpindah pada sesosok wanita dibelakang Jean.

'Mirip'

Jean menutup matanya untuk memulai menyusun ingatannya.

.
.
.


Dua Minggu setelah Jean menyusun ingatannya disinilah mereka berada.

Lantai 1 tower. Jean bersama Albedo
Melewati pintu tower dan menghilang dari tower.

Hanya untuk membuka mata ditempat yang berbeda.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

We're Outside Of The TowerWhere stories live. Discover now