KRONIK dimulai.
Terbaring lemah, tak menjadi milik siapa pun. Dibuang dan ditelantarkan, dinginnya udara pada hujan dan badai kencang dengan kilatan petir mendengking. Sebuah keranjang berisikan bayi yang diselimuti kain tebal berada di bawah pohon tua besar. Suara bising dari rengekan bayi itu tertutupi oleh suara hujan deras, tak ada yang mendengar rintihan bayi malang yang baru saja lahir dan hendak bertahan hidup pada dunia yang kejam.
Lingkungan yang menyedihkan membuat populasi anak yang dibuang meningkat. Kemiskinan yang merajalela bersama ketidakadilan sosial pada kasta tertentu. Mereka membantu yang memiliki kasta tinggi dan membuang yang lemah. Mereka menggunakan harta sebagai pandangan hidup mereka. Ketidakadilan yang menyedihkan, keadaan kala itu sangat miris. Pada akhirnya, seorang bayi perempuan yang dibuang dan ditinggalkan di bawah pohon tua menjadi korban atas kemiskinan dan ketidakadilan yang terjadi.
Kala itu, harta adalah segalanya. Hidup butuh uang, dan uang adalah kehidupan. Mereka akan berakhir menjadi miskin dan mati atas kondisi lingkungan saat ini yang gila akan harta.
Langkah kaki yang menginjak tanah dengan genangan air dari hujan deras, berjalan melangkah pada sebuah pohon tua. Tubuhnya basah kuyup akibat hujan yang membasahi tubuhnya, ia menatap miris ke arah bayi di hadapannya yang merengek kelaparan dan kedinginan. Pria itu berjongkok, melepas jas miliknya dan menutupi keranjang berisikan bayi tersebut dengan jas miliknya. Namun, terdapat sebuah secarik kertas di dalam keranjang tersebut. Pria itu mengambilnya dan membacanya.
Kekehan kecil keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa menertawakan kehidupan yang kini sedang berada pada titik terendahnya hingga membuat seorang wanita membuang anaknya sendiri akibat kemiskinan.
Pria itu menyimpan kertas tersebut di saku celananya. Membawa keranjang tersebut dengan perlahan-lahan seraya menghindari rintik hujan yang mampu membuat bayi itu kedinginan.
"Kau akan tumbuh menjadi sempurna."
Ia membuka jas miliknya sedikit, melihat wajah bayi tersebut yang masih merengek. "Sayang sekali, ibumu memberikanmu nama, tetapi identitas tidaklah dibutuhkan untuk kami." Keranjang tersebut ditutup kembali, pria itu berjalan dengan langkah yang cukup cepat untuk menghindari hujan.
Akan kubuat kau tumbuh sempurna.
***
Dia tumbuh dengan sempurna. Masa lalunya tidak ada yang menarik, tak ada yang ia ingat tentang apa yang pernah ia lalui sejak kelahirannya. Ia hanya ingat dirinya tumbuh pada panti asuhan mengerikan ini dengan puluhan anak kecil lainnya. Ia hanya ingat dirinya diasuh untuk menjadi sempurna oleh pemilik panti asuhan. Ia tidak mengetahui namanya, semua orang di panti asuhan ini tidak diberi nama. Mereka semua hanya diberi julukan dan ia dipanggil sebagai Dewi Kecil.
Setiap hari tidak ada yang menarik. Panti asuhan yang disebut sebagai Rumah 413 adalah panti asuhan yang sangat berbeda. Anak yang besar di sana akan dipaksa tumbuh menjadi sempurna. Mental, fisik, otak, kemampuan, semua hal harus menjadi sempurna dan menghasilkan anak yang layak. Rumah 413 selalu dibangga-banggakan oleh publik atas kemampuan setiap anaknya, membuat sang pemilik semakin keras dalam memaksakan setiap anak untuk menjadi sempurna.
Dewi Kecil memang tumbuh sempurna, tetapi ia lemah fisik. Tak terhitung lagi berapa banyak luka lebam di tubuhnya akibat terus berlatih untuk menjadi sempurna. Sebanyak apa pun upaya yang ia lakukan pada kemampuan otaknya, jika ia lemah pada fisik maka ia tidak bisa disebut sempurna.
Mereka semua berlomba-lomba untuk menjadi sempurna demi mendapat sebuah kehidupan. Mereka akan dibiarkan diadopsi oleh orang lain jika mereka sempurna, maka mereka selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang paling terbaik untuk segera bebas dalam kurungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐫𝐨𝐧𝐢𝐜𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐍𝐚𝐦𝐞𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐆𝐢𝐫𝐥 (END)
Historical Fiction{Prequel The Chronicles About Us} Terbaring lemah, tak menjadi milik siapa pun. Kota bagaikan neraka bersama manusia dengan kasta tinggi bagaikan pendosa besar. Kemiskinan dan ketidakadilan sosial membuatnya menjadi korban dari semua nasib buruk yan...