32

12.4K 833 14
                                    

Kalian luar biasaaaa ❤

Terima kasih atas setiap vote, comment, dan support kalian

Sayang kalian banyak banyakk






Sepanjang perjalanan menuju rumah teman Anya, Isyana sedikit grogi ketika harus menyetir. Meskipun sudah mulai lancar, tapi wanita itu was was. Saat perjalanan pulang, ia meminta Sultan saja yang menyetir.

"Wah makin ke sini spanduk dan bendera partainya semakin gede yaa?" keluh Isyana.

Sultan mengangguk setuju, "kemarin Mas perhatikan di daerah lain juga engga jauh berbeda."

"Benderanya juga segede spingbed begini?" tunjuk Isyana pada berdera selebar spingbed yang berkibar dengan angkuhnya di pinggir jalanan.

"Iya. Tadi di jalan deket perpustakaan Grahatama Mas lihat juga ada yang memasang bendera di sekitar tiang listrik yang banyak kabelnya." Sultan mengingat penempatan salah satu bendera partai. "Bendera itu malah dipasang dengan tiang bambu lebih dari dua meter. Mungkin maksud orang yang memasangnya agar tambah keliatan dan engga ketutupan kabel. Tapi gimana kalo salah satu dari tiang itu roboh dan mengenai kabel listrik tersebut? Apalagi kalau lagi hujan dan disertai angin, bisa membahayakan."

"Mungkin menurut mereka, kabel listrik putus satu engga ngaruh." komentar Isyana sarkas. Mengetahui bagaimana ruwetnya kabel listrik di daerah yang Sultan maksud.

"Anya tahun besok udah bisa ikut pemilu belum?"

"Belum, 17 tahunnya bulan Agustus Mas."

"Wah padahal tinggal beberapa bulan lagi yaa. Temen temen kamu udah banyak yang ikut pemilu?" Isyana menyampingkan tubuhnya, untuk menatap Anya yang saat ini duduk di kursi belakang.

"Udah lumayan banyak sih. Tapi katanya mereka semakin hari semakin bingung mau pilih siapa. Malah ada teman aku yang mau pilih salah satu paslon karena sering muncul di FYP nya."

Sultan menggeleng gelengkan kepalanya. Memang ada ada saja rakyat Indonesia ini.

"Memang menjelang pemilu begini pada aneh aneh yaa kelakuannya. Mbak dulu pernah baca waktu pemilu nasional pertama tahun 1955, kampanyenya juga udah dengan banyak cara. Bahkan ada partai yang sampai mengancam dengan kekerasan harus pilih partainya. Kelakuan rakyatnya juga unik, masak ada yang taruhan partai mana yang menang, bahan taruhannya bangunan lodjinya. Ada juga karena beda pilihan, suami istri sampai cekcok dan berakhir cerai."

"Sampai segitunya yaa Mbak." Anya heran dengan cerita Isyana, remaja itu sudah mulai membuka diri dan tidak malu malu lagi.

"Kamu baca dimana sayang?" pertanyaan santai yang Sultan lontarkan mendapat pelototan dari Isyana, apa pula pria itu panggil sayang sayang di depan Anya. Kan jadi malu!

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang