12

2.6K 198 11
                                    

"Mengaku! Kamu lah yang menyuruh Zella untuk datang ke rumah ku, kan?!"

Terdengar suara Zayden yang berteriak melalui telepon, membuat Zayn agak meringis sembari menjauhkan gawai yang dipegangnya dan kembali memeriksa ID caller sang penelpon yang masih tercetak jelas nama 'Julian'.

Siapa yang mengira begitu telepon tersambung, suara menggelegar milik Zayden lah yang menyambutnya?

"Sial! Kamu membuat jantungku hampir keluar," keluh Zayn begitu dia kembali mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.

"Bagus, bisakah aku membantumu untuk menarik paksa jantungmu keluar sekarang?!"

Zayn semakin meringis.

Mengapa saudaranya ini selalu memiliki ide-ide menyeramkan di kepalanya?!

"Omong kosong! Pikiran jahat!" dengus Zayn merasa jengah. "Aku memang menghubungi Zella, tapi aku tidak menyuruhnya untuk datang."

"Oho, seakan aku akan percaya denganmu!"

"Sialan! Aku berkata jujur!" keluh Zayn ketika Zayden tidak mempercayainya. "Aku hanya menghubungi gadis itu, mengatakan bahwa kau sedang sakit, tidak lebih!"

"Tapi tahukah kamu dengan kamu mengubunginya seperti itu, sama saja kamu seperti mengundangnya!"

"Apa itu masalahnya?"

"Kamu masih bertanya?! Sudah jelas itu masalahnya!"

Zayn memejamkan matanya sedikit erat. Dia agak kesal, kenapa Zayden harus memiliki suara selantang itu sih?!

Mengabaikan rasa pengang di telinganya, Zayn berdehem pelan. "Setidaknya dia tidak memperkosamu."

"Dia masuk ke kamarku!"

Sejenak Zayn jadi tercengang. "Astaga! Jadi dia benar-benar memperkosamu?!"

"Brengsek!"

"Persetan, apa perduliku jika Zella memperkosamu? Haha, jika itu benar aku seharusnya senang, kamu akan sangat terbantu untuk move on dari Asael dan beralih kepada Zella segera."

"Omong kosong!"

"Haha, siapa yang tahu? Benci dan cinta itu beda tipis, cinta bisa berubah menjadi benci sedangkan benci bisa berubah menjadi cinta. Haha, selamat menikmati!"

"Baj--"

Tanpa menunggu Zayden selesai mengumpat Zayn segera mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

"Itu karma, siapa suruh berbuat jahat kepadaku, hump!"

Zayn memasukan ponselnya pada saku jaketnya dengan ekspresi sebal. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya sebelum akhirnya mengerutkan dahi menatap seseorang yang tampak familiar di penglihatannya.

"Itu..." perkataan Zayn menggantung. Dia dengan lamat mengamati sosok yang tampak sedang berdebat dengan seseorang lain di pinggir jalan dengan ganas.

Awalnya Zayn hendak mengabaikannya sebelum ia membulatkan mata ketika menyaksikan sosok dirasanya familiar itu terdorong ke tengah jalan dimana beberapa kendaraan sedang berlalu lalang dengan ramai.

"Awas!!"

-

Hael tidak tahu apa dosa yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya sehingga pada kehidupan kali ini dia begitu menderita mendapatkan sesosok orang tua jahat seperti bajingan di hadapannya.

"Kembalikan uangku!"

Hael tidak perduli bahwa saat ini dia sedang berada di tempat umum. Tempat dimana ada banyak orang menyaksikan berdebatan ganasnya dengan sang ayah yang tampak acuh padanya.

"Apa perduliku? Siapa bilang ini uangmu?"

Hael menggeram. Dia merasa benar-benar marah kali ini. "Kembalikan!" teriaknya gigih.

Pria setengah baya itu mengerutkan wajah setengah keriputnya, merasa tak senang dengan pengejaran gigih Hael. "Mengapa kamu begitu gigih? Semua ini hanya sia-sia! Kamu tahu, aku hanya mengambil sesuatu di rumahku!"

"Kamu mengambil milikku! Kembalikan!"

Hael mendekat, mencengkram sebagian pakaian ayahnya sebelum dia terdorong mundur karena kakinya yang tertendang dengan sengaja.

Merasa jijik, Harrol—ayah Hael, melangkah mundur menjauhi putranya sendiri. "Apakah kamu tidak tahu caranya berbakti? Aku ayahmu, dan aku hanya mengambil sedikit."

"Omong kosong! Kamu mengambil semuanya!!"

Orang tua itu sungguh tidak berperasaan. Dia berkata hanya mengambil sedikit, namun faktanya orang itu telah mengambil semua tabungannya.

"Hah, ini tidak seberapa! Sesungguhnya aku pun tidak akan puas hanya dengan uang segini, tapi karena kamu sebagai anak harus menunjukkan rasa berbakti yang baik, aku tidak memiliki pilihan lain selain mengambil semua ini!"

"Brengsek!"

Hael yang kepalang kesal dan merasa marah pun tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi lebih nekat untuk maju mendekati sang ayah.

Harapan Hael saat ini hanya satu, dia ingin sekali memukuli wajah jelek ayahnya sekarang.

Namun, nahasnya, sebelum niatnya terlaksana, tiba-tiba rasa kaku sedikit nyeri menyerang perut bagian bawahnya dan membuatnya terhenti di tengah niatnya.

Hael memucat. Perasaan sakit di perutnya semakin menjadi-jadi sampai membuatnya benar-benar berhenti mengejar ayahnya. Pria omega itu terlalu fokus dengan rasa sakitnya sampai tidak menyadari bahwa sang ayah lebih dahulu mendekatinya dan mendorongnya ke jalan raya yang kebetulan ramai saat itu.

Hael tertegun.

Pria omega itu terpaku, menatap kosong pada sebuah truk besar yang melaju dari jauh mulai mendekatinya.

Saat itu, ketika rasa sakit di perutnya semakin terasa, Hael yang sudah tidak kuat menjadi tidak sempat berlari menghindar. Pria omega itu menutup mata dengan lemah, dan berharap di dalam hatinya, jika ini memang benar akhir untuknya, maka semoga orang tua bajingan itu akan memiliki akhir yang lebih buruk darinya! 

---
Tbc

[END] (ABO) Crazy AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang