Segera setelah Jungwon dan timnya masuk ke dalam gua, mereka kompak berbelok-belok untuk menghindari musuh. Mereka berhenti di salah satu perempatan, mempertimbangkan bila nantinya mereka akan dikepung oleh sekolah-sekolah lain, mereka dapat kabur ke salah satu jalan –yang mana saja.
Niki membuka dialog pertama di antara mereka, "Kita harus melakukannya dengan cepat."
"Pertama, kita harus tahu di mana posisi kristal agonite itu berada," kata Jungwon. Dia menatap satu per satu teman-temannya, seakan-akan bertanya apakah ada yang tahu bagaimana cara untuk mengetahui hal itu
Jo mengangkat tangan. "Aku bisa melakukannya."
"Sungguh?"
"Iya, sihir keturunan keluargaku adalah gelombang." Jo menepuk kedua tangannya di depan dada. Saat itu, mereka sempat merasakan aliran gelombang yang sedikit samar-samar menerpa tubuh mereka dari tepukan Jo.
Jo meletakkan telapak tangannya ke permukaan tanah. Dia menutup mata selama beberapa saat. "Aku bisa memetakan tempat ini dengan mengalirkan gelombang ke tanah. Apa aku perlu menjelaskan bagaimana cara kerjanya?"
"Tidak usah!" sahut Niki cepat. "Aku yakin itu sesuatu yang rumit, lakukan saja."
Mereka menunggu sekitar beberapa menit sampai Jo berhasil memetakan seluruh area. Niki memberikan Jo buku gambarnya –yang ia gantungkan bak tas di bahunya pada Jo, tapi Jungwon menghentikannya.
Jungwon bilang, "Jangan digambar. Besar resikonya untuk dicuri kelompok lain. Kita tidak tahu apakah mereka punya seseorang yang bisa membuat peta juga atau tidak. Jo, kau bisa mengingatnya, kan?"
"Tentu."
"Bagus, ayo kita jalan."
Namun, baru mereka berbelok ke salah satu lorong, sesuatu yang sangat besar dan tajam bergerak ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Niki menggunakan refleknya yang luar biasa untuk mendorong Yuma dan Jungwon ke samping, lalu menendang punggung Jo hingga ia tersungkur.
Sesuatu itu tampak seperti bor berbentuk kerucut dengan ujung lancip. Putaran benda itu berhenti begitu menabrak dinding dan menciptakan lubang yang cukup besar di sana.
"Apa itu tadi?"
Anak-anak Red Shore yang memakai baju merah menghadang jalan mereka. Salah satu dari tiga di antaranya mengayunkan tangan, lalu sebuah gundukan pasir muncul, memadat dan bergerak menyerang Niki.
Yuma memutar jarinya dan muncullah sesosok spirit air. "Naiads, tolong aku!"
Spirit air bernama Naiads itu menyiram pasir yang hendak menyerang Niki dan membuatnya jatuh ke permukaan tanah. Pasir itu basah sehingga tidak bisa digunakan lagi.
"Yap, dan aku jadi basah juga," gerutu Niki sambil mengibaskan rambut.
Dengan teralihnya perhatian mereka pada Niki, tidak satu pun yang menyadari bahwa salah satu anak Red Shore mendekat untuk merampas kalung Jo. Jungwon yang menyadari hal itu langsung berteriak, "Berhenti!"
Tangan anak Red Shore itu berhenti. Namun, serangan itu hanya tipuan. Rekannya yang lain muncul dari belakangnya dan langsung mengulurkan tangan untuk menyambar kalung Jo.
Jungwon berteriak lagi, kali ini pada Jo, "Mundur! Cepat!"
Tubuh Jo bergerak tanpa ia sadari. Waktu itu, Jo tidak berjalan mundur melainkan langsung melompat dengan sangat cepat, benar-benar hanya sepersekian detik sebelum kalungnya tersentuh.
"Perintah itu," kata Niki. "Itu adalah perintah yang lebih dari kemampuan yang bisa tubuh Jo berikan."
Maksud Niki adalah Jo tidak mungkin bisa menghindar secepat itu apalagi dalam jarak sedekat itu. Namun, perintah Jungwon membuatnya jadi mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
Hayran KurguJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!