Edward Jenner - Inggris || Mengembangkan Penelitian Vaksin Cacar
Belajarlah kuat, setidaknya untuk membela diri sendiri. Jika diri sendiri saja mampu, mengapa harus mengharapkan bantuan orang lain? Berdirilah sampai kaki tak mampu menopang tubuh, terluka lah sampai luka tak mampu membuat mengadu, menangislah sampai tak ada yang mampu membuat tersedu. Dengan begitu kamu akan mampu bertahan meski tak ada siapapun di sisimu.
°°DC°°
"Sahabat lebih mengerikan daripada musuh terang-terangan!"
Seperti memiliki kekuatan magis, kalimat singkat itu terus berputar di kepala Flo. Seolah menjadi sebuah rekaman lama yang sedikit tersendat, semakin ia ingin menutup telinga maka semakin cepat frekuensi perputarannya.
Di satu sisi ia sangat memercayai Binar, tapi di sisi lain, wajah Zio yang terlampau serius juga tidak bisa ia kesampingkan. Binar adalah saudara sekaligus sahabat yang telah ia kenal sejak kecil. Ia lebih tahu seperti apa Binar, Zio tak akan mengerti meski seribu kali dijelaskan. Flo tak ingin bersusah membuang energi untuk meyakinkan Zio bahwa Binar tidak seperti yang lelaki itu pikirkan.
Lebih baik ia kembali ke kamar daripada membiarkan lebih banyak intervensi masuk dalam pikiran. Koridor cukup sepi sampai-sampai hanya suara langkah kakinya yang terdengar, tentu saja orang-orang akan sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian besok.
Sekali lagi, Flo merasa lari dari pikiran kusutnya adalah solusi terbaik menenangkan diri. Di tengah pikiran kusutnya, tepat pada jalan membentuk sudut yang sulit dijangkau penglihatan, ia menabrak seseorang membuat siswi tersebut langsung terjatuh. Flo sedikit keheranan padahal ia merasa tabrakan tersebut tidak begitu kuat sampai harus menyebabkan perempuan itu terjatuh.
"Sorry," sesal Flo mengulurkan tangannya.
Ketika hendak membantu perempuan itu, ia baru menyadari bahwa yang ditabraknya adalah penyebab pikiran kusutnya, Binar.
Sudut bibir yang telah berhenti mengalirkan darah tampak berwarna kemerahan, wajah lebam dimana-mana, rambut acak-acakan disertai pakaian kusut. Binar benar-benar terlihat berantakan.
Flo menarik lengan perempuan itu tanpa mengeluarkan sepatah kata, entah mengapa Binar merasa cengkeraman di tangannya terasa sangat kuat sampai membuatnya ingin meringis. Tentu ia sadar, Flo tengah marah padanya.
Dan di ruangan inilah mereka berakhir, dengan Flo yang menyilangkan kedua tangan setelah menyerahkan Binar pada seorang perawat. Untuk saat ini Binar hanya berharap, perawat yang ada di hadapannya menggunakan teknik slow motion dalam mengobati lukanya. Rasanya Binar tak sanggup untuk menjawab pertanyaan yang tergambar di wajah sepupunya, terlalu kentara dan menyeramkan baginya.
Sayang, harapan langsung ditepis kenyataan bahwa perawat tersebut telah selesai mengobatinya dan bersiap meninggalkan ruang tersebut. Di saat bersamaan ia merasa sekujur tubuh seperti sedang membeku, bahkan ujung jari saja tak mampu ia gerakkan. Hawa dingin itu merayap sampai tulang, tatapan tajam seolah menusuk sampai titik terdalam, Flo benar-benar marah tentu Binar bisa merasakannya.
"Kenapa lagi kali ini?" Tanya Flo tanpa basa-basi.
Haruskah Binar menjawab bahwa dirinya berkelahi dengan Ana karena kejadian malam itu? Seketika perempuan itu langsung menggelengkan kepalanya. Sebaiknya Flo tidak tahu.
Salah satu yang paling sulit dihentikan adalah rasa simpati, ketika Ana berhasil menarik kembali simpati Flo, akan semakin besar kemungkinan Ana memanfaatkan simpati itu untuk kepentingan pribadi. Binar tak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND CLASS
Novela Juvenil∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impian setiap orang tua terhadap anaknya. Selain masa depan yang cerah tentunya setiap tangga yang anakny...