Thanks for nunnarhea, Angieshuka, LaamourXexa, dan untuk semua yang sudah membaca dan memberi vote. :) Kisah ini tercetus di benakku setelah menonton dokumentasi mengenai peran double agent di salah satu TV swasta. Semoga saja menghibur. xP Pic: Raziel Kincaid
~*~*~*~*
Kiara berjalan menyusuri jalanan dengan langkah cepat. Di dalam kegelapan, kalung kristal di lehernya bersinar menyinari langkahnya. Di atasnya, langit terlihat semakin gelap dan berkabut daripada ketika dia berjalan menuju rumah Shirley. Saat itu, untuk kesekian kalinya, Kiara merasa bersyukur dengan kalung yang diberikan Kieran padanya. Kalung ini adalah kalung yang diberikan secara turun-menurun pada anak laki-laki pertama keluarga Hafflich. Kieran, yang sepertinya mendapatkan firasat buruk mengenai hal yang akan terjadi, memberikannya kepada Kiara beberapa saat sebelum para soccerer sekaligus prajurit raja Vontiere menerobos masuk ke dalam rumahnya.
Kiara sebenarnya juga akan ikut tertangkap jika Raziel tidak muncul secara mendadak dan membawanya pergi. Laki-laki itu tiba-tiba saja muncul di hadapan Kiara, meraup tubuhnya, dan memindahkan tubuh mereka ke tempat lain tanpa mengatakan apa-apa. Awalnya, Kiara tidak mengerti kenapa Kieran dan Raziel tiba-tiba bersikap ganjil. Namun Kiara kemudian melihat beberapa sorcerer terbaik di negeri Nerlauz menerobos masuk ke rumahnya, tepat sebelum Raziel memindahkan tubuh mereka. Kiara langsung mengerti apa yang sedang terjadi.
Kiara tidak terlahir sebagai sorceress yang berarti dia tidak memiliki kekuatan sihir di dalam dirinya. Hal inilah yang membuatnya tidak bisa memindahkan tubuhnya kembali ke rumahnya dan melakukan sesuatu untuk menolong keluarganya. Berulang kali, Kiara menuntut bahkan memohon Raziel untuk membawanya kembali ke rumahnya, tetapi Raziel menolaknya. Kiara merasa tidak pernah seputus asa itu. Ketika dia mendengar kabar bahwa seluruh keluarganya, kecuali Kieran, telah meninggal, untuk pertama kalinya, Kiara tidak sanggup menahan emosi di dalam dirinya dan menangis di depan orang lain.
Namun semua ini akan berubah. Kiara tidak ingin lagi duduk gelisah di dalam istana, menunggu kabar mengenai keluarganya. Kali ini, dia juga tidak akan mendengar kabar bahwa anggota keluarganya, Kieran, meninggal. Kiara sendiri yang akan memastikan itu.
Tepat ketika itu, Kiara melihat sesosok laki-laki berdiri di sisi jalan. Rambut keperakan laki-laki itu tampak bersinar di bawah cahaya kristal milik Kieran. Sosok itu menoleh begitu merasakan cahaya tersebut mengenainya. Sepasang mata abu-abu langsung menatap Kiara dan seulas senyum dingin terukir di bibirnya. Langkah Kiara langsung membeku di tengah jalan dan dia menatap sosok itu dengan tatapan waspada.
“Ah, Kiara,” sapa laki-laki itu dengan keramahan yang tidak mencapai kedua matanya. “Senang bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu?”
Kiara tidak membalas senyuman dingin tersebut. Kiara mengenal sosok laki-laki di depannya ini. Dia adalah Dorian Lorrens, kaki tangan Raja Vontiere sekaligus orang yang memimpin penangkapan Kieran dan anggota Hafflich yang lain. Kiara menatap Dorian dengan tatapan dingin. “Kabarku baik, terima kasih,” jawabnya, singkat.
Dorian tersenyum semakin lebar, tetapi Kiara bisa melihat kedua mata abu-abu itu terlihat semakin dingin dan bermusuhan. “Ah ya, kurasa begitu,” sahutnya dengan nada halus dan pelan. “Jika rumor yang aku dengar benar, Raziel Kincaid pasti merawatmu dengan sangat baik.”
Meskipun Dorian mengucapkannya dengan sikap ringan, Kiara bisa mendengar nada permusuhan di dalam suaranya. Kiara tersenyum tipis mendengar hal ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Dorian Lorrens dan Raziel Kincaid saling membenci satu sama lain. Kiara tidak begitu mengerti mengenai apa yang terjadi di antara mereka. Namun dia merasa bahwa posisi keduanya yang sama-sama merupakan kaki tangan dari dua raja yang saling bertentangan, juga mempengaruhi perasaan mereka tentang satu sama lain.