Rellona terbangun.
Yang pertama kali ia tangkap oleh penglihatannya ialah langit-langit kamar. Ya, kini ia sudah berada di rumahnya.
Ia mencoba untuk bergerak, beranjak dari tempat tidur, lalu ia meringis, merasakan sakit pada beberapa bagian tubuhnya. Rellona berusaha mengingat kembali tentang perihal kejadian tempo lalu, lantas ia pun menghela nafas dalam, jika saja kemarin gadis itu tak memberontak, mungkin saja para anggota Triple Zero itu tak akan mencengkeramnya sangat kuat hingga meninggalkan banyaknya luka lebam.
Persepsi Rellona yang ia pikir akan dihukum, ia salah besar. Justru ternyata ia malah diantarkan ke rumahnya. Jujur saja, ia tidak merasa aneh. Lagipula, bukankah memang itu adalah kekuatan dari simbol b? Mana mungkin gadis istimewa dihukum hanya karena ingin bekerja?
Namun, bukan itu yang kini membuat Rellona berpikir keras.
Benar, Riga. Itulah yang ia tangkap setelah mengingat kejadian kemarin.
Dibawa pergi kemana pria itu?
Rellona kemudian bergegas merapikan diri. Ia meraih alroji, dengan cepat ia menekan tombol untuk berteleportasi.
"Siapa tau mereka bisa melacak keberadaan Riga." serunya dalam hati.
Sesampainya ia di basecamp ia sudah dikejutkan oleh pemandangan yang berhasil membuatnya heran. Kedua alis gadis itu menukik tajam.
"Riga?"
Sang punya nama langsung menoleh tat kala namanya disebut oleh suara yang tak asing ditelinga. Lelaki itu tersenyum menyadari keberadaan Rellona. Dia juga mengangkat telapak tangannya ke udara, melambai dengan ramah seolah tak pernah terjadi apapun sebelumnya.
Tentu saja membuat isi kepala Rellona dipenuhi banyaknya tanda tanya. Bagaimana semuanya bisa terlihat baik-baik saja setelah kejadian kemarin yang hampir membuat keduanya ketakutan setengah mati. Semua orang tahu bagaimana mengerikannya Triple Zero. Bahkan tak jarang ada orang yang berhasil selamat atas kejamnya hukuman Triple Zero, dan Riga juga bukan pemilik simbol b atau simbol spesial lainnya. Ia hanya penduduk biasa.
Gadis itu kemudian langsung tertuju pada Riga. Menghampirinya dengan sejuta raut penasaran. Ia segera mengintrogasi lelaki itu.
"Lo nggak papa?" Rellona membolak-balikkan wajah lelaki itu dengan tak ramah. Mencari dengan teliti luka yang sekiranya menandakan bahwa kejadian kemarin benar terjadi. Dan tak mungkin tidak memiliki luka sedikitpun akibat cengkeraman kuat orang-orang bertubuh kekar itu.
"Gue, ok." Riga menjawab singkat. Ia juga terkejut dengan aksi perempuan itu yang secara tiba-tiba sudah meraba wajah hingga seluruh tubuhnya.
"Lo nggak dihukum?"
"Dihukum? sama siapa?"
Rellona semakin merapatkan kedua alisnya. Ia menjauhkan diri. "Sama Triple Zero! Sama siapa lagi?" nadanya naik satu oktaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Life: Another World [END]
Science Fiction[ Mystery, Fantasy, Sci-fi, & Adventure ] ❝Jika mimpi dapat membuat sebuah kehidupan yang gila, mengapa dinyatakan mutlak tidak nyata? Darimana bisa terciptanya jikalau bukan kehidupan itu benar adanya?..❞ Mengisahkan tentang beberapa pemuda yang te...