🌖

146 19 59
                                    

"Astaga, astaga ... apa kamu masih menangis?"



"Ugh- hmfth!"



"Aih ... baru kali ini kulihat Angel cengeng sepertimu."



Setelah menyita banyak waktu karena menangis, Mafu yang menyesal dan juga merasa bertanggung jawab memutuskan untuk mengambil alih seluruh pekerjaan. Yaitu memetik stoberi yang sudah matang. Sakata sudah memberitahunya tentang ciri-ciri buah yang sudah matang dan yang belum, jadi Mafu bisa menyelesaikannya sendiri. Sejauh ini ia sudah memanen dari dua baris pohon. Karena totalnya ada lima baris, jadi masih banyak pohon yang harus dia cek. Melirik keranjang ditangan yang sudah penuh, Mafu bangun dari simpuhnya dan berseru agak keras. "Sakata-san! Keranjangnya sudah penuh!"




"Eh? serius? Kupikir masih muat untuk bawa melon juga," keluh Sakata menyayangkan.




"Melon? Apa itu?"




"Semacam buah hijau manis gitu, deh. Kalau tidak salah itu kesukaannya Soraru-san."




Mendengar ini, kedua manik delima Mafu berbinar. "Soraru-san suka melon?"




"Begitulah, tapi karena keranjangnya penuh, jadi-"




"Ti-tidak apa-apa! aku bisa membawanya! Dimana melon itu berada?" tanyanya menggebu.




Melebarkan senyum, Sakata menunjuk kearah dalam hutan. "Shima menanamnya disana. Tidak terlalu jauh, kok. Kalau pakai perhitunganku, dua puluh langkah dari arah masuk hutan."




"Baiklah!"




Melambaikan tangan pada Mafu yang menjauh, Sakata menurunkan senyumnya dan beralih fokus pada benda yang tersimpan dalam genggaman tangan satunya. Memilin-milin benda itu dengan cermat, ia terperangah begitu mengenali benda apa itu.




Apa Soraru-san yang meletakkannya? Harusnya tidak, duganya dalam hati.




Tetapi jika Soraru bahkan tidak mengetahui soal benda ini, artinya akan ada hal buruk yang terjadi. Masih memilin jepitan rambut putih di jarinya, Sakata diam agak lama sebelum akhirnya berhenti memilin dan memasang jepitan putih itu sisi dalam sebelah kanan rambutnya.




Sakata paham betul kalau kedatangan mereka kesini mengartikan kalau Eve sudah tiada. Karena begitulah perjanjian diantara Soraru dan mereka yang ditinggalkan. Akan tetapi, ia merasa masih belum bisa merasa lega karena keadaan Sako di luar sana. Walau sekarang ia tak lagi bisa memegang senjata, akan tetapi dia masih memiliki sesuatu yang harus dilindungi.




Hela napas panjang terembus dari lisannya. "Mau hidup tenang saja repotnya minta ampun. Kalau aku mati, siapa yang urus kebun-kebun ini?"




Mafu kembali tak lama kemudian dengan dua buah melon segar di tangannya. Di sepanjang jalan mereka kembali ke spot piknik, Mafu dengan riangnya menceritakan apa yang ia lihat saat memasuki hutan. Dimulai dari melihat tupai terbang melintas di atas kepalanya dan rusa yang tiba-tiba datang ingin mengunyah rambutnya. Tidak selesai disana, ada rubah yang tiba-tiba menerjang dari semak-semak ingin merampok melon yang dipetik Mafu. Sakata menanggapi seluruh cerita itu dengan tawa renyahnya.

Nighty Rain  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang