Para manusia itu bersorak dengan riangnya saat bel pulang dibunyikan, huh akhirnya mereka bisa melepas penat di rumah nanti, mari beralih pada manusia batu kita yang tentu saja tak memedulikan apapun itu, bahkan dirinya masih berdiam diri dikelas sambil menopang dagu, yah lagi lagi entah kemana pikirannya itu berkelana.
"Ano!" Deta langsung menarik tangan Ano keluar dari kelas dengan babu setianya ah ralat maksudnya teman Deta yang juga mengikutinya dari belakang.
Saat ini mereka tengah duduk dekat pos sambil menunggu jemputan masing masing, tentu saja dalam keadaan yang bising lebih tepatnya hanya Aldi dan Adit yang berdebat, entah apa yang mereka diperdebatkan, Deta tak ambil pusing tentu saja, Ano? apalagi manusia batu itu diam seperti batu.
Mobil kini berhenti dihadapan mereka, si pengemudi mobil itu tentu saja hanya menurunkan kaca mobilnya, dirinya malas keluar, intinya orang yang sudah menunggunya mengetahui dirinya, maka mereka tentu saja akan naik sendiri tanpa perlu menghampiri dan mengatakan "ayo pulang" bukan? Buang buang tenaga saja, tidak akan apalagi tebar pesona oh tidak akan.
Deta yang melihat kaca mobil itu di turunkan dan mengenalinya, ia menarik tangan Ano dan duduk dengan santai disana, tanpa memedulikan babunya yang masih sibuk berdebat, entah apa yang mereka perdebatkan sampai tak menyadari kepergian mereka, ah bodoamat lah.
sampailah mereka di rumah tentu saja dengan memasukan mobil digarasi dan mereka bertiga turun dari mobil tentu saja dengan Deta yang masih setia Manarik tangan Ano, manusia satu itu harus diberi ransangan agar terus bergerak.
Deta langsung saja mengantarkan Ano kekamarnya lalu menutup pintu setelah Ano masuk dan ia juga akan pergi kekamarnya ganti baju.
Ano? Hei manusia batu itu juga tahu apa yang harus ia lakukan, tentu saja ia akan Menganti bajunya tidak mungkin ia akan melamun sepanjang hari dengan baju sekolah yang terus melekat ditubuhnya, setelah berganti pakaian, apa yang harus ia lakukan? Jawabannya ialah tidur, kenapa tidak melamun? Hah ia juga cape melamun, apalagi jika duduk seharian di kursi badanya akan pegal, jadi lebih baik dirinya tidur saat ini, itu lebih baik bukan? lupakan soal makan, tidur nomer 1.
Baru saja akan memejamkan matanya, seseorang datang kekamarnya mengetuk, dan langsung masuk, jika menunggu respon darinya maka seseorang akan menunggu sampai seratus tahun, dirinya tak merespon tentu saja.
"Ayo sarapan," Deta pemuda itu menarik pelan tangan Ano, ia tahu adiknya ini belum sepenuhnya tidur, dengan pasrah Ano bangun menuju ruang makan.
Tak usah tanyakan bagaimana suasana makan saat itu, hanya ada mereka berdua, setelahnya Deta menarik Ano keruang keluarga.
Ano, anak itu hanya pasrah ditarik kemana saja, saat ini sedang duduk di sofa tentu saja dengan Deta yang ada disampingnya, dan tv yang menyala dihadapannya.
"Mau cake nggak?" tanya Deta, siapa tahu Ano mau makan.
Ano? Si patung hidup itu tentu saja tak merespon matanya fokus ke televisi tapi dengan pandangan yang kosong, Deta kau salah bertanya padanya.
"Eskrim mau?" tanya Deta lagi, ia tak menyerah sampai adiknya ini meresponnya, dan jangan mengharapkan Apapun tak ada respon dari Ano.
"Permen mau?" tanyanya lagi pokoknya ia harus mengalihkan perhatian adiknya itu agar tertuju padanya.
"Snack?"
"Susu?"
"Kentang goreng"
"Pizza"
"Burger"
"Buah"
Sudahlah, Deta menyerah, Ano sama sekali tidak meresponya, ia hanya mampu menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ano
Teen FictionBosan hidup? Mati solusinya Pikiran yang bodoh jika mati menjadi solusi, namun jika mati ditangan orang lain sepertinya tak apa, benar kan? Asal jangan mati ditangan sendiri. Takdir itu sangat senang bermain, jadi nikmati saja.