19. Kedatangan Mertua

370 8 1
                                    

Mas Irsan yang akan membuka pintu pun di buat terkejut dengan kedatangan adik bungsunya itu. Ia hampir terhuyung ke belakang kala Daisy—adiknya berhambur ke dalam pelukannya. Untung saja Mas Irsan masih bisa menahan bobot tubuhnya, jika tidak, keduanya pasti akan jatuh ke lantai.

"Mas Irsan!" pekik Daisy.

Mas Irsan meringis sambil menutup telinganya saat mendengar suara cempreng Daisy yang sangat memekakan indera pendengarannya.

"Untung Mas masih kuat nahan bobot tubuh kamu, Sy. Kalau nggak bisa jatuh nanti, kalau ke rumah orang tuh biasakan salam, jangan main nyelonong gitu aja!" tegur Mas Irsan.

Namun, yang di tegur malah menunjukan cengiran tanpa dosanya hingga deretan gigi putihnya terlihat.

Sebagai seorang adik, Daisy tentu saja merindukan Mas Irsan. Meskipun berada di dalam satu kota, keduanya di sibukkan dengan kegiatan masing-masing.

Mas Irsan yang sibuk bekerja, Daisya sibuk kuliah. Sehingga tidak ada waktu untuk sekadar berkumpul meski sebentar. Berhubung Daisy sedang libur kuliah dan Mas Irsan juga tidak bekerja, mereka bisa menghabiskan waktu di kediaman Irsan Diaskara itu.

Daisy kembali memeluk tubuh kakak laki-lakinya. "Nggih, ngapunten toh Mas. Habisnya Isy kangen banget sama Mas Irsan, udah lama nggak ketemu."

"Mas paham, tapi jangan langsung nyuruduk aja dong, Sy. Gimana kalau Mas nggak bisa nahan? Bahaya."

"Iya-iya maaf, kangen banget Isy!"

Terdengar suara serak Daisy yang sedang menahan tangis. Semenjak menikah dan pisah rumah, kedua saudara itu memang jarang bertemu, apalagi sekarang Mas Irsan sudah berkeluarga. Daisya tidak bisa menghabiskan waktu sepanjang hari bersama kakaknya.

Berbeda dengan dulu, Daisy sering menghabiskan waktu bersama Mas Irsan jika kedua orangtuanya sedang tidak ada. Itulah mengapa, sosok Irsan Diaskara sangat penting bagi Daisy. Semenjak Ayah mereka meninggal, Mas Irsan mampu menggantikan sosok Ayahnya itu.

Mas Irsan tertawa kecil melihat Daisy yang mulai terisak di dalam pelukannya. Adik bungsunya ini tidak ada bedanya dengan dulu, selalu nempel dan senang bermanja-manja dengannya.

"Lah malah nangis, udah Sy nggak usah nangis, udah gede kok cengeng?" ledek Mas Irsan sambil mentertawakan Daisy.

Sontak Daisy langsung menggeplak dada bidang kakak laki-lakinya karena sebal.

"Mas Irsan mah gitu! Wong lagi melow juga ini, dahlah nggak jadi sedih. Mana Mbak Janiku sayang?" tanya Daisy. Mas Irsan begidik geli mendengar Daisy memanggil istrinya dengan sebutan itu.

"Geli," gumam Mas Irsan yang masih bisa di dengar oleh adik bungsunys.

Tanpa menjawab pertanyaan Daisy, Mas Irsan memilih melenggang pergi meninggalkan adiknya yang berdecak kesal di tempat.

"WOY MAS! KOK ISY MALAH DI TINGGAL SIH?" teriak Daisya. Gegas segera berjalan mengikuti langkah kakaknya masuk ke dalam rumah.

Sedangkan sang kakak hanya bisa cekikikan dengan tingkah laku adiknya itu. Ia segera menghampiri sang istri yang sedang menunggu di ruang TV bersama Indira.

"Mbak Jani! Yuhu! I'm comeback!" Aku yang sedang mengasuh Indira di buat kaget saat seseorang memanggilku.

Suara itu? Tentu saja aku tahu siapa pemilik suara itu. Itu pasti Daisy, adik iparku. Aku membalikkan badanku ke belakang, senyumku merekah kala melihat Daisya berjalan dengan sumringah ke arahku.

"Eh Isy? Ya ampun ..." Aku berdiri dan kami berdua saling berpelukan. Melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu.

"Kangen banget sama Mbakku yang satu ini. Huaaa ... akhirnya kita bisa meet lagi ya," ujar Daisy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misteri Selingkuhan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang