Akhirnya Rin menurunkan tubuhnya. Melepaskan tangannya dari kisaran pinggang [name] dan tetap menyentuh jemari jari lentiknya.
"Dan dalam akhir dansa, kau harus menundukkan kepalamu,"
"Seperti ini."
Rin menyimpan tangan kiri nya di depan bahu kanan lalu menundukkan kepalanya. [Name] tanpa basa-basi langsung menirukannya.
Mengetahui gerakan itu salah, Rin segera menjitak keningnya tanpa belas kasihan. "Aw!" Rintih nya terkejut.
"Salah. Seorang wanita tidak melakukan hal itu," Kritiknya pedas.
"Lalu aku harus bagaimana?! Kau yang menyuruh ku untuk menirukan mu!" [Name] membela diri. Rin hanya mendengus menahan kekesalan nya.
"Seorang wanita harus merentang kan tangan kirinya ke samping dengan lembut. Bukan seperti seseorang yang meminta pelukan. Lalu tundukkan kepalamu dengan hormat," ucap Rin dengan terang-terangan mengamati setiap gerak geriknya.
Kenapa dia menatapku seperti itu...?
"Katakan itu dari awal!"
[Name] dengan enggan hanya menuruti perintah Rin.
Dia menundukkan kepala nya dengan tenang dan merentangkan tangan kirinya dengan lembut. Lalu kembali berdiri diam dan menjauhkan tangannya dari sentuhan Rin.
Dia memilih untuk duduk diatas batu di pesisir aliran sungai. Menikmati suara deras air tawar yang menyusuri alur kehidupan.
Rin hanya diam di tempat. Meratapi [name] yang setiba-tiba nya langsung menjaga jarak darinya. Walau sebelumnya mereka sedekat itu.
"Apa kau masih membenciku?"
Pertanyaan itu akan terus Rin ucapkan sampai dia bisa mendapatkan jawaban sesuai keinginan nya.
Walau proses hanya bisa berjalan, bukan berlari.
[Name] mengangkat bahu secepatnya.
"Kenapa masih bertanya? Aku akan membencimu seumur hidup..." Tutur nya dengan posisi meringkuk.
Perkataan menusuk itu membuat Rin merasa kecewa. Meski dia tahu bahwa jawaban itulah yang akan terdengar dari mulut sang Pribumi.
Dia perlahan berjalan mendekatinya dan hanya berdiri dibelakang nya.
Mengamati rambut cantiknya yang diikat model kuncir dan leher bersihnya meski dia sudah melewati beberapa tantangan dalam hidupnya.
Pribumi macam apa ini? memiliki tubuh cantik nan bersih meski dia selalu bergerak kesana kemari.
"Rendahan.."
Sahutan itu membuat telinga [name] berdiri tegak mendengarkan. Dia tidak menoleh dan fokus menatapi aliran sungai deras.
"Apa lagi?"
"Sebenci itu kah kau melihat kematian manusia?"
Rin menatap datar kearah [name]. Rambutnya terhempas angin kearah samping disaat dia tetap pada ekspresi dinginnya.
"Tentu saja. Itu karena kalian, para penjajah tidak punya etika," tuntasnya kesal.
Rin tiba-tiba teringat kembali hal yang diceritakan shidou. Mungkin itulah mengapa dia benci dan rapuh pada kematian. Terutama di saat Rin melihat [name] tengah mendekap seorang gadis kecil yang sudah tak bernyawa beberapa hari lalu sebelum Rin akan menyelamatkan nya..
Sebesar itukah usahanya untuk melindungi orang yang menurutnya penting?
Untuk menghindari kata kematian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fiksi Penggemar"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...