31 - Relation

10 2 0
                                    

Meskipun Yena sudah bisa menerima fakta jika keluarganya memang berbeda dengan keluarga pada umumnya, namun dirinya masih selalu merasa canggung saat keluarga besar dari sang mama, sang ayah, juga ibu tirinya berkumpul di satu acara yang sama. Seingatnya, terakhir kali momen itu terjadi saat sang ayah resmi menikah dengan ibu tirinya. Itu sudah beberapa tahun yang lalu dan kini terjadi lagi di acara lamarannya dengan Changbin. Jujur Yena masih tidak tahu bagaimana cara Changbin menyusun acara ini hingga mampu mengumpulkan keluarga besarnya seperti ini.

Sebuah rahasia yang selama ini benar-benar Yena pendam sendiri adalah keyakinan untuk tidak menikah. Jujur, gadis itu berulang kali mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak menikah saja. Memikirkan betapa canggung dirinya saat Taejoon masih harus menjadi wali nikahnya saat pria itu sudah menjadi kepala keluarga untuk orang lain sangat membebaninya. Tapi di sini, melihat sang ayah dan mamanya kembali duduk berdampingan sebagai orang tuanya cukup membuatnya merasa memiliki keluarga yang utuh. Setidaknya untuk acara ini.

"Selamat Kak Yena," ujar Sinhye mendekat selaku ibu tirinya dengan senyum manis sambil memeluk Yena setelah acara intinya selesai.

Yena balas memeluk Sinhye dan menatap sedih setelah pelukannya terlepas. "Maaf, Bu."

"Loh? Kok malah minta maaf?"

"Ibu harus liat Mama sama Ayah jadi orang tua Yena."

"Eh? Mereka kan memang orang tua kamu, Yen."

"Tapi sekarang kan Ayah suami Ibu. Harusnya Ayah berdampingan sama Ibu, bukan sama Mama."

Sinhye menghela pelan dengan senyuman manis. "Kamu setuju kalau kita masih satu keluarga kan? Jadi mau berdampingan sama siapa aja juga kita masih tetap berhubungan baik. Ibu gak merasa keberatan atau gimana kok. Apalagi di acara ini yang terpenting adalah kebahagiaan kamu."

Yena kemudian tersenyum tipis, "Makasih, Bu. Ibu tuh sebaik ini, pantes aja Ayah sayang banget."

"Kamu gak lagi nyindir Ibu kan?"


"Eh?!! Enggak, Bu!" sanggah Yena panik sendiri. Dirinya jadi merasa bersalah karena ucapannya memang dapat diartikan dengan cara yang salah. "Maksud Yena tuh Ayah pinter nyari cewek! Ibu orang baik, Mama juga orang baik. Jadi yang jahat Ayah aja!"

Sinhye terkekeh pelan. Dirinya mengerti bagaimana sebenarnya perasaan Yena. Sekian waktu berlalu memang tidak membuat celah di antara mereka bisa tertutup sempurna. Meski masih sama-sama merasakan sakit, baik dirinya dan Yena selalu berusaha mengaja perasaan satu sama lain. "Kalau Ayah kamu denger terus tiba-tiba gak jadi ngasih restu gimana?" canda Sinhye.

"Gapapa!" jawab Yena cepat yang membuat Sinhye terkejut sendiri karena tidak menduga jawaban tersebut.

"Kenapa?"

"Ini terlalu mendadak buat Yena, Bu. Yena gak ada persiapan apa-apa. Jadi kalau dibatalin juga gapapa. Artinya Yena punya waktu buat siap-siap," jelas Yena yang mendapat hembusan napas lemah dari Sinhye.

"Kalau kamu menunda terus dia keburu diambil sama orang lain gimana?"

"Itu berarti emang bukan dia orangnya," jawab Yena setelah beberapa saat menatap Changbin di seberangnya juga tengah berbincang dengan teman-temannya.

"Kamu mulai meragukan keberadaan orang yang tepat setelah apa yang terjadi sama Ayah kamu ya?"

Yena menggeleng. Bukan karena pertanyaan Sinhye yang kembali ke topik sensitif itu, namun karena dirinya merasa jika dirinyalah yang tidak tepat bagi Changbin. Sebagian dari dirinya masih berpikir jika Changbin melakukan semua ini karena terpaksa. Gadis itu masih merasa jika dirinya bukanlah orang yang sebenarnya diinginkan oleh lelaki itu. "Bukan karena siapa-siapa, Bu. Ini murni karena Yena sendiri."

Melihat putri tirinya tidak menjelaskan lebih lanjut, Sinhye sadar jika Yena memiliki sesuatu yang tidak ingin dibicarakannya. Wanita itu akhirnya memilih untuk kembali memberikan sebuah pelukan, "Kalau ada apa-apa kamu boleh cerita sama Ibu. Kita masih satu keluarga kan? Jadi tolong jangan anggap Ibu sebagai orang asing."

Yena mengangguk dalam pelukannya dengan Sinhye. Interaksi keduanya itu berhasil membuat beberapa orang yang melihatnya tersenyum merasakan hangat di dada masing-masing. Termasuk Taejoon dan Bomi yang duduk tidak jauh dari Yena. "Kita bener baik-baik aja kan?"

Bomi menoleh ke arah sang mantan suami kemudian mengangguk dengan senyuman. Tatapannya kemudian turun ke arah pria kecil di atas pangkuannya. Jiwoo. "Iya. Kita semua selalu baik-baik aja. Iya kan, Ji?"

"Iya, Mama," respon balita yang tidak mengerti pertanyaan Bomi tersebut dan mengangguk saja agar cepat saat Bomi memukuli pelan pipi bulatnya.

Kembali pada Yena yang masih nyaman dengan pelukan Sinhye, matanya yang menatap lurus ke belakang tubuh Sinhye kemudian menemukan satu sosok familiar di antara tamu undangan. Jika dipikir lagi, sebenarnya keberadaannya memang tidak mengherankan mengingat lingkar hubungan antar para keluarga kenalan orang tuanya juga orang tua Changbin masih sama. Senyum Yena mengembang saat sosok itu juga memberikan senyum ke arahnya.

Dengan ragu Yena melepaskan pelukannya dengan Sinhye, "Bu, maaf. Barusan Yena liat temen Yena, jadi mau Yena samperin dulu."

"Oh, silahkan," ujar Sinhye sambil memundurkan diri dan membiarkan Yena menghampiri temannya sementara dirinya kembali ke arah suami dan putranya.

Yena dengan langkah sulit karena gaun panjang nan ketat di bagian kakinya itu juga karena banyaknya tamu yang mulai sibuk dengan urusannya masing-masing akhirnya berhasil berhadapan dengan Chaewon karena gadis itu juga turut mengambil langkah ke arahnya. "Halo, Chaewon. Kita ketemu lagi."

"Halo juga Kak Yena," balas Chaewon kemudian memberikan pelukan pada Yena. "Selamat ya, Kak."

Yena dengan cepat melepas pelukannya dan menatap panik ke arah Chaewon. "Maaf!"

"Untuk?" bingung Chaewon.

"Karena nerima lamarannya Changbin."

Chaewon terkekeh setelahnya, "Kirain karena apa. Soal itu udah gak usah dibahas ya, Kak? Kita sama-sama anggap itu sebagai masa lalu dan mulai masa depan bareng-bareng."

"Lo beneran gapapa?" tanya Yena memastikan karena dirinya masih tidak mempercayai semua ini benar terjadi padanya.

"Ish, iya, Kak!" desis Chaewon kesal sendiri. Gadis itu menoleh ke belakangnya dan melambai pada seseorang sebelum kembali menatap Yena, "Lagian aku juga udah punya tunangan aku."

Tak lama muncul seorang lelaki dari belakang tubuh Chaewon yang tersenyum ke arah Yena. Yena melirik Chaewon yang mengangguk-angguk sambil tersenyum yang akhirnya membuat Yena juga tersenyum canggung ke arah lelaki itu.

"Kak Yena, ini Yunseong. Yunseong, ini Kak Yena yang punya acara," ujar Chaewon memperkenalkan.

"Gak, yang punya acara Changbin. Bukan gue!" sanggah Yena dengan cepat karena memang Changbin yang menyiapkan acara ini tanpa memberitahunya.

"Tapi Kak Changbin nyusun acara ini kan buat Kak Yena, jadi ini acaranya Kak Yena juga," goda Chaewon.

"Berarti cewek ini yang pura-pura jadi pacarnya pacarmu waktu kamu sama pacarmu pura-pura putus?"

Nefarious - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang