"Oh iya, Sakusa-san, aku lupa membawa bajumu," ucap Kageyama di sela-sela memakan bubur abalone buatan Sakusa. For your information, itu sudah mangkok kedua Kageyama makan. Pikiran awalnya yang hanya akan makan sedikit saja seketika hangus setelah mencicipi bubur buatan Sakusa yang terasa enak di lidahnya yang cukup pemilih.
Sakusa juga teringat akan baju Kageyama yang masih berada di rumahnya. Dia beranjak dari tempat duduk, berjalan ke kamar. Tidak lama setelah itu keluar dengan membawa paperbag berisi pakaian, memberikannya pada Kageyama yang masih sibuk makan. "Ini bajumu, sudah kering," ucapnya lalu kembali duduk. "Kau bisa mengembalikan bajuku kapan saja. Tidak usah terburu-buru."
"Tapi sepertinya itu baju mahal."
"Aku punya banyak."
Kageyama memutar mata mendengar nada sombong Sakusa. Dia menghardik dengan bercanda, "Oke, si paling kaya."
Sakusa terkekeh mendengar itu. Keduanya lalu melanjutkan sarapan dengan sesekali berbincang. Setelah selesai makan, Sakusa mengambil mangkok miliknya dan merebut paksa milik Kageyama, membawa ke wastafel. Dia tidak memberi Kageyama kesempatan untuk mencuci, membuatnya mendapat tatapan tajam dari Raven bermata biru laut itu. Reaksi tersebut hanya akan membuat Sakusa tersenyum kecil lalu mencuci mangkok. "Kau ada latihan jam berapa?" Tanya Sakusa di sela-sela mencuci.
Kageyama sebelum menjawab mengeluarkan bunyi 'huff' kemudian berkata, "Coach memberi kami libur dua minggu."
Sakusa dapat mendengar nada sedih pada suara Kageyama saat menjawab itu. Yah, dia tidak terkejut karena tahu bagaimana cintanya Kageyama pada olahraga tersebut. "Oh ya? Apa yang akan kau lakukan selama dua minggu ke depan kalau gitu?"
"Mungkin pulang."
Sakusa sudah selesai mencuci mangkok, meletakkannya di rak piring, lalu mengambil gelas. Kaki melangkah menuju kulkas, mengambil botol susu. Dia menuangkan susu tersebut ke dalam gelas, memberikannya kepada Kageyama. Setelah itu, Sakusa duduk lagi seperti sedia kala. "Pulang ke Miyagi?"
Kageyama mengangguk sembari menenggak susu. Dia sepertinya lupa sudah meminum susu yang sama pagi tadi sebelum berangkat menuju rumah Sakusa. Tapi biarlah.
"Kapan?"
Kageyama melirik Sakusa sebentar. Setelah susunya habis, barulah dia menjawab, "nanti sore. Aku sudah meme--"
"NANTI?!"
Kageyama terlonjak kaget mendengar Sakusa yang tiba-tiba meninggikan suara. Untung saja susu di gelas sudah habis, bisa-bisa tumpah akibat terlempar. Dahinya mengernyit menatap Sakusa dengan kebingungan. "I..ya? Nanti."
"Kenapa tiba-tiba?" Wajah Sakusa menunjukkan sedikit keengganan. Bahkan alis terlihat menukik dengan bibir mengerut. Hancur sudah image cool yang dia bangun selama ini di hadapan Kageyama. Dia terlihat seperti bocah ngambek sekarang.
Kageyama berkedip-kedip melihat ekspresi itu. Berpikir apakah Sakusa sekarang sedang ngambek padanya? Tapi kenapa? Apakah karena masalah dirinya yang akan pulang? Kenapa coba? Lagipula itu bukan urusan Sakusa dan juga keduanya tidak atau belum sedekat itu untuk mendiskusikan masalah yang lebih privasi. Jadi, apakah dia harus menjelaskannya?
Melihat Kageyama yang menatapnya dengan aneh, membuat Sakusa tersadar bahwa dirinya sudah melewati batas. Buru-buru Sakusa memperbaiki ekspresi wajah dengan berdehem pelan, menghindari tatapan Kageyama. "Lupakan, kau tidak perlu menjawabnya."
Setelah itu Kageyama berniat berpamitan. Sebelum pulang, dia bilang ingin membalas dengan membayar makanan yang ia santap, tapi Sakusa dengan tegas menolak dan berkata bahwa memang sudah niatnya untuk memasakkan makanan seperti yang ia janjikan. Kageyama akhirnya hanya mampu menghela napas dan mengucapkan terima kasih sembari berjalan menuju pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Straight Guy || SakuKage
ФанфикSakusa tidak tahu pikiran apa yang berani membuat dirinya melakukan hal tidak pantas itu. Yang pasti dia hanya ingin memastikan sesuatu. Summary : Sakusa yang mencoba segala cara untuk meluluhkan hati Kageyama. Terinspirasi dari manhwa : Unintentio...