22. Don't Leave Me

16.4K 1.1K 34
                                    

Copyright2015@Anita_ pardais

****

Aroma nafasmu selimuti tubuhku

Kuharap kau tau bahwa hidup ini tiada arti tanpa dirimu

This was just meant to be
You are coming back to me
'Cause this is pure love
'Cause this is pure love

(PureLove-ArashHelena)

****

Hadeehh... nih mulut sama otak kok nggak bisa diajak kompromi sih. Di saat situasi darurat siaga satu kenapa kalian malah mencari masalah. Bikin pusing aja!

Aku menggaruk kepala yang sama sekali tidak terasa gatal. Cengiran tak berdosa langsung terpajang dibibirku. Dengan wajah sepolos mungkin aku menatap Rasykal yang tengah menatapku semakin kesal. Tampak kepulan asap tipis dari atas kepalanya. Apa darah Rasykal mendidih ya? Ah, aku menghayal lagi.

"Terus setelah mencium apa lagi? Kenapa berhenti?" Suara Rasykal datar tapi penuh makna tersirat. Seakan mengatakan jika kau teruskan tanggung sendiri akibatnya.

Aku tersenyum canggung memandang Rasykal. Dudukku jadi gelisah seakan ada telur panas yang sedang aku erami. Bibirku sudah hampir terbuka tapi akhirnya terkatup lagi karena aku tidak tau apa yang akan kukatakan.

Akhirnya aku hanya menggigiti bibir sambil memainkan selimut di pangkuanku.

Kudengar Rasykal menghembuskan nafas keras. "Kau membuat aku gila Liv!"

Aku tersentak menoleh mendengar desahan kerasnya, dan Rasykal tampak beranjak berdiri.

"Ash...Kau mau kemana?" Aku mendongak menatapnya.

"Pulang." Rasykal mendekat lalu menunduk mengecup keningku.

Aku langsung meraih tangannya. Pandanganku cemas manatapnya. Dia sedang marah dan hendak mengendarai mobil. Kalau terjadi apa-apa bagaimana?

"Kenapa? Kau mau aku tidur di sini?" ujarnya datar dengan pandangan mata yang juga datar.

Aku menggeleng. "Hati-hati. Jangan membenturkan dirimu," ucapku pelan. "Sayang mobilnya," bisikku sedikit tersenyum sengaja menggodanya.

Rasykal mendengus. "Dan membiarkan dia memilikimu lagi. Tidak akan."

Rasykal menarik tangannya lalu berbalik meninggalkan aku. Aku memandangi punggungnya hingga menghilang melewati pintu. Aku mendesah, membuang nafas dengan berat.

Rasykal yang pemarah. Pencemburu dan posesif akut. Berbeda sekali dengan Wisnu. Hah. Kenapa aku jadi membandingkan mereka. Jelas saja mereka adalah dua orang yang berbeda.

Tapi kurasa memang ada yang berubah dari Rasykal. Seingatku Rasykal dulu bukanlah orang yang suka memperlihatkan emosinya. Dia orang yang tenang dan santai dalam menghadapi apapun.

Kalau soal cemburu dan posesif aku kurang tau apakah dia memang begitu dari dulu. Mungkin nanti aku bisa menanyakan langsung ke mantan-mantannya. Mungkin aku bisa mencari mereka di sosmed??

Haahh! Otakmu mulai kacau Oliv. Sebaiknya kau berdoa saja supaya pacarmu pulang dengan selamat.

****

Rasykal POV

Aku melihatnya pertama kali saat kegiatan MOS di SMP. Badannya tinggi melebihi rata-rata tinggi cewek kelas satu SMP pada umumnya, dengan wajah yang menurutku cukup manis membuatnya menonjol diantara yang lain.

Aku ingat saat itu dia paling sering maju kedepan kelas karena senior-senior cowok banyak yang tertarik padanya. Tapi reaksinya biasa saja. Dia tidak pernah bertingkah berlebihan dan menurutku cenderung pendiam. Tapi di situ lah letak daya tariknya. Dia berhasil membuat lawan jenisnya penasaran.

Aku dilahirkan dengan fisik rupawan. Aku sangat menyadari itu dan aku menyukainya. Aku suka melihat mereka jatuh akan pesonaku.

Terkecuali dia. Dia tak pernah melihatku. Dan entah sejak kapan aku mulai memperhatikannya.

Aku selalu bertanya-tanya apa yang membuatku selalu menoleh berkali -kali untuk selalu memandangnya. Apa yang ada padanya yang seperti magnet selalu menarikku untuk berada didekatnya.

Aku tidak tau. Aku sama sekali tidak tau jawabannya.

Hingga aku mulai melukis dirinya. Aku melukiskan sketsa wajahnya. Setiap saat. Tanpa bosan.

Aku mulai menyadari jika aku tertarik dengan bentuk hidungnya. Hidung mancungnya yang indah. Tidak. Aku rasa aku lebih tertarik dengan bentuk bibirnya. Bibir mungilnya yang melengkung sempurna. Ah tidak tidak. Yang paling membuat aku tertarik adalah matanya. Mata yang sangat indah. Melihatnya aku seperti berada di alam penuh kedamaian. Bola matanya yang hitam legam mengingatkanku akan lukisan telaga indah ditengah hutan.

Tapi aku juga tertarik dengan rambut panjang nya yang tergerai. Dengan bentuk tubuhnya yang semampai. Bahkan aku tertarik dengan aroma tubuhnya. Aku ingin selalu menghirupnya. Seolah aku akan mati jika tidak melakukannya.

Entah apa yang telah diperbuatnya padaku. Tapi seingatku dia tidak pernah berbuat apa-apa. Bahkan tersenyum sedikitpun sangat jarang dia berikan padaku. Tapi tidak untuk yang lain, seolah selalu ada persediaan senyum manisnya untuk mereka. Tak ada habisnya.

Aku sangat sadar jika aku telah menjadi pengagum rahasianya. Aku menahan diriku sendiri untuk tidak lebih dari itu. Aku hanya ingin melukisnya. Terus melukisnya dalam kesendirianku. Dia adalah inspirasiku.

Aku ingat Kak Rei pernah mengatakan. Tidak ada cinta yang tulus di dunia ini. Hanya cintanya yang harus aku percaya.

Aku tidak tau apakah aku mencintainya. Tapi saat aku mengukir namaku dan namanya di pohon itu, aku masih percaya adanya cinta yang tulus.

Dan seperti mitos yang tersebar di pulau itu. Aku berharap masih ada keajaiban yang bisa menyatukan kami.

####

Part ini pendek ya. Tapi kan yang penting maksudnya tersampaikan.

Oke, met ketemu di next part. Caawww!!!

Fine,I Love U (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang