Chapter 8

2.9K 253 8
                                    

***

Hiruk pikuk kota pada hari ini tidak menghalangi Gita untuk memulai harinya seperti biasa. Sekarang jam menunjukkan pukul 9 pagi, dia masih bersiap di kamarnya.

Hari ini ada jadwal untuk bimbingan skripsi, dia harus menyiapkan mental mendengarkan beberapa ceramah dari dosen dan kalau-kalau ada revisian yang diluar dugaan nya. Bisa jadi juga jika bab terbaru yang Gita buat malah gak diacc dan disuruh mengulang dari awal.

Gita sendiri merasa dirinya tidak maksimal untuk mengejarnya bab tiga ini. Pikirannya kadang tak pernah tenang karena mikirin sesuatu di luar urusan skripsinya.

Salah satu hal yang Gita sering pikiran adalah tentang Shani. Dia kira Shani akan mencarinya atau setidaknya mengontaknya menanyakan kabar atau sekedar basa basi. Nyatanya Gita hanya bisa melihat Shani sesekali di layar ponsel atau tv-nya. Terakhir Gita melihat Shani menjadi bintang tamu acara talk show, Gita lihat jika Shani baik-baik saja.

Karena itu Gita berpikir jika antara dia dan Shani sudah selesai. Tidak ada lagi kontrak atau alasan untuk mereka tetap berurusan. Walaupun memang semua orang masih menganggap mereka pacaran dan beberapa kali juga Gita masih menemui berita yang bersangkutan dengan dirinya dan Shani.

Kembali pada Gita saat ini, dia rasa penampilannya sudah sempurna. Terakhir dia sedikit meratakan lipstik pada bibirnya dengan tangannya.

"Nah" Gumam Gita sambil tersenyum kecil melihat penampilannya di cermin.

Setelah selesai dengan urusan penampilannya, Gita berbalik menuju meja belajarnya. Dia membereskan beberapa hal yang akan dibawa, terutama Laptop, iPad.

Saat Gita membereskan dan menata semua barang bawaannya di tas, tiba-tiba tangan Gita menangkap sesuatu dari dalam tas. Dia meraba benda itu dan menariknya keluar.

"Ini punya siapa?" Bingung Gita mendapati sebuah flashdisk yang dia tak pernah merasa memilikinya.

"Sudahlah" Lanjut Gita, dia memutuskan menaruh flashdisk tersebut dalam laci yang ada di mejanya.

Setelah selesai, Gita siap ke kampus. Dia menggendong tasnya dan tak lupa mengambil kunci mobilnya. Dengan jalan yang santai dan dirinya sesekali sibuk melihat ponsel dan menatap jalannya, Gita melangkah menuju keluar. Tak lupa dia mengunci pintunya, setelah selesai memastikan aman dia berbalik.

Saat berbalik dan menatap ke luar, Gita terdiam. Dia menangkap sebuah mobil hitam di depan rumahnya, tidak di depan rumahnya persis, tapi tidak jauh di dekat rumahnya.

Gita curiga dengan mobil itu karena dia tahu tak mungkin tetangganya memarkirkan mobil di luar, padahal setiap rumah kawasan ini memiliki garasi yang cukup sampai 2 mobil. Lalu tak mungkin juga ada yang sengaja parkir sembarangan, karena itu sangat jarang terjadi disini.

Dengan ragu Gita mulai menuruni tangga menuju ke parkiran bawah, sesekali dia menatap mobil itu yang masih berada di tempat. Bahkan setelah Gita berada di samping mobilnya dan membuka pintu, dia masih mencuri-curi pandang ke arah mobil itu.

"Mungkin beneran tetangga kali" Guman Gita sambil mengangkat bahunya, tanda dia memilih tidak peduli.

Dari pada memusingkan tentang mobil itu, Gita memilih langsung masuk ke dalam mobilnya. Dia menyimpan tasnya di samping kursi pengemudi, setelah itu tak lupa memasang seatbelt-nya dan mulai menyalakan mobilnya.

Gita mulai menjalankan mobilnya dan berbelok ke kanan, mengambil jalan menuju pintu keluar kawasan rumahnya.

Belum jauh dari rumahnya, Gita yang merasa masih penasaran menatap ke belakang lewat spion. Dia menghelakan nafasnya lega saat mendapati mobil itu masih pada tempatnya, dia agak takut diikuti setelah kejadiannya bersama Shani. Kali saja dia diikuti lagi oleh paparazi.

Different World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang