4). Cerita sama aku

51 11 2
                                    


Berawal dari permintaan cerai yang keluar dari bibir istrinya, Ardan tak mampu menahan emosi. Pagi tadi dia sampai ribut dengan Gaby perihal perceraian yang diinginkan perempuan itu. Berujung, Ardan pergi ke kantor dengan emosi yang meluap-luap setelah mengunci Gaby di rumah mereka.

Tapi, kali ini perasaannya di serang oleh rasa asing dan khawatir akan perempuan itu. Lalu ponsel Gaby yang tidak bisa ia hubungi meski sudah berulang kali Ardan menelepon. Hal itu membuat kekhawatiran Ardan meningkat.

Ia harus cepat-cepat memeriksa keberadaan istrinya di rumah mereka. Meski tadi Gaby mau menuruti ucapannya namun Ardan merasa tidak tenang sebelum melihat sosok istrinya itu.

Mobilnya terparkir di depan rumahnya. Ardan turun dan membuka kunci gerbang yang sengaja ia bawa agar Gaby tidak bisa melarikan diri. Ia sedikit menghela napas ketika melihat mobil perempuan itu masih terparkir di bagasi. Ia lantas beranjak menuju pintu depan, membukanya dan masuk dengan tergesa.

"Gaby?" Tak ada sahutan.

Ardan bergerak menuju dapur. Ia tak menemukan istrinya ketika sampai di sana. Segera, ia beralih ke ruangan lain yang menjadi tempat favorit Gaby ketika menghabiskan libur. Namun masih tetap sama. Ardan masih tak menemukan perempuan itu di rumahnya.

"Gaby! Gaby kamu di mana?"

Ardan beralih dari ruangan satu ke ruangan lainnya. Masih belum puas menemukan istrinya.

"Gabriella jawab saya! Kamu di mana?"

Kakinya dengan cepat menyeretnya ke kamar mereka. Tempat terakhir yang belum ia kunjungi. Barangkali istrinya tengah menikmati waktu siang dengan tertidur nyaman di sana. Tapi apa yang Ardan temukan ketika pintu kayu itu terbuka. Kesunyian yang nyata.

Gaby tak ada.

Istrinya tak ada di sana. Ardan telah mencari ke seluruh penjuru rumah namun masih belum juga menemukan keberadaan Gaby.

Ardan mencoba menenangkan diri. Gaby tidak pergi. Gaby tidak meninggalkannya. Setidaknya itu adalah kalimat yang ia rapalkan dalam hati berulangkali. Sebab, masih ada beberapa tempat yang belum ia periksa. Barangkali keberadaan istrinya ada di sana. Jadi ia masih memiliki kesempatan untuk meraih kembali perempuan itu.

Ardan kembali mengendarai mobilnya. Tujuannya kali ini adalah rumah mertuanya. Terakhir kali-kemarin tepatnya-ketika ia tak mendapati istrinya di rumah, nyatanya rumah mertuanya menjadi tempat pulang sementara perempuan itu. Mungkin saja kali ini pun sama. Gaby datang ke sana karena merasa sendiri dan kesepian di rumah. Jadi Ardan akan menyusulnya ke sana.

Laki-laki itu mengumpat ketika mendapat hambatan saat diperjalanan. Dalam keadaan genting seperti ini, macet justru malah menghampiri. Mungkin posisinya ketika ia tak sedang panik, Ardan akan menunggu dengan sabar dan tenang tapi ia sedang dalam kondisi tak baik. Dia ingin cepat-cepat sampai ke rumah mertuanya untuk memeriksa keadaan istrinya. Maka ketika Ardan memiliki jalan setelah kemacetan itu berakhir, ia mempercepat laju mobilnya agar segera sampai.

Mbak Vera yang sedang membereskan taman kecil di halaman rumah sampai terkaget-kaget melihat Ardan yang seperti dikejar setan. Ia hampiri suami Nyonya mudanya itu dengan raut heran.

"Kenapa, Mas? Kayak panik begitu, loh, mukanya."

"Gaby ada?" Tanya lelaki itu langsung.

"Non Gaby?" Mbak Vera mengernyit bingung. "Ya kerja. Di sini gak ada."

"Dia cuti, gak kerja."

"Di rumah kalian kali, Mas."

"Gak ada juga. Sudah saya cari."

Mendengar itu, Vera sedikit melebarkan bola matanya. "Loh, loh... Non Gaby cuti, lalu gak ada di rumah? Liburan kali. Mbak Gaby, kan, suka tiba-tiba pergi travelling. Mungkin lagi pergi ke suatu tempat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang