Malam ini bulan bersinar begitu cerah. Sama cerahnya dengan suasana di basecamp kali ini.
Meja di hadapan mereka bahkan kini tengah terisi penuh oleh makanan yang di pesan oleh Jévgas.
Entah dalam rangka apa. Tiba-tiba saja tadi sehabis pulang sekolah, Jévgas datang dengan senyum yang terpatri di wajahnya.
Bahkan tak jarang ia menatap layar ponselnya seraya tersenyum-senyum tidak jelas.
"Jévgas, lo sawan njing?" Akhirnya Gibran memberanikan diri untuk bertanya kepada sang empu, karena ia sudah tak kuat untuk menampung rasa penasarannya itu.
Jévgas yang sedaritadi hanya menatap layar ponselnya, kini beralih menatap Gibran.
"Apa?" Tanyanya tak berdosa.
"Lo kenapa anying, daritadi senyum-senyum mulu kayak lagi pubertas" ujar Gibran dengan pandangan heran.
Mata Jévgas seketika menatap sekitarnya yang sama, mereka menatap dirinya dengan tatapan heran pula.
"Gue besok mau nembak Alea" jawabnya enteng.
Mereka yang mendengar itu sontak membuka mulutnya terkejut.
Daffa yang pertama kali sadar, segera bertanya. "Ya tinggal nembak. Lo kan udah biasa pacaran"
Tangan Gibran melayang untuk menampar lengan Daffa. "Tapi kan selama ini Jévgas yang di tembak, bukan nembak"
Mendengar itu, Daffa langsung menunjukkan cengirannya. "Oh iya, lupa" ringisnya.
"Gue niatnya mau nembaknya pas di tengah-tengah lapangan"
Rey yang sedaritadi hanya menyimak, kini angkat suara. "Lo yakin? Kalo lo di tolak, itu nanti bisa ngaruh ke reputasi lo anjir"
Mendengar itu, Jévgas tersenyum miring. "Emang gue ngasih dia opsi?"
Gibran menghela nafasnya, "Lo bener-bener sinting, Jévgas"
"Yes, i am" balas Jévgas santai.
"Kalo lo nembak dia di tengah-tengah lapangan, apa nanti cewe-cewe lo yang lain ngga bakal koar-koar?" Tanya Daffa.
"Udah gue putusin semua"
"WHAT?!!" Gibran langsung saja bangkit dari duduknya.
"Terus pacar-pacar gue, seterusnya gimana?"
Jévgas hanya mengendikkan bahunya acuh sebagai jawaban.
"Kenapa lo milih tempat di tengah-tengah lapangan?" heran Rey.
"Biar semua orang tau, kalo gue cowonya Alea"
Kini giliran Rey yang menghela nafasnya lelah.
"Tadinya gue mau di Monas, biar sekalian semua warga Indonesia tau" lanjut Jévgas.
"Yang ada lo di ketawain sama pak Jokowi, beliau nanti bilang gini 'cinta tak selamanya indah, dek' " ujar Daffa.
"Lo yakin, mau ngelakuin hal se gegabah ini?" tanya Rey lagi.
"Berita yang kemaren aja belum surut, lo udah mau nambah lagi"
Mereka semua yang berada di ruangan itu mengangguk setuju.
"Kalo gini, Michella juga bakal kena imbasnya"
"Kasian" ujar Daffa menambahi.
"Dia pasti bakal kena labrakan mantan-mantan lo itu" timpal Gibran.
"Belum lagi si admin lambe turah yang masih aktif nyari gibahan"
Liam bahkan turut menghela nafasnya merasa tak kuat menghadapi watak teman satunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JÉVGAS [On Going]
Teen FictionJévian Gasvaro, orang-orang biasa memanggilnya Jévgas. Laki-laki dengan sejuta pesonanya yang mampu memikat hati kaum hawa dalam waktu sekejap. Tapi sayang seribu sayang, di balik wajah tampan nan rupawan nya itu ternyata dia adalah seorang laki-lak...