"Jeewon, menurutmu kau tidak berlebihan?"
"Sudahlah, jangan menambah keributan. Dia akan pulang besok, lihat saja."
"Kau harus ingat dia juga putrimu. Menurutmu Jisoo akan kembali dan menela ludahnya sendiri?"
"Menelan ludah lebih baik daripada tidak menelan apa pun. Dia pikir mudah hidup di luar sana? Aku yakin dia akan pulang saat kelaparan."
"Appa! Kenapa sampai seperti itu pada Jisoo unnie? Appa sangat jahat kalau sampai menyuruhnya pergi seperti tadi." Lisa melepas genggaman Chaeyoung dari lengannya. Maju lebih dekat pada Jeewon yang berdiri di depan kamar Jennie.
"Memangnya apa yang dilakukan Jisoo unnie? Appa seharusnya bangga padanya. Selain kuliah dengan baik, Jisoo unnie juga menghasilkan banyak karya. Appa salah kalau berpikir Jisoo unnie akan pulang hanya karena kelaparan. Dia bisa hidup tanpa uang Appa. Appa harus mengakui itu. Dia tidak butuh uangmu."
"Dara, ini yang kau ajarkan? Lihat sikap kurang ajarnya."
"Appa seharusnya tidak bilang begitu pada Eomma. Seharusnya Appa bertanya pada diri sendiri. Di sini, Appa yang sangat tidak bertaggung jawab." Juga tidak ada keraguan atau rasa takut di wajah Chaeyoung.
Sudah cukup bicaranya. Pergi ke kamar kalian. Jangan biarkan masalah ini mengganggu konsentrasi kalian."
"Apa reputasi Appa akan selalu menjadi yang utama? Kalau kami tidak ada artinya, kenapa kami harus terus di sini?"
Dara menarik Chaeyoung dan Lisa agar lebih berjarak dengan Jeewon. "Chaeyoung, Lisa, pergi ke kamar kalian. Eomma yang akan bicara dengan Appa."
Lisa membuang muka pergi dari sana diikuti Chaeyoung.
Chaeyoung memegang lengan Lisa, melihat Lisa begitu saja mau masuk ke kamar dan menutup pintu, seolah tidak memberi kesempatan pada Chaeyoung untuk ikut.
"Chaeyoung, aku mohon, masuk ke kamarmu. Aku butuh waktu sendiri. Tolong."
Chaeyoung melepaskan, melihat pintu kamar Lisa tertutup untuknya.
"Lisa, aku minta maaf."
"Katakan itu pada Jisoo unnie dan Jennie unnie." Lisa membuang nafas kasar. "Aku tidak marah padamu. Aku hanya ingin sendiri."
Di depan gerbang mansion, Jisoo mencoba menghubungi Seulgi. Itu satu-satunya orang yang Jisoo yakini akan membantunya.
Ini keputusan terbesar yang pernah Jisoo ambil, dan dia merasakan setitik kelegaan di hatinya bersinar.
"Jisoo-ya, aku bisa mengantarmu kemana pun kau akan pergi. Aku bisa mencarikan tempat untukmu. Biar kubantu. Ya?"
Jisoo menahan kopernya yang hendak dibawa Kriss.
"Saat ini aku tidak ingin ada yang tau aku pergi ke mana. Kriss oppa tenang saja, aku bisa mengatasi ini." Jisoo berjalan lebih jauh dari gerbang untuk menghindari Kriss
"Seulgi, kau bilang ayah dan ibumu sedang tidak ada, apa tawaran menginapmu masih dibuka?"
"Ya, Jisoo? Jadi kau memutuskan menemani anak tunggal sepertiku malam ini?"
Jisoo tersenyum berbalut getir. "Kurasa begitu."
"Jennie ikut? Bagaimana kalian bisa mendapat izin Tuan Hwang?"
"Aku sendiri."
"Pasti ada yang tidak beres, kan? Datanglah, haruskah aku mengirimkan sopir untukmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Fanfiction[REMAKE VERSION] Pasti akan ada satu titik di mana kita semua dipaksa bersatu, benar-benar bersatu.