Kadang manusia itu buta meski dia melihat, kadang dia tuli meski mendengar.
Mungkin aku melihat tanda yang kau berikan, mungkin aku mendengar sinyal yang kau berikan.
Namun aku terlalu bodoh untuk mengerti dan menyadarinya.
.
.
.Sudah terlalu lama dari waktu yang dia pikirkan. Terlalu lama baginya untuk menunggu penjelasan yang tak kunjung dia dapatkan.
Ara bergerak gelisah di atas kasurnya. Pikirannya tidak tenang sejak pulang dari rumah sakit tadi.
Ini semua tentang Arel.
Sahabatnya itu masih dengan alasan yang tak dimengerti oleh Ara, mendiamkannya.
Bahkan tadi, Arel tak menatapnya dengan cara yang biasanya. Sorot mata Arel padanya begitu dingin, juga terlihat sekali bahwa Arel menghindarinya.
Pertanyaan paling besar yang ada di kepala Ara adalah, kenapa?
Baru saja dia mengirimkan pesan pada Arel, cukup panjang. Berharap mendapatkan respon yang sama dari Arel. Namun, dia hanya membalas dengan beberapa kata saja. Ara sudah tidak tahan jika Arel mendiamkannya seperti ini.
Kalaupun dia melakukan kesalahan, harusnya Arel membicarakannya alih-alih diam seperti ini, 'kan?
Sekarang pukul 8 malam. Sedikit ragu, namun Ara memutuskan untuk bangun dari posisi rebahannya lalu menyambar jaketnya.
"Mau kemana, Ra?" Tanya sang Mama saat melihatnya buru-buru menuruni tangga. Kedua orang tuanys sedang berada di ruang tengah, menonton tv seperti biasa.
"Ma, Pa, boleh nggak, Ara keluar sebentar?"
"Mau kemana malam-malam begini?"
"Ara ke rumah Rafael sebentar, boleh?"
"Tumben, malam begini mau ke sana. Ada keperluan sekolah?"
"Hm? Iya, ada yang mau Ara tanyakan, tetapi Rafael nggak bisa dihubungi. Makanya Ara mau kesana," jawab Ara terpaksa berbohong, karena tidak mungkin dia mengatakan hal yang sebenarnya pada orang tuanya, 'kan?
"Mau Mama tanyakan ke Tante Ninis dulu? Ini sudah malam, takutnya kedatangan kamu mengganggu istirahat mereka," usul Mama.
Ara tampak berpikir sebentar sebelum kemudian mengangguk, "Iya deh, Ma, Ara minta tolong, ya?"
Sang Mama kemudian meraih ponselnya untuk menghubungi Tante Ninis sementara Ara duduk menunggu di samping sang Papa.
"Oh, oke, Nis. Makasih ya, nanti aku sampaikan ke Ara." Kemudian Mama Ara menutup panggilannya, dan menoleh pada Ara.
"Sayang, Tante Ninis bilang kalau Rafael hari ini tidak pulang. Dia izin menginap di rumah temannya."
Rasa kecewa langsung menghampiri saat Ara mendengar ucapan Mamanya. Dia harus menyelesaikan ini sekarang, dia tidak bisa menunggu besok.
Lalu sebuah pemikiran muncul di benaknya, merasa tahu dimana Arel berada."Eh, Ma, Pa, kalau gitu Ara ke MiniMart dulu, ya? Mau beli cemilan buat temen belajar," ucapnya kemudian.
Maaf ya, Ma, Pa...
Ara harus bohong karena Ara nggak tenang sebelum ketemu Arel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushing On You ✅ END
Roman pour AdolescentsAra si murid pindahan yang suka sama kakak kelasnya, Bintang. Ketua Osis yang gantengnya kayak idol Kpop tapi versi lokal. Tapi, di tengah perjuangannya meraih perhatian Bintang, ada Arel. Teman masa kecil Ara yang nyebelinnya minta ampun. Arel yang...