"Kala jadi vokal buat band akustik nanti, ya?"
Kala terperanjat kaget, dirinya yang tengah asik memainkan ponselnya itu langsung tak berkutik, ia tau dirinya memang suka bernyanyi, tetapi ia tak memiliki keberanian untuk bernyanyi di depan umum. Apa lagi untuk lomba seperti ini, ya walaupun vokalnya tak hanya dia.
"Kenapa harus saya, bu?" Tanya Kala yang langsung berdiri dari duduknya.
"Soalnya suara kamu bagus. Dari cara kamu berbicarapun saya sudah tertarik ingin melatih vokal suara kamu. Ya, Kala? Kamu jadi vokal buat band akustik ini, ya? Nanti ada temen kamu kok."
Kala menghela napas kasar, "Siapa?"
"Gue."
Kala menoleh kebelakang, memperhatikan temannya yang tak lain Arka. Arka memang penyuka musik, selain bisa bermain gitar, ia juga bisa memainkan drum. Suaranya juga bagus.
"Nah... Sekarang udah pas, kan?" Tanya bu Endang, selaku wali kelas 10 IPS 4.
Terkadang Endang kewalahan dalam mengurusi 10 IPS 4 ini, di karenakan mereka lah murid-murid yang berisikan anak nakal semua, penuh dengan cerita di balik setiap murid. Bahkan, sudah ada satu orang yang di do karena kelakuan nakalnya sendiri.
Untung saja Kala tipikal anak yang tak nakal. Dirinya bisa masuk ke kelas ini karena nilai rapotnya yang memang rendah, itupun Kala memang sengaja mendapati nilai rapot yang rendah, karena ia malas belajar sewaktu SMP.
Kala dan Arka mengangguk. Kini, Kala kembali duduk, ada rasa senang saat dirinya di pilih lomba vokal untuk band akustik. Selain dirinya yang memang suka bernyanyi, ia juga berharap Chindy bisa mendengarkan suara emasnya.
"Semoga lancar, ya." Ucap Dita, teman sebangku Kala.
Kala mengangguk dengan senyuman yang tak pernah luput dari manis. Kala itu, selain memiliki senyum yang manis dan mata melengkung, ia juga sangat di sukai di dunia pertemanannya. Seperti contohnya Kala sangat memperhatikan hal kecil tentang mereka, bahkan Kala itu selalu effort dalam apapun.
Selain wajahnya yang cantik, Kala juga tak sombong, ia se-ramah itu. Siapapun yang menatapnya ia akan menimbal balik dengan senyuman manis. Kulitnya memang tak seputih Chindy yang seperti warna susu, namun kulit Kala bisa di bilang sawo matang, seperti hitam manis. Biarpun begitu banyak lelaki yang menyukai Kala, terutama tingkah lakunya yang malu-malu kucing. Siapa coba yang tak menyukai Kala? Kala itu definisi bisa di untungkan.
Kala itu...
Pandai mencari topik.
Namun rasanya...
Jika berhadapan dengan Chindy ia akan mati topik.
Kala benaran semati kikuk itu jika berhadapan dengan Chindy, melihat Chindy dari kejauhan saja ia sudah meringis, membayangkan topik apa yang akan ia bicarakan ke Chindy, namun saat sudah berdekatan mulutnya serasa di jahit, sama sekali tak berani berbicara.
***
Terik matahari begitu panas mengenai sang kepala, bising-bising sekolah dari ratusan manusia terdengar berisik, Kala berjalan di tengah lapangan dengan teriknya matahari yang menusuk matanya, ia berjalan menuju gerbang sekolah lantaran bel sekolah sudah berbunyi sedari tadi.
"Kal!"
Saat langkah Kala ingin menuju gerbang, ia di panggil seorang cowok dari belakang. Kala memelankan langkahnya, ia menoleh kebelakang, mendapati Arka yang menghampirinya dengan tergesa.
"Lo boleh keluar malem gak?" To the point Arka.
"Boleh. Asal jangan sampe jam 10 aja."
"Oke deh. Ntar latihan buat band bisa gak? Habis magrib, mungkin kisaran 6.30, jangan sampe telat, Kal."
"Anjir," Kaget Kala, "Emang lombanya kapan sih?"
Arka yang merasa Kala ingin memperpanjang topik menepikan dirinya, ia membawa Kala berdiri di dekat parkiran. "Mingdep, Kal. Bener-bener senin depan kita udah tampil. Tadi pas technical meeting kan si Abi sama Kinan tuh, nah katanya kita kebagian tampil nomor urut 2. Makanya gue nyuruh malem ini kita latihan."
"Oh ya? Waduh, kok jadi takut ya gue, Ka..."
Arka tertawa, "Hahaha. Santai aja, Kal. Kan lo udah bisa nyanyi, bawa enjoy aja lah!"
Kala hanya tersenyum, "Ya udah, ntar kabarin gue tempatnya dimana."
"Aman! Ya udah, kalo gitu gue duluan ya, Kal! Jangan sampe telat!" Tegas Arka lalu pergi meninggalkan Kala.
Kala menggeleng kecil kepalanya, ia kembali melanjutkan langkahnya ke gerbang. Kali ini band akustik 10 IPS 4 di isi dengan Arka sebagai vokal cowok, Kala sebagai vokal cewek, Abi sebagai gitaris rhythm, Dirly sebagai gitaris melodi, Farhan sebagai cajon, dan terakhir Kinan sebagai keyboard. Kalo bukan karena adanya Kinan sudah pasti Kala tak mau ikut lomba ini. Ya kali dia cewek sendirian.
Jam setengah 7 malam, ya?
Kala hanya bisa tersenyum kecil, membayangkan ia tampil saja sudah membuatnya senang, apa mungkin followers Kala akan bertambah nantinya? Semoga saja, ya. Pandangan Kala langsung memperhatikan sekitar, ia melihat adanya Chindy yang menunggu sendirian.
Ingin rasanya Kala menemani Chindy menunggu jemputannya, namun ketidak keberaniannya itu sangat tinggi, ia lebih memilih berjaga jarak beberapa meter dari Chindy. Terkesan menjauhi memang. Kala hanya bisa memperhatikan wajah samping Chindy.
Chindy itu kulitnya sangat putih, seperti warna susu, rambutnya panjang sedada, namun Chindy sangat jarang meng-urai rambutnya, ia lebih suka mengikat rambutnya bak kuncir kuda. Selain kulitnya yang putih, rambutnya juga hitam pekat, berbeda dengan Kala yang bawaan dari lahir rambutnya sedikit coklat.
Selain itu Chindy memiliki tinggi yang lumayan, sekitar 169 cm an. Perhitungan dari Kala sih begitu. Lalu hal yang selalu menjadi menarik dari Chindy adalah wajahnya yang datar dan judes, dan tatapan tajamnya yang tegas. Dirinya juga irit bicara, atau bahkan hampir jarang berbicara?
Selama ini Kala dalam melihat pertemanan Chindy itu hanya Reva yang bertahan di sisi Chindy. Reva, si kakak kelasnya waktu SMP dulu. Chindy dan Kala berbeda sekolah saat SMP, Kala itu dulunya saat SMP ia sekolah di negeri, sedangkan Chindy ia sekolah di SMP katolik. Bisa di bilang keduanya berbeda agama.
Kala itu Islam, namun sekolahnya tak berhijab, di karenakan pihak sekolah tak mewajibkan mereka yang muslim harus berhijab. Sedangkan Kala dari SMP memang tak berhijab, ia memilih saat SMA tetap tak berhijab.
Kembali lagi ke topik pembicaraan Chindy. Chindy itu tubuhnya ramping, bisa di bilang kurus. Berbeda dengan Kala yang tak terlalu kurus, tak terlalu gendut juga. Porsi tubuh dan tinggi badannya sangat pas. Berbeda dengan Chindy yang benar-benar kurus, bahkan kemarin saat Kala melihat secara dekat, tangan Chindy itu sangat terlihat urat-uratnya, apa lagi chindy memiliki kulit yang putih. Semakin terlihat.
Urat di tangan Chindy menjalar sampai ke lengan. Hal itu semakin membuat Kala membayangkan apa jadinya jika Chindy memeluknya dari belakang? Wah, bisa-bisa Kala pingsan di tempat. Tak berselang lama, jemputan Kala datang.
Kala hanya bisa memperhatikan Chindy dari jauh, ia pun buru-buru menghampiri mamanya yang menjemput, sekilas Kala melihat Chindy yang tetap fokus dengan ponselnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
11 MIPA 3
Fiksi Remaja[Cerita di deskripsi nyambung ke chapter 1] Pernah gak sih kamu naksir sama kakak kelas yang ngambil jurusan MIPA dan ternyata ada pelajaran matematika lanjut? Otomatis dia pinter matematika dong? Jelas. Ini tentang Kala yang naksir sama kakak kelas...