guys, vote nya ya tolongggggg.
⋆ › start ﹗
Malam ini, dengan dirinya yang tidak bisa tidur membuat Haruka berjalan menuju kamar Haruto untuk tidur bersama.
Di gelapnya malam, Haruka membuka pintu kamar Haruto. Ia memunculkan kepalanya dan melihat ke arah kasur Ayahnya yang sayangnya sedang tidak ada orang di sana.
“Ayah...” panggil Haruka, berjalan ke dalam.
Haruka memutuskan untuk menunggu Haruto beberapa menit di samping tempat tidur, tetapi Haruto tidak kunjung datang juga. Kemudian, Haruka menaikan dirinya ke atas kasur, menyandarkan tubuhnya di dipan kasur. Melihat ke atas laci di samping kasur yang terdapat sebuah kaset dan surat.
Tangan kecilnya meraih kaset dan surat itu, membawa mereka ke dvd yang berada di kamar Ayahnya. Sesaat, dengan tangannya yang kecil ia menyalakan televisi.
Beberapa detik kemudian, muncul seorang pria yang sangat Haruka kenal perawakannya sedang menyapa kamera.
“Lihatlah ini,” kamera di arah ke seseorang yang sedang terbatuk-batuk di atas kasur.
Orang tersebut memicingkan matanya tidak suka, “Haruto! Jangan merekam ku dengan penampilanku yang jelek!” kemudian dia terbatuk lagi, membuat Ayahnya--Haruto--meletakkan kamera di sebuah meja yang dapat merekam kegiatan mereka dengan jelas.
Haruto menyentuh dahi pria tersebut dengan sapu tangan di tangannya, mengelap keringat yang keluar di sana. “Kamu baik-baik saja, Asahi?”
Asahi mengangguk, “jangan merekam seperti ini... kamu tidak ingin anak kita melihatku yang sedang sakit, kan?”
“Bahkan bayi kita saja belum ada,” cibir Haruto melihat Asahi yang terus-menerus enggan ke rawat jika kameranya masih merekam.
Rekamannya tidak lama berganti, sekarang dua orang dewasa itu sedang berada di kamar yang Haruka yakini menjadi tempat tidurnya. “Kamu tau... aku ingin agar kamar bayi kita tidak ada yang berubah kecuali kasurnya jika dia sudah besar. Agar aku merasa, jika aku kembali pulang, aku hanya pergi selama beberapa jam.”
Haruto yang sedang merapikan dan menata kamarnya di pojok ruangan terdiam sebentar sebelum menjawab, “Memangnya kamu mau pergi ke mana?”
“Tidak ke mana-mana,” balas Asahi, Haruka dapat melihat wajahnya yang gelisah terekam jelas oleh kamera.
Sayangnya, kamera itu hanya merekam satu rekaman dengan di dua waktu yang berbeda. Haruka merasakan pipinya yang basah, ia sudah melihat rekaman ini, jika merasa bahwa ia membutuhkan ‘Papa’ nya, Haruka akan mendatangi kamar Haruto untuk melihat rekaman yang ditinggalkan Asahi untuknya. Setidaknya pikirannya mengatakan hal itu.
Ia merapikan semuanya seperti semula, kembali menuju kamarnya selesai dengan rutinitas jika ia merindukan Asahi. Tetapi dirinya tidak bisa selalu menonton rekaman itu, jika ia tidak ingin semakin membencinya. Karena, setiap Haruka menontonnya, rasa bencinya terhadap Asahi bertambah. Rasa bencinya terhadap kenyataan bahwa Asahi tidak ada di sampingnya selama ia hidup.
Di kamarnya seorang diri, tanpa ada yang mengetahui apa yang barusan terjadi dan apa perasaannya. Haruka menangis karena merasa iri dengan teman-temannya yang bisa bercerita tentang ibu mereka, sedangkan dirinya tidak.
【 Till My Hearteches End 】
Seminggu kemudian berlalu begitu cepat, Haruto dengan rajin mengantar dan menjemput Haruka di Daycare. Membuat anaknya itu senang bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
till my heartaches end; harusahi
Historia CortaHaruto berharap, agar mereka kembali dipertemukan. Menjadi lengkap. Ketika mereka dipertemukan, ia ingin menahannya untuk selalu bersama, tidak akan pernah melepaskannya dan menjadi bodoh untuk membiarkannya pergi begitu saja. ©velnopus ៸៸ bxb, m-p...