III. After Confession (NC)

770 24 0
                                    

Lidah Chuuya menjulur untuk menjilat kepala penis Dazai sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya. Dia bergerak perlahan, memutar lidahnya di sekitar batang dan menggoda ujung sensitifnya dengan giginya.

Dengan tekad baru, Chuuya mulai menggerakkan kepalanya, memasukkan lebih banyak penis Dazai ke dalam mulutnya.

Dazai membelai rambut Chuuya memberi apresiasi pada setiap jilatan dan hisapannya. "Hmnn~ kau lebih terampil dari yang kukira."

"Sanjungan tidak akan membawamu kemana-mana, Dazai," jawab Chuuya di sela-sela tarikan pelan pada penis Dazai. Suaranya kental dengan nafsu saat dia merasakan gairahnya tumbuh seiring dengan setiap gerakan kepalanya.

Dazai terkekeh sambil menikmati hisapan Chuuya di bawah sana. "Benarkah?"

Chuuya bersenandung di sekitar penis Dazai, mulutnya yang hangat menegang saat dia menelan lebih banyak penis Dazai.

Chuuya menjulurkan lidahnya ke bagian bawah kepala penis, mendapat erangan dari kekasihnya.

Dazai mencengkeram rambut Chuuya karena nikmat yang tersalurkan. "Aku dekat.. jangan berhenti."

Chuuya mundur sedikit, menatap Dazai sambil tersenyum gerah. "Jangan khawatir, aku tidak akan melakukannya," dia memasukkan kembali penis Dazai ke dalam mulutnya dan mulai menggerakkan kepalanya lebih cepat.

Mata Chuuya terpejam saat dia fokus pada kenikmatan Dazai, lidahnya berputar-putar di sekitar kepala penis Dazai. Chuuya mengerang lembut di kulit, merasakan dirinya semakin dekat pada klimaksnya juga.

"Chuuya.." Dazai menahan kepala Chuuya tetap di tempatnya. "Aku datang.."

Chuuya menggeram pelan, senang saat dia merasakan klimaks Dazai yang datang. Dia memutar lidahnya di sekitar kepala sensitifnya, merasakan cairan pre-cum yang bocor.

Chuuya dengan enggan menarik kembali penis Dazai, bibirnya berkilau karena pre-cum. Ia menjilat bibirnya perlahan, matanya tak pernah lepas dari mata Dazai.

"Kemarilah" Dazai menarik Chuuya ke atas pangkuannya, menciumnya dalam ciuman dengan agresif.

Saat bibir mereka bertemu, Chuuya mengeluarkan erangan teredam dalam ciuman itu. Ia melingkarkan tangannya di leher Dazai, menariknya lebih dekat saat lidah mereka menari bersama.

Dazai memperdalam ciumannya sambil memutar pangkuannya untuk mendorong Chuuya agar berbaring di sofa.

Chuuya tersentak saat dia berbalik dan terjepit di bawah beban Dazai. Ciuman itu terlepas untuk mengatur napas keduanya yang tersengal.

Dazai membelai pipi Chuuya, menatapnya dengan lembut. "Kau terlihat sangat kacau, Chuuya."

Chuuya menatap Dazai dengan tatapan kesal. "Ini salahmu, bodoh." Ia tersenyum lemah memukul dada Dazai yang masih berada diatasnya. "Kau tidak kira-kira."

Dazai menyeringai nakal, "Salahkan tubuhmu yang sangat menggoda ini." Ia mencium kening Chuuya sebelum turun dan membereskan kekacauan yang terjadi karena aktivitas panas mereka berdua.

"Istirahatlah," Dazai berkata dengan lembut, kemudian menatap wajah Chuuya dengan tatapan jahil khas dirinya. "Karena belum tentu besok aku tidak akan melakukannya lagi."

Wajah Chuuya memerah mendengar apa yang Dazai katakan. "BODOH!! Diamlah."

Dazai tertawa geli mendengar respon Chuuya yang baginya terlihat imut. "Padahal kau sangat menikmatinya."

"Shut up!" Cukup sudah, Chuuya sudah lelah. Ia ingin beristirahat dengan damai tanpa mendengar ocehan konyol Dazai yang mampu membuat dirinya kewalahan menahan kesal.

Dazai mendapati Chuuya langsung tertidur dengan lelap, wajahnya terlihat begitu damai. Ia menyelimuti Chuuya, mengecup singkat keningnya.

"Selamat tidur, dunia kecilku."

END.

Akhirnya kelar, rip my imagination
*Cry in a pillow

Just Truth or Dare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang