1

5 0 0
                                    

Di kala itu seorang pria bermasker hitamnya dengan berbekal sebatang linggis sedang membobol sebuah bank.

"Berhenti disana!" sejumlah polisi hendak mengepungnya.

"sial!" Dirinya hendak kabur ke sebuah pintu yang sengaja ditutup satu sisinya dan membuat akses keluar sangatlah sempit.

saat hendak melangkahkan kakinya, dirinya dihentikan dengan gadis ber cardigan merah muda.

"minggir!" pria itu menaikkan sebelah alisnya saat gadis itu menghalanginya.

"aku tidak berharap kamu adalah pemilik bank, polisi atau semacamnya jadi jangan halangi jalanku!"

"Minggir, biarkan aku lewat dulu!" mereka berebut jalan sempit.

"TIDAK! AKU PERTAMA!" pria itu mencoba mendorongnya ke samping.

"tidak! aku dulu!!" gadis itu masih ngotot ingin diprioritaskan.

mata gadis itu terbelalak saat melihat beberapa pria berjas hitam hendak kemari.

gadis itu dengan lancang memeluk pria itu dan bersembunyi didalam sana.

"kau mau yang lebih intim huh?" Pria itu mendekatkan wajahnya kepada gadis itu.

"WHOAAA POLISI!"

"sialann!" ia menarik tangan gadis itu menjauh tanpa sadar.

Pria itu membawa brankas yang ia curi. Begitu pula dengan gadis itu, dia membawa koper besarnya yang sedari tadi ia bawa.

mereka berhenti disebuah pemukiman kumuh dengan nafas tak beraturan.

"dimana ini? dasar gila!" pria itu tersentak ketika menyadari bahwa ia telah membawa gadis asing bersamanya.

tak mau mengambil resiko, ia berinisiatif menyandera gadis yang bisa jadi membocorkan lokasinya.

"kau hari ini kujadikan sander..a" ia ternganga dengan sikap lancang gadis itu yang dengan polos memasuki rumah kumuhnya.

"kumuh sekali" mendengar hal itu pelipisnya tampak berkedut.

"kumuh? kau menyebutku kumuh atau rumahku?"

"bahkan kandang anjingku lebih baik" ucap gadis itu angkuh.

“Apakah kau ingin aku meminta maaf karena aku miskin?” pria itu mencondongkan tubuhnya.

"tidak. biarkan aku tinggal di sini" ucapan gadis itu membuatnya heran.

"tinggal di sini? Kenapa kamu mau tinggal di rumah yang kumuh dan kotor?"

"memang kotor. tapi kekotoran ini tidak mampu membuat bodyguard konyol itu datang hahaha" gadis sombong itu kembali berucap.

"Menurutmu dengan tinggal di sini mereka tidak akan datang?" pria itu mengangkat alisnya dengan ragu, mencoba untuk lebih dekat dengannya.

"siapa kau, perampok bank huh?" gadis itu dengan wajah remeh.

"Apakah kamu benar-benar ingin tahu siapa aku?" pria itu berbisik sambil tersenyum, suaranya semakin dekat dengannya.



kini gadis itu duduk memperhatikan pria itu yang mulai membuka brankas yang dicurinya

"BWAHAHAHHAHAA" dengan ini usaha pria itu dinyatakan sia sia karena brankas yang ia curi hanya berisikan dua koin perak yang tak berharga.



"pria tak berperasaan!" gadis itu mengumpati pria itu yang membiarkan gadis itu tidur di ruang tamu, ruangan kumuh dan gelap.

Di rumah kecil itu hanya ada satu ruangan dengan pencahayaan remang remang dan tv lawas yang memecah kesepian dan suara jangkrik diluar sana.

"hei...bisakah kau membuka pintunya, tuan?" gadis itu terus nenerus mengetuk kamar pria itu.

"bisakah kau tutup mulutmu dan tidurlah disofa itu? apakah kau tak tahu terima kasih?"

"bukan itu.."

"lantas?" pria itu bisa mendengar dengan jelas suara perut gadis itu.

"kau tidak membuat makan malam? apakah kau tidak melakukan itu?" gadis itu menatap pria itu dengan khawatir.

"aku makan sehari sekali" gadis itu menahan pintu yang hendak ditutup kembali.

"tunggu! atau setidaknya membuatkannya pada tamu mu ini?" gadis itu menatapnya dengan memelas.

"dasar gadis tak tau diri"








Remember The YeagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang