Pagi di Kastel Cheron tidak secerah wajah Seryl, sebab awan-awan kelabu berkumpul menutupi kota Cheron. Biasanya jika pagi seperti ini, Anna akan langsung tidak semangat untuk melakukan aktivitas. Ia sudah bisa memprediksikan bahwa kemungkinan hujan akan turun dan tanah-tanah akan basah mengotori sepatunya. Namun, ekspresi tidak semangat Anna tak akan bisa menghentikan pancaran semangat Seryl yang terlalu menyilaukan.
Selepas sarapan yang disajikan di kamar masing-masing, lalu pergi membersihkan diri dan ganti pakaian baru, Anna diantar seorang pelayan menuju arena latihan belakang kastel. Tempat itu berbentuk persegi panjang dengan sekelilingnya terdapat tribun penonton sebanyak empat baris. Di lapangannya yang tanpa rumput, hanya ada pasir krem dan beberapa patung orang-orang kayu yang berjajar. Arena di Kastel Cheron biasanya digunakan oleh para prajurit keluarga Grand Duke. Akan tetapi semenjak lokasinya dipindahkan ke yang lebih luas, tempat ini jadi arena latihan Seryl.
Suara pedang kayu yang beradu dengan orang-orang kayu tertangkap telinga Anna. Ia sama sekali tidak menyangka jika pemilik kastel rupanya memiliki kemampuan menggunakan pedang, sebab Anna berekspetasi bahwa Seryl adalah ahli sihir. Perempuan itu tidak berani mendekat, jadi ia hanya berdiri di pinggir lapangan. Pelayan yang tadi mengantarnya sudah pamit undur diri, meninggalkan Anna dan Seryl di arena.
Setiap gerakan gesit Seryl meninggalkan kekaguman untuk Anna, ia sama sekali tidak menyangka akan menyaksikan dengan matanya langsung adegan itu. Biasanya hanya bisa dilihat melalui drama kerajaan dan rasanya tidak se-wah yang diharapkan. Setelah Seryl menyelesaikan latihannya, Anna langsung bertepuk tangan serta memberinya pujian.
"That's awesome!" puji Anna seraya memperhatikan Seryl yang tengah berjalan ke pinggir lapangan.
Si putri langsung mengambil teko air dan menegaknya langsung dari sana hingga tersisa setengah. Hal ini jelas membuat Anna mengernyit tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Terima kasih pujiannya," balas Seryl seraya mengelap wajah menggunakan handuk. "Ngomong-ngomong, aku memanggilmu ke sini untuk berlatih. Sebelum kita pergi ke pulau utama, aku harap kau sudah punya persiapan pertahanan diri."
"Wow, ternyata kau sangat perhatian sekali," tukas Anna.
Seryl mengernyit seraya tersenyum sedikit. "Tentu saja. Tantanganmu menemukan adikmu itu besar. Bersyukurlah waktu itu Marrietta punya sihir api yang kuat, jadi kalian bisa lolos dari bandit."
Anna sontak saja terkejut, kemampuan membaca pikiran Seryl membuatnya merinding. Putri itu tahu bahkan sampai kejadian tak terduga di hutan musim panas. Itu artinya Seryl juga tahu kalau pelaku pembakaran hutan yang sebenarnya adalah Marrietta sendiri, padahal dirinya sudah bersusah payah merahasiakan itu.
"Hei, berhenti membaca pikiranku!"
"Ups, terlambat. Aku sudah tahu semuanya," kata Seryl disertai tawa renyah.
Anna hanya mengerling saat itu. Lagi pula, membalas perkataan Seryl hanya buang-buang energi.
"Karena kau punya sihir, sepertinya bagus kalau kita latihan sihir ...." Seryl terdiam sejenak sambil memperhatikan Anna yang wajahnya malas. Lantas, perempuan itu berjalan menuju tempat senjata-senjata latihan diletakan. "Emm, sepertinya bukan ide bagus kalau aku memaksamu menggunakan sihir. Kau masih newbie."
Sekali lagi Anna membalasnya dengan kerlingan mata. Ia hanya mengikuti apa pun usulan Seryl.
"Kau pernah memegang senjata?" tanya Seryl.
Anna mengedikkan bahu seraya berujar, "Aku pernah memegang kapak."
"Oh, itu bagus. Kalau begitu kita berlatih mengayun kapak." Seryl lantas mengambil kapak besar dengan gagang yang panjang, lalu menyerahkannya pada Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Crown of Season
FantasyGara-gara Kaira diculik oleh sekelompok Elf pedagang manusia, Anna jadi harus pergi ke Greina bersama Marrietta, Putri Musim Panas. Di tempat serupa dongeng itu, Anna malah menjadi buronan paling dicari karena wajahnya mirip Elizabeth, Putri Musim D...