"Terus, kemana?" Ujar Toni yang baru sampai dengan nafas tersengal.
Jeriel menatap sekitarnya, "Tempat kemarin?"
"Gua denger dari cewek-cewek di kelas hari ini jadwalnya Razia," Ungkap Angga, mereka pun saling bergantian menatap memikirkan tempat yang akan didatangi hari ini
Razia sering di lakukan pada hari Jum'at di jam pertama, maka dari itu kini mereka tengah berdiskusi untuk kabur ke arah mana
"Pendapat gua ya, kita kan nggak lagi bawa yang aneh-aneh mending jangan kabur," saran Angga.
"Tapi pantat lu udah duduk di atas pager," celetuk Toni, tersenyum ringan kearah Angga, "Tinggal loncat ke bawah lu udah keluar dari area sekolah, dan sekarang lu ngomong kayak gitu?" Lanjut Toni menceramahi
"Pantat kita bertiga udah di atas pager, susah-susah gua naek sampe kaki gua pegel, terus barusan lu ngomong kayak gitu?" Tambah Jeriel
"Ema-"
"Bacot lu pada, mending bantuin gua," rengek Raden yang masih berada di bawah, ia kesulitan dengan badannya untuk menaiki pagar yang lumayan tinggi
Raden kesusahan sejak awal, ketiga temannya sudah sampai di atas sana sejak tadi dan tidak ada satupun yang berniat untuk membantunya
Bahkan mereka sudah memikirkan akan pergi ke mana tanpa dirinya, "Enak banget lu pada, kagak mikirin gua,"
Ketiganya serentak kaget menatap bawah, mereka lupa dengan Raden, "Belum naik lu?"
"Lu liat aja pake pantat, naik apa belum?" dengus Raden kesal
Bukannya membantu, ketiganya malah terkekeh menatap Raden yang kesusahan memanjat, "Tawa lu pada, bantuin gua," Raden mengulurkan tangannya
Jeriel dan Angga meraih kedua lengan Raden, berusaha membantunya untuk memanjat
Pagar sangat tinggi ditambah Raden yang kesusahan walaupun dengan bantuan kedua temannya, bahkan sesekali ia hampir jatuh.
Toni hanya menontonnya, tanpa berniat membantu temannya yang kesusahan.
"Badan lu, kecil-kecil berat," celetuk Angga. Raden yang tidak terima langsung menampar mulut Angga setelah pantatnya telah duduk di atas pagar, "Sembarangan!"
"Sekarang mau kemana?" Tanya Toni, "Lah gua kirain lu diem aja mikirin kita mau kemana," lontar Angga
Toni menggaruk tekuknya yang tidak gatal, mereka tidak menyuruhnya untuk berpikir, jadi untuk apa dirinya memikirkan akan pergi ke mana.
Keempatnya melamun di atas pagar dengan pikiran masing-masing, hingga suatu suara mengalihkan perhatian mereka
"Heh, kalian berempat!" Teriak seseorang
"Anjir!" Kaget Toni yang hampir terjatuh, "Mau pada kemana? Bolos ya!" Teriaknya lagi
Para siswa berseragam osis segera mendekati keempatnya, mereka ada lima orang yang secara kebetulan menemukan Jeriel yang akan bolos, dan salah satu dari mereka adalah Riri
"Siapa?" Bingung Raden, "Osis?"
Tak kunjung ada jawaban, Raden melirik kesamping tempat ketiganya berada namun, kosong.
"SETAN LU PADA!" Amuk Raden melihat Jeriel, Toni, dan Angga yang sudah turun di seberang sejak tadi.
"Bukan setan bodoh, turun lu!" Teriak Angga menyuruh Raden segera turun sebelum osis menarik kakinya
Tak menunggu suruhan lagi Raden bersiap turun sebelum para osis menarik kakinya, pagar begitu tinggi membuatnya ketakutan, menutup mata dan langsung terjun begitu saja
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance || Hajeongwoo
Cerita Pendek."Gua pengen mati," _ . "Gua takut mati," _ .Jeriel lebih memilih berjalan menuju kematian daripada menghargai setiap detik dalam hidupnya seperti Haksa .Sebelum Haksa datang meminta Jeriel untuk mengajarinya tentang beberapa pelajaran. Mereka hanya...