Bunyi kicau burung-burung tak membuat Kiraya bangun. Namun, kala dering khusus di hpnya berbunyi, mau tak mau Kiraya terjaga.
Tanpa membuka mata, tangannya meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya.
"Mbak Raya!!!!!!" Pekik seseorang dibalik telepon. "Katanya mau ajak aku jalan?! Aku ngga mau tau, pokoknya hari ini jalan!! Ngga ada alesan apa-apa lagi!!!!" Sambungnya misuh-misuh.
Kiraya menghela napas. "Harus hari ini yah dek?" Tanyanya tanpa membuka mata.
Badannya kali ini benar-benar dibawah rata-rata, ibaratnya baterai kini hanya tersisa tiga persen. Mata memberat, kaki gemetar dan punggung yang terus berdenyut perih.
"Nggak!!!!!!! Pokoknya mau hari ini!!! Mbak, udah terlalu sering batalin janji."
"Tapi dek, mbak hari i--------"
Tut....
Tut....
Belum usai perkataannya, seseorang dibalik telepon yang tak lain adalah Kania telah memutuskan panggilan.
Kalau sudah seperti ini, mau tak mau Kiraya harus kerumah sang mamah guna membujuk adiknya yang ngambek.
Masih teringat tahun lalu, kala untuk pertama kalinya mereka bertemu setelah sekian lama berpisah. Kania berlari dan mengunci diri tanpa mengijinkan siapapun masuk.
Kiraya yang merasa bersalah, membuka pintu menggunakan kunci cadangan dan langsung merengkuh sang adik yang sedang menangis menelungkupkan kepala diantara lutut.
Awalnya mendapat berontakan tapi lama kelamaan Kania membiarkan.
Tanpa bersuara, mereka saling berpelukan mengurangi kerinduan yang membuncah disertai air mata yang membasahi.
Kiraya akhirnya dapat bertemu kembali dengan adik kecilnya, adik yang selalu bersikap manja padanya dan Kania yang akhirnya bertemu sang kakak, sosok kebanggannya.
Sosok yang selalu menjaganya dan mengabulkan segala keinginannya.
Karena keegoisan orang tua mereka, mereka harus berpisah selama tujuh tahun.Kiraya perlahan duduk lalu menutup mata sejenak kala pusing mendera. Dirinya baru sadar, ternyata dirinya tidur hanya menggunakan bathrobe.
Dilain tempat, seorang gadis terlihat kesal dengan mulut berkomat-kamit sembari menatap layar handphone.
"Kamu kenapa sih Kan?" Tanya wanita dewasa mengelus kepala sang anak.
"Ini nih mah, mbak Raya ngeselin. Masa ngga bisa nemenin aku jalan-jalan." Keluh Kania.
"Sayang.. siapa tau, mbak Raya lagi sibuk."
Kania memprotes, "sibuk apa?! Karena udah kelas 12?? Omong kosong!!! Buktinya, temen Kania.. kakaknya kelas 12 bahkan ada yang jadi maba tapi mereka bisa temenin adiknya jalan-jalan." Cerca Kania beranjak pergi.
"Atau jalan-jalan sama mamah, kita have fun bareng." saran Kelaya.
"Gak mau!!!"
Kelaya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang sudah memasuki kamar.
Seringkali, dirinya merasa bersalah terhadap anak-anaknya karena keegoisannya dan sang mantan suami, anak-anaknya harus terpisah begitu lama. Apalagi terhadap Kiraya, yang saat itu juga masih membutuhkan dirinya.
Andai waktu dapat diulang, mungkin dirinya akan turut membawa Kiraya.
*****
"Non, mau kemana? Kan non lagi sakit." Tanya Bi Laksmi saat melihat Kiraya turun dengan kunci mobil ditangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophilia (HIATUS)
ChickLitCerita ini hiatus dulu yaaaa... Mau tamatin satu-satu dulu Kiraya, seorang cewek yang berjuang untuk mimpinya dikala mendapat pertentangan dari sang ayah. Ketika hati sang ayah mulai tergerak, sayangnya takdir tak mengijinkan semudah itu. Dia telah...