Book 3: 12. Epilogue

522 36 5
                                    

Setelah meluncurkan tembakan pada Cole, Isaac mandi, mengganti pakaian, dan menuju rumah sakit. Benjamin dan Jessica Parker telah menyelesaikan berbagai rangkaian tes dan dokter menyatakan bahwa tidak ada luka atau gejala yang serius. Malahan, mereka dalam kondisi yang stabil dan menanti kedatangan Isaac di rumah sakit.

Isaac tiba di rumah sakit dan buru-buru menaiki lift menuju ruang rawat inap, dia tidak mampu menyembunyikan kegugupannya. Di tangannya terdapat buket besar bunga musim semi berwarna cerah untuk diberikan kepada ibunya. Dan Felix berdiri di sampingnya sambil membawa hadiah yang cukup membuat matanya terbelalak.

Satu tangan memegang berbagai macam balon besar Mickey Mouse yang kelihatannya bisa membuat anak kecil terbang apabila mereka memegangnya, dan tangan satunya lagi membawa boneka Mickey Mouse berukuran jumbo. Isaac sebenarnya sudah menasehati kalau Benjamin mungkin akan ketakutan dan melarikan diri karena ukurannya sekitar dua kali lipat tubuh anak itu, tapi Felix menghiraukannya.

Ditambah lagi, pemandangan Felix yang sedang berjalan dan membawa kue coklat, tidak hanya menggelikan, tapi juga terlihat kerepotan. Namun Felix hanya meminta Isaac untuk memberikan buket bunga kepada ibunya.

".....Kau baik-baik saja?"

Hanya terdengar suara balon yang saling bertabrakan dari dalam lift yang sunyi. Tanpa sadar, Isaac melirik Felix yang sedang membawa banyak hadiah itu.

"Entahlah. Tapi aku gemetaran sekali."
"Kau selalu mengatakan hal-hal yang tidak cocok untukmu."
"Aku tidak bohong."

Felix yang luar biasa gugup, hanya menatap angka-angka di hadapannya. Dia berdiri dengan kaku dan terus bergumam tanpa melihat sekitar.

"Bagaimana kalau Benjamin membenciku? Bukankah akan memalukan kalau tiba-tiba dia harus memanggilku ayah?"
"Kau sepertinya terlalu khawatir."
"Menurutmu ibumu akan menyukaiku? Kau tidak bilang kalau aku terlibat dengan mafia kan?"
"Tidak perlu dipikirkan lagi."
"Bukannya begitu. Apa yang dulu kau pikirkan tentangku? Aku warga negara yang sangat baik, tapi kau salah paham tentangku tanpa alasan yang jelas."

'Jadi, seperti kataku waktu itu, kau tidak akan pernah bisa jadi warga negara yang baik kecuali semua warga negara yang baik mati.' Isaac hanya berkata dalam hati, lalu memandang Felix dengan raut muka datar.

Semakin tinggi angka yang ditunjukkan dalam lift itu, semakin Felix menjadi gelisah. Kalau saja dia tidak sedang memegang banyak hadiah di tangannya, dia mungkin saja sudah menggigiti kukunya. Pada akhirnya, Isaac tertawa, yang sudah ia tahan sejak lama. Di saat Felix menolehkan wajahnya, di saat itulah Isaac melumat bibir Felix dengan lembut.

Bibir lembutnya manis seperti biasanya. Nafas yang bercampur dengan aroma tubuh dan pheromon juga menambah kemanisan hingga membuat mabuk. Isaac mencium Felix sambil menyelipkan lidahnya di antara celah bibir dengan perlahan. Ketika lift berhenti yang disertai dengan bunyi 'ding', ketika itu dia membuka matanya dan melepaskan bibirnya dengan kecewa.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau sudah menjadi ayah yang hebat."

Isaac menepuk-nepuk pundak Felix lalu keluar dari lift terlebih dahulu. Felix mengikuti Isaac dengan wajah yang agak memerah. Namun, begitu mereka melangkah menyusuri lorong, Isaac bertemu dengan Tony dan anak buahnya, dan secara refleks berhenti.

"Oh-."

Tony membuat suara lucu. Begitu dia bertemu Isaac dan Felix, mata Tony membelalak terkejut. Tanpa menghilangkan raut mukanya yang terkejut dan heran, dia menatap Felix, yang sedang membawa balon, boneka besar, dan kue. Dan pada akhirnya berteriak terkejut melihat tanda yang terukir di leher Isaac dan Felix.

Dear Benjamin (Book 3-5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang