"Rama!" Arma menghadang jalannya Rama yang baru saja pulang dari tugas bersama Aca di sisinya. Lama sekali rasanya setelah tidak berjumpa, meski Arma tidak bertambah tinggi tetapi dia bertambah cantik sampai membuat Rama pangling.
Di cluster ini Arma, Rama dan Daniel tinggal berdekatan. Pandangan Rama mengikuti di mana arah isyarat Arma menunjuk---balkon kamar Daniel.
Di sana seorang Ibu yang dikenal Rama sangat ceria dan ramah terhadap siapa pun di dunia ini tengah duduk di kursi yang dulu biasa Daniel dan Rama gunakan untuk menikmati sebotol minuman keras dan juga beberapa linting tembakau, atau sekadar bermain gitar dan menyanyi sembarang. Kini kursi favorit Daniel itu diduduki ibunya yang melamun sambil menggenggam kaos hitam milik anaknya, tatapannya kosong dan menyedihkan."Gue yakin lo udah tahu soal Daniel, 'kan?" tanya Arma.
Rama terlihat gelisah, ia menengok ke kanan dan ke kiri mengecek keadaan sekitar. Lalu menatap dua gadis cantik itu bergantian. "Ayo masuk dulu kita bicarain ini di dalam."
Rama membawa dua gadis itu masuk ke kamarnya. Aca langsung memberikan barang bukti yang ia punya ke Rama, flash disk itu langsung dinyalakan di laptop lama milik Rama yang hampir tidak pernah dipakai. Barang bukti itu ditonton bersama secara rahasia di ruangan yang tak seharusnya.
"Halo, nama saya Aisy Paradista bagian dari Danielist, penyidik amatir kasus Ramadhaniel. Saya mungkin sedang dalam bahaya karena mencoba mengungkap kasus yang sangat sus, kasus Ramadhaniel yang telah dinyatakan meninggal dunia dengan tak lazim di kawah gunung ijen." Rama, Arma, dan Aca memperhatikan video Aisy yang direkam sebelum dirinya menghilang.
"Kenapa saya bilang ini tak lazim? Ini adalah bukti yang saya kutip dari tim penyidik. Saya minta maaf, saya memang maling iPhone. Pukul 14.00 polisi membawa barang bukti ini dari Ijen dengan baterai 58%. Hp ini tipe hp boros, sementara gps ponsel ini ditemukan tiga puluh lima hari setelah Daniel menghilang. Is it make any sense?"
"Perbekalan Daniel tidak mungkin bertahan selama tiga puluh lima hari. Sementara snack yang sudah dibuka itu terlihat seperti hanya dibuka dan tidak dimakan sedikit pun. Seperti hanya sengaja diletakkan di Ijen atau bahkan polisi tidak pernah ke Ijen untuk mengamankan barang bukti?"
"Siapa pun kamu di kasus ini? Kamu kroco banget. Bodoh! Kurang detail! Banyak informasi masuk tapi kamu masuk ke sela-sela kami agar bisa mengantisipasi langkah selanjutnya!"
***
"Rama lo kan polisi!" Arma menggoyang-goyangkan tubuh Rama, yang bersangkutan hanya bisa memegang kepala.
"Saran gue sih kita ikhlasin mereka sebelum lo kaya Aisy, Ma." Setelah mengatakan itu, Aca langsung menampar orang yang baru dia kenal itu.
"LO ITU APARAT KEAMANAN NEGARA, RAM! DI MANA KEAMANAN BUAT DANIEL DAN AISY? LO LATIHAN MILITER BERTAHUN-TAHUN SAMPAI OTOT LO GEDE, CUMA BIAR BISA BILANG HALO DEK KE INSTAGRAM CEWEK-CEWEK CANTIK?" Arma sendiri kaget, Aca ternyata bisa semarah ini. Rama menghela napas, ia memang pantas ditampar.
Tampar Rama sekali lagi untuk dia bisa menjalani tugasnya---sumpahnya kepada masyarakat. Ia lupa bahwa sahnya tugas dia bukan hanya menilang pengendara ilegal, akan tetapi juga penegak keadilan. Betapa bodohnya Rama, ia bahkan tidak punya inisiatif dan keberanian lebih untuk menolong temannya sendiri.
Ia hanya tahu bahwa dia tidak punya cukup kuasa. Bahkan sebagai polisi ia pun harus mendengarkan perintah untuk bergerak atau mundur, ia tahu bahwa ia tak punya kekuatan apa-apa. Namun, dibandingkan Aisy, Arma, dan Aca bukankah setidaknya Rama lebih berani dan kuat.
"Gue mungkin gak akan lebih kuat dibanding musuh kita, guys." Rama kemudian melihat rekaman video dan lokasi tersimpan dari kalung gps Aisy. "Tapi ada yang lebih kuat dari segala prajurit di dunia ini."
"Apa?" tanya Arma dan Aca berbarengan.
"Nitizen Indonesia."
Video Aisy diunggah dan dipromosikan hari ini. Mereka berusaha keras untuk meramaikan dan menghimbau masyarakat agar menduplikat video ini segera, karena sudah pasti bahwa video itu akan diturunkan paksa oleh orang ber-uang di balik semua ini.
***
"Gue mau berduaan sama Daniel, jadi lo semua pergi aja keluar!" perintah Diva. Semua pria dewasa itu keluar.
"Soni! Bawa cewek itu keluar juga. Amanin dia, gue mau mandi dulu." Yang dipanggil menurut lalu Diva masuk ke kamar mandi. Daniel mengekor dan Diva tidak curiga sama sekali.
Pria dewasa itu mengangkat Aisy lalu keluar meninggalkan dua muda-mudi dalam kamar. Tepat saat Diva masuk dan menutup kamar mandi, Daniel menguncinya dari luar. Ia mengambil kesempatan mengantongi kunci kamar mandi saat bercukur.
"DANIEL! BUKA!" suara Diva terdengar meronta-ronta, Daniel berlari keluar dan melihat Soni mengangkat Aisy di pundaknya. Dengan sisa tenaga yang dia miliki Daniel sedang berusaha berkelahi satu lawan satu sekarang.
"Ahkk!" Aisy jatuh terguling saat Daniel menendang kaki Soni sampai tersungkur. Aisy paham jadi dia bergeser memberikan dua pemuda itu ruang untuk saling pukul.
"WOI DANIEL LE..." Sebelum berteriak terlalu banyak kaki Daniel masuk ke dalam mulut Soni! Memukulnya beberapa kali sampai pingsan.
Napas Daniel terengah-engah meski tidak sampai selesai pasti beberapa orang sudah mendengar teriakan besar Soni. Dengan tergesa-gesa Daniel melepaskan ikatan Aisy.
"Ayo keluar dari sini," ucap Daniel, Aisy mengangguk setuju. Tanpa arah mereka berlari karena mencari tempat untuk kabur dari tempat tak bercelah ini sangat sulit. Tangan Daniel menarik tangan Aisy karena tentu seorang gadis tidak terlalu baik dalam berlari, ditambah luka-luka yang dia miliki."STOP!" Benar saja, dua remaja itu menjadi bulan-bulanan para penjaga sekarang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Danielist [Akan Terbit]
Roman pour AdolescentsKasus menghilangnya Daniel ditutup tanpa keadilan. Membuat Aisy, Arma, Aca dan Diva membuat sebuah kelompok detektif untuk menemukan di mana sebenarnya Daniel? Petunjuk-petunjuk Daniel tidak sedikit, tapi setelah ditemukan selalu mendapatkan hasil...