Bagian 8 🍒

6 2 0
                                    

Happy Reading

____________________


"Hahh, capek banget gue keliling nyari tu anak, mana hpnya kagak aktif lagi huh," keluh Jovita.

Gadis itu meminum air mineral botol miliknya. Sementara cowok di depan Jovita terus memperhatikan gadis itu.

Jovita menutup botol air yang sisa setengah itu, "Napa lu natap natap gue? Naksir lu?" Ucap Jovita dengan pede.

Rayyanza terkekeh, "kamu cantik juga sih." Bukannya salting Jovita malah mengibaskan rambutnya, "iya gue tau gue emang cantik banget, lo aja yang ga sadar dari dulu." Gini nih kalo orang dengan tingkat kepedean yang tinggi di puji.

"Kamu dulu suka pake make up tebal jadi aku ga tau kalau kamu Enzii sahabat kecil aku." Jovita teringat dengan Jovita yang dulu itu selalu memakai make up yang tebal saat di sekolah.

"Padahal kamu lebih cantik kalau kaya gini."

Jovita hanya mengangguk menanggapi perkataan Rayyanza, memejamkan mata menikmati angin sepoi sepoi menerpa lembut wajah cantiknya.

■■■■■■■■■■■■■■■

"Habis ini mau di apain?" Suara gadis  itu bertanya pada temannya.

Seorang gadis di sana menatap tubuh adik kelasanya yang terbaring dengan kepala berdarah. Ia tersenyum puas setelah berhasil memukul kepala anak itu dengan balok hingga kepala anak itu berdarah. Uhh pasti sakit.

Tuk

Balok itu terlempar ke lantai membuat debu yang menumpuk di lantai terbang bebas di udara.

"Biarin aja di sini sampai ada yang liat." Gadis itu melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari ruangan penuh debu itu.

"Kasian juga nih anak," celetuk Stella menatap kasihan pada Agnesia.

"Iya juga sih, lagian kok lo mau mau aja sih ngikutin perintah si nek lampir itu." Jihan berjongkok memeriksa gadis itu, ia langsung berdiri melihat kepala penuh darah.

"Itu karna..." Feby memandang Agnesia. Stella yang penasaran pun bertanya, "karna apa By?"

"Kalian ga perlu tau." Kaki Feby melangkah menuju pintu gudang itu. "Yahh ga seru lo Feb," ucap dua gadis dalam ruangan itu kecewa.

"Cepetan keluar sebelum ada orang yang liat, dan gausah tutup pintunya."

"Iya iya."

Stella dan Jihan pun menyusul Feby yang sudah duluan pergi dari gudang kotor ini, meninggalkan Agnesia di dalam sendirian.

"Ughh sakit banget huhu."

Tanpa seorang pun menyadari bahwa Agnesia sebenarnya masih sadar, kuat juga ni anak. Gadis itu memegangi kepalanya, air mata sudah mengalir deras di pipinya.

"Feby anjing sialan babi."

■■■■■■■■■■■■■■■

"Haru!"

Gadis yang bernama Harumi Amelia itu memutar kepalanya kepada sosok lelaki yang memanggil namanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Three SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang