Edelweis

2K 125 24
                                    

"bapak... Mau susu"

"cium dulu"

"tadi pas bangun tidur kan udah"

"ya cium lagi"

"muahhh... Udahhh"

"dikit banget. Pipi kirinya belum"

"ihhh.. Bapak ah, cepetannn!"

"gamau ah bapak"

"muah.. Udah"

"jisung sayang bapak apa sayang susu?"

"sayang susu"

"eh??"

"sayang bapak dulu baru sayang susu hehe"

"terus abis bapak siapa?"

"sayang momo"

"momo bau aja"

"ih gapapa! Wangi kok momo"

"iya, wangi iler kamu"

"biarin wleee"

"abis momo terus siapa?"

"yang pertama ibu, terus bapak terus susu terus momo... Habis itu hmmm"

"nenek"

"iya nenek sama kakek"

"abis itu??"

"gatau... Cepetan ih pak mau susuuu"

"yaudah iya iya iya"

Jeno segera mengangkat bocah empat tahun itu dari ranjang tidurnya bersama sang istri. Anak lucunya itupun langsung merentangkan tangannya dan melompat dalam gendongannya. Dan setelahnya ayah muda itu langsung mengerang gemas dibuatnya. Lihatlah tubuh gempal anaknya yang bergelayut sembari meringkuk padanya bak anak koala. Sangat sangat menggugah dirinya untuk mencubiti pipi gembil itu jika saja ia tak mengingat bahwa istrinya itu masih tertidur pulas. Suara lengkingan sang anak yang masuk ke rungu putri tidur itu ketika ia menjahili anaknya merupakan ide yang buruk omong omong.

"yaudah ayuk.. Kita ke dapur yuk"

"okehhhh"

Jeno mendudukkan anak manisnya itu pada meja dapur sebelah wastafel, lalu mulai melakukan titah sang anak. Matanya mulai mencari cari kemana botol susu yang biasa dipakai oleh sang anak itu bersembunyi. Pasalnya barang tersebut tak dapat ia temukan di rak piring rumahnya.

"ibumu taruh dimana ya botol susunya?"

"ituuu"

"oh iya"

Jeno terkekeh, ternyata botol bening itu berada di dalam wadah berisi air. Mungkin itu adalah air panas tadinya.

"okee, sekarang susunya.  Jisung mau berapa banyak?"

"banyak banyak!"

"semana??"

"seginiiii"

Hidung bangirnya pun otomatis mencium gemas pipi sang anak ketika dirinya merentangkan tangan pendeknya sembari memberikan gestur setengah lingkaran besar dengan suara lucunya. Kekehan geli pun tak dapat anaknya itu hindari ketika ia sibuk menciumi pipi gembil beraroma biskuit bayi kesukaannya itu.

"biasanya ibu kasih seperempat botol. Okedeh"

"air panasnya sedikit aja pak. Kalo bapak yang buat panas banget"

"oke!"

"udah.. Udah air panasnya segitu aja"

"baru juga dituangin"

Daily Dose of Adek Jisung || (NOREN FEAT WHO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang