°18 She Is A Good Doctor

1.7K 133 38
                                    

Dokter hebat adalah seorang dokter pemilik perasaan di setiap tindakan yang diambil. Bukan mengenai otak cerdas, inisiatif yang besar, ekonomi yang memadai, melainkan sebuah ketulusan.

Pekerja yang memiliki tanggung jawab akan sebuah nyawa manusia. Seolah seperti jembatan antar tuhan pada manusia lainnya.

Tulus, tidak semua.

Ikhlas, tidak semua.

Tapi, ada. Yang dikenal pekerja keras, tulus, cerdas, baik hatinya.

Siapa...

"Hey, hey, biarkan dia dapat penanganan."

Huru hara manusia begitu penuh, sesak terasa. Keramaian itu mendominasi unit gawat darurat yang selalu sibuk. Seluruh orang berbicara. Seluruh orang berlari. Banyak mata memandang. Banyak tangan bertindak. Tidak semuanya diam. Arahan para dokter ke rekan perawat terus diajukan. Tiap alat bergeser kesana kemari, sebagai penunjang hidup.

"Tidak bisa dokter Shani, dia tidak memiliki asuransi."

Wajah lelah gadis muda itu tidak membuat si kepala administrasi luluh. Orang-orang sibuk dengan pekerjaannya dibalik layar komputer, mulai menaruh perhatian kepada dokter perempuan si keras kepala. Permohonan sebesar apapun jika tidak masuk dalam kriteria peraturan, tetap akan ditolak.

"Tapi dia butuh penanganan lebih lanjut, percaya padaku. Semua biaya, aku tanggung."

Menjadi dua puluh lima menit semenjak permohonan terus ditolak. Dari berbagai segi aspek untuk beralasan sudah diucapkan tanpa kecuali. Waktu terus berlanjut, tak kenal keadaan.

Kepala administrasi menghela nafas, mengangkat jemarinya yang semenjak tadi beradu diatas mesin ketik, "Hari ini kamu sudah membiayai delapan orang yang tidak memiliki asuransi," Sekali lagi menatap dokter muda yang baru bekerja setahun tiga bulan.

"Tidak masalah, asal mereka mendapatkan penyembuhan yang layak," Begitu tegasnya ia ucapkan, Shani tidak menyerah.

"Anda dokter. Tugas anda hanya cukup menyelamatkan nyawa mereka, untuk pelayanan dan kriteria penyembuhan yang baik untuk mereka, semua tergantung keadaan ekonomi pasien itu sendiri."

Baik, Shani akan menganggap ucapan kepala administrasi sudah pada puncaknya.

Alasan pertama, karena memang dirinya hari ini sudah mondar-mandir dan memohon untuk permintaan yang sama. Alasan kedua, betul karena sekarang seharusnya jam makan siang. Siapa yang tidak naik darah jam makan siangnya disita untuk negosiasi seperti ini.

"Tidak masalah apa profesi ku, asal mereka baik-baik saja, aku akan membantunya," Wajah Shani benar-benar menunjukkan keseriusan ketika keduanya beradu pandang.

"Anaknya sedang sendirian memikirkan biaya kebutuhan tindakan selanjutnya, saya mohon kali ini biarkan saya bantu mereka."

"Ini terakhir." Dan akhirnya kepala administrasi yang menyerah.

"Iya, terakhir kita berdebat," Setelah acara negosiasi itu Shani tersenyum, "Selanjutnya tolong langsung terima permintaan ku."

Karena, kepala administrasi tahu, binar mata Shani yang penuh akan ketulusan membuatnya seolah tenggelam. Yakin dan optimis dari seorang dokter hebat, ditengah-tengah kegentingan keadaan masih bisa memperjuangkan kepentingan orang lain.

Mungkin tidak banyak orang seperti Shani memohon hanya untuk kelayakan pasiennya. Tapi, ada. Seperti dirinya.

Tidak hanya pada orang-orang yang bernasib kurang baik saja. Dirinya benar-benar bekerja keras untuk orang lain.

AMERTA & KAHARSA || greshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang