𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐗𝐕𝐈𝐈𝐈 : 𝐀𝐑𝐆𝐔𝐌𝐄𝐍𝐓

2K 246 35
                                    

Kimchi mengeluarkan 3 kertas suara yang sebelumnya ada di Soonyi dari kantongnya, menaruhnya di atas meja di ruangan biasa mereka melakukan pemungutan suara.

Setelah Kimchi berbalik menuju tempatnya, Heerak maju dan melihat kertas yang diletakkan oleh Kimchi. "Apa ini?! Kertas pemungutan suara?!"

Soonyi mengambil salah satu kertas itu yang dipegang Heerak, lalu berbalik pada teman-temannya, "Ini adalah kertas suaraku kemarin. Aku menemukannya di tempat sampah lantai 2."

"Tak hanya itu. Dua kertas ini juga memiliki jawaban yang sama denganku. Memilih untuk pulang."

Semuanya terdiam. "Sebentar, bukankah itu berarti.." Bora menggantung kalimatnya, membuat Hana menoleh. "Tak mungkin!"

Soonyi menghadap pada Yojung di belakangnya, meminta penjelasan. Baru mau membuka mulut, (Name) di sampingnya sudah maju dan membuka suara duluan, "Yojung memintaku untuk menghancurkan pemungutan suara. Jadi aku membuangnya di rumah sakit."

"Tapi kenapa kamu hanya menghancurkan yang menentang gagasan itu? I-ini bukti bahwa pemungutan suara itu dicurangi." Youngsoo berkomentar, Yeonju di sisi lain geram. "Jangan langsung menyimpulkan. (Name) tak punya alasan untuk melakukan itu."

Bora di sebelah Yeonju berujar frustasi, "Apa yang kalian bicarakan? Yak, Katakan agar aku bisa mengerti."

Aeseol berjalan sedikit dari tempatnya, "Yedera, sebentar. Kenapa kita jadi saling menuduh dan mencurigai begini? Kalau seperti ini, kita hanya akan menimbulkan kesalahpahaman."

"Kalau begitu kita akan cari tahu kebenarannya sekarang. Jika pemungutan suara tidak dicurangi, pemungutan suara hari ini akan membuahkan hasil yang sama. Angkat tangan jika memilih pergi." Setelah Soyeon mengatakan itu, membuat Hana dan Soonyi mengangkat tangan.

"Yak, kita seharusnya tak mengangkat tangan." Taeman menoleh pada Soyeon yang sebelumnya menyarankan untuk angkat tangan. "Kenapa kamu menghentikan kami?" Soonyi menatap lelaki itu lekat.

"Wang Tae-Man. Sikapmu sangat mencurigakan."
"Mwo? Ah, kamu kehilangan ketenanganmu hari ini, dan aku lebih suka kamu diam, shibal."
"Shibal?!"
"Ne, Shibal!"
"Aku juga bisa mengumpat!"
"Silahkan, sialan!"

Youngshin menahan kedua insan yang maju berhadapan itu, "Teman-teman, hentikan." Soonyi dan Taeman menatap lelaki berkacamata itu. "Aish, sulit dipercaya." Perempuan berambut pendek itu kembali ke tempat berdirinya. Begitu juga dnegan Taeman yang terus mengucapkan shibal.

"Mari tenangkan diri dan bicara ini baik-baik," Youngshin menahan ucapannya. "Kelompok 2, ucapkan sesuatu."

Bora menoleh pada Yeonju, "katakan sesuatu saat disana?"

(Name) masih memandang mereka. Lelaki seperti Heerak dan Taeman agak menyeramkan kalau marah. "(Name), Ottokke..?"

Sang MC menoleh pada Yojung yang berbalik, dan sedikit berbisik. "Tenang dulu, Yojung-a. Akan kucoba atasi."

"Saat di lantai 3, aku mendengar suara keras dari ruangan. Dan ada (Name) dan Soocheol..." kimchi berujar. Youngshin mendengus kasar, "Apa hubungannya, Kimchi?"

"Kau tidak percaya padaku, Kimchi?" Tanya (Name) menoleh pada lelaki berkacamata itu. Semuanya menatap gadis itu intens. "B-bukan begitu, hanya saja.."

"Sikap kami aneh? Atau kamu mendengarkan pembicaraan kami?"
"Tidak, tidak.."

Kimchi menggelengkan kepalanya, "Ah, entahlah. Aku merasa aneh saat bertemu kalian." (Name) mendengus kasar, "Regu 2 tak ada hal yang dibicarakan lagi. Sekarang kalian tahu, aku yang menghancurkan pemungutan suara. Lalu kalian mau apa?"

𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 | 𝗗𝘂𝘁𝘆 𝗔𝗳𝘁𝗲𝗿 𝗦𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang