"Cinta bisa ngutang dulu gak sih?"
Lutfhan Vs Azellia🐣💢•
•
•Tinggalkan bintang ✨
"Jangan lyupa yak 🤡""Jadi lo tetep nekad mau pindah nih?" Tanya Eva berulang kali.
"Nekat btw itu ada bedanya Va."
"Iya-iya apapun itu intinya itu. Jadi..?"
Lia terdiam sejenak, tapi ini sudah kesepakatan nya dengan guru BK kemarin. Kalo dia menolak nya kembali, citra dari harga dirinya sebagai anak IPS bisa hancur.
Ia mengangguk setelah nya "Iya Va, lo tenang aja. Dan juga ini dah mau jam 8 lebih baik lo pulang aja."
Eva memutar bola mata nya kesal.
"Oke deh. Tapi, kalo ada apa-apa lo jangan lupa di ruang OSIS kan ada speaker. Nah kalo datang zombie lo teriak aja dari sana + panggil aja nama gue nantinya."Lia tersenyum tipis mendengarnya, ya walau pun nantinya dia beda jurusan tapi itu adalah amanah yang guru BK titipkan padanya.
"Gue anterin lo pulang yak? Pake sepeda kan?" Tanya Lia lagi.
"Iya nih, tapi gak papa lah. Lagian gue kan ga penakut kayak lo li." Tegas Eva seraya membayar minuman tadi.
"Sorry? Gue gak salah denger ni-"
"Shhhh.. Udahan buruan kata nya dah malem kok masih ngomong ana ini utu lo li."
'Shibal annyeong gak sih? punya temen kek taik. Untuk sabar gue Va.'
Lia sedikit bergumam seraya menaiki sepeda nya yang terparkir tidak jauh dari mereka duduk.
Perjalanan pun di mulai..
Suasana gelap dengan hanya bermodalkan cahaya bulan dan penerangan dari rumah warga membuat suasana malam itu terasa sangat mencengangkan. Akan tetapi, bagi mereka berdua tidak ada yang aneh sama sekali mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan suasana nya. Mungkin saja.."Li gue mau pesan yak.. Lo nanti pulang nya lewat sini lagi aja jangan lewat lorong. Katanya lampu di sana udah mau rusak jadi gue takut lo kesandung sama trotoar ntar."
"Siap kapten!! Gue antar lo sampai depan sana ya. Abis itu gue puter balik."
"Oek👌🏻"
Istilah nya gini, udah tau di sana ada buaya eh tetep nekat mau nyebrang. Hal itu sama persis dengan apa yang di lakukan oleh Lia setelah nya, pasal nya dia tidak mendengar kan apa yang di peringatkan oleh teman nya tadi. Sampai..
...
(Bugh?)...
(Bruk?)...
(Sialan! Dasar cupu gak guna!)Samar-samar Lia mendengar beberapa pukulan juga benda-benda jatuh dari depan sana. Ia sempat berfikir jika itu begal atau sejenisnya.
Bukan nya takut lalu puter balik, si Lia malah nerobos aja buat memastikan apa itu. Gini nih tipe manusia yang kepo sama urusan orang lain yang berbuah cinlok wkwk.
"Berhenti!!"
Teriakannya seketika menggema di dalam lorong yang gelap, ketika ia baru saja mendapati pengeroyokan di depan mata nya sendiri.
Dengan hati-hati dia menaruh sepeda kesayangan nya kemudian berkata..
"Jangan sampai kamu terluka oke, ini cuman sebentar kok!?"Beberapa dari mereka menoleh kemudian menghampirinya..
"Hai cantik, jangan kasar-kasar dong. Gak cocok sama penampilan kamu yang kayak gini." Ucap nya seraya mencoba untuk menyentuh Lia.
"Abang, abang itu ganteng kok kek bab* main nya keroyokan sih? Gak berani maju sendiri iya?"
"Monye* cantik ini minta di blesh ternyata."
"Bacot!!"
Bugh?!
Seketika pukulan kuat mendarat di wajah pria itu. Tanpa disadari Lia menyunggingkan senyuman nya. Ia merasa sangat hidup setelah sekian lama pensiun dari dunia perkungfuan nya.
"Kuat juga ni cewek!"
"Hajar!!"
'Bismillah demi nama kebaikan kan ku selamatkan salah satu hamba mu ya tuhan ku.'
Perlahan Lia mulai menyerang satu persatu dari mereka, dia sangat beruntung karena memakai celana lagi dalam rok nya sehingga ia leluasa untuk bergerak ke sana kemari.
Wajah nya tidak tersenyum ketika ia melayangkan setiap pukulan itu pada mereka. Itu lebih terlihat seperti rasa bersalah karena telah memukul mereka begitu kuat sampai cipratan darah dari sudut bibir pria-pria itu menodai Hoodie milik nya.
Satu persatu dari mereka mulai gugur berjatuhan, Lia sedikit menjauh dari sana kemudian memperhatikan mereka kembali untuk memastikan tidak ada yang menyerangnya secara tiba-tiba.
Satu.. Dua menit ia menunggu, tapi seperti nya tidak ada pergerakan sama sekali. Dengan hati-hati ia menghampiri remaja itu kemudian bertanya pada nya.
"Lo baik-baik aja kan? Kalo iya, sekarang naik di belakang sepeda gue dalam hitungan Satu.. Dua.. Tiga.. Lari!"
Dengan hati-hati Lia memapah remaja pria itu menuju jok sepeda nya, tak lupa ia meminta remaja itu untuk melingkarkan tangan nya pada tubuh nya yang kecil.
"Pegangan kak, gue bakalan ngebut sampai rahmatullah.. Canda, pegangan yak." Ia muai mengayuh sepeda nya sedikit demi sedikit, dari pelan sampai dengan agak kencang.
Ia takut jika orang-orang itu akan bangun dan mengejar mereka berdua. Tapi sepertinya hal itu tidak terjadi. Pada persimpangan jalan yang menuju ke arah apartemen nya, Lia berhenti sejenak di depan warung untuk membeli beberapa obat, makanan, juga air dari sisa uang yang ia simpan selama ini.
Remaja itu bahkan tidak bergeming sedikit pun dari duduk nya, sampai Lia berfikir untung membawa nya pulang saja kemudian mengobatinya di rumah.
Loh rumah? Apotek kan ada li kenapa di bawa ke rumah? Jangan-jangan? Astagfirullah insyaf jangan 18+ mulu takut kejauhan khayalan nya geh.
One% Well done..
Thanks
Happy reading and see u next✨
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Romance
Chick-Lit"Jika takdir di dunia ini bisa ku putuskan dengan tanganku. Maka aku akan memilih jalan takdir ku sendiri." Azellia Warning!! Cerita ini hanya fiktif belaka, kami tidak menganjurkan untuk meniru atau mempraktikkan apa yang di tulis dalam setiap kat...