TERPAKSA MENERIMA TAWARAN

116 14 2
                                    

Gerbang besar terbuka otomatis, mobil meluncur memasuki halaman Mension yang megah. Hans turun membuka pintu mobil penumpang dan membiarkan tuan nya keluar dengan gagahnya.

"Hans, bawa dia"

"Baik tuan"

Sepeninggal Harka, Hans berlalu membuka pintu mobil dimana zilia terduduk. Gadis itu terduduk merapatkan kaki, memilin jari-jari indahnya, namun berusaha mempertahankan mimik wajah agar tidak terlihat menyedihkan.

"Silahkan nona"

Zilia masih membisu bergelut dengan pikiran di kepalanya.

"Nona, mari. Jangan sampai saya memaksa nona untuk keluar"

"Tidak, aku tidak mau. Ini bukan rumahku"

Zilia berucap tak kalah dingin dengan Hans. Bagaimanapun juga, ini bukan tempat dimana dirinya harus berada apalagi sampai memasuki istana ini. Dia harus mempertahankan harga diri agar kemudian hari tidak mudah jatuh ke lembah Kematian.

"Baiklah, Nona yang memaksa saya untuk berbuat tidak sopan"

Hans menepukkan tangan dua kali, kemudian datanglah dua pria tegap besar dengan kacamata dan baju hitam ke hadapan Hans. Zilia bingung dan tidak dipungkiri bahwa dirinya mulai bertambah takut.

"Kalian berdua, bawa nona ini kehadapan tuan harka. Ingat jangan sampai ada luka sedikitpun di tubuhnya"

"Baik tuan"

Zilia berontak melihat dua pria tegap itu mendekati mobil dan menarik memaksa dirinya untuk keluar.

"Tidak, jangan pernah sentuh saya. Lepas, saya tidak mau!"

"Maaf nona, tapi tuan saya tidak suka menunggu". Hans menyuruh dua pria itu mengikutinya masuk kedalam Mension tempat harka duduk diruang tamu.

"Lepas! Lepas!". Zilia berusaha melepaskan diri dari dua pria tegap itu.

"Tuan, maaf menunggu lama". Hans menunduk hormat di belakang harka.

"Hahh.... Kau membuang 5 menit waktuku dengan sia-sia Hans". Ucap harka sambil melihat jam di tanganya.

"Maaf tuan"

"Sudahlah, bawa wanita itu kehadapanku"

Hans mengisyaratkan bodyguard untuk menyeret zilia kedepan harka. Bodyguard itu mengangguk menandakan paham dengan isyarat Hans.

"Lepas! Hey lepppasss!"

Zilia melompat-lompat berusaha melepaskan diri dari cengkraman dua pria tegap di kanan-kirinya.

"Ssttt, kau berisik sekali. Apa kau tidak ingat apa yang kau lakukan padaku di caffe itu? Apa aku membuat keributan disana seperti yang kau lakukan disini? Berisik sekali!"

Mungkin harka tidak menyadari betapa rempong dirinya saat dicaffe yang sebenarnya karna ulahnya sendiri.

"Saya akan tanggung jawab tuan, saya akan bayar berapapun kerugian yang tuan terima karna saya, tolong lepaskan saya"

"Hahhahaha, bertanggung jawab? Bayar berapapun? Hahahha."

Harka bangkit dari duduknya menghampiri zilia dan mengangkat dagu wanita itu.

"Kau tahu berapa harga setelan ku? Bahkan jika kau bekerja seumur hidup pun tidak akan mampu membayarnya. Uang dari mana hmm?"

"S..saya akan berusaha, saya akan menyicilnya jika tuan bersedia"

"Hahhaa"

Harka beralih membelai pipi kiri zilia dan merapikan rambut yang menutupi wajahnya.

"Bukan kah sudah kukatakan, bahkan seumur hidup dirimu bekerja di caffe tidak akan mampu membayar kerugianku".

Hanya Ingin HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang