Halooo! Langsung baca aja yaa hihi
Selamat membaca, semoga suka🌹🌹
Naya tersenyum lebar tatkala Jendra mengulurkan sebotol susu pisang padanya. Gadis itu dengan senang hati menerima dan langsung meminumnya.
"Makasih, ya," ucap Naya tulus.
Jendra mengulas senyum tipis sambil mengusap kepala Naya.
Mereka berjalan bersama melewati lapangan yang cukup ramai pagi itu. Beberapa anak laki-laki terlihat sedang bermain basket di tengah lapangan.
"Oh, iya, Arin belum pulang ke Indo sayang?" tanya Jendra sekaligus membuka obrolan.
Naya mendongak, menatap Jendra yang lebih tinggi darinya. Ia lalu menggeleng kecil sebagai jawaban. "Aku gak tau," jawabnya mengedikkan bahu. "Arin gak ada bilang ke aku kapan dia mau pulang," lanjutnya sembari terus menyedot susu pisangnya.
Hari ini hari ke tujuh belas semenjak kepergian Arin ke Netherlands. Selama Arin berada di sana, kedua sahabat itu tetap menjalin komunikasi secara intens. Arin juga sering membagikan momen-momen dirinya saat berlibur di negara Kincir Angin itu.
Namun, perbedaan waktu antara dua negara tersebut cukup membuat Naya dan Arin kesulitan untuk saling memberi kabar. Di saat Naya sedang beraktivitas, Arin harus beristirahat. Begitupun sebaliknya.
Selama hubungan jarak jauh itu juga Naya merasa benar-benar kesepian. Duduk seorang diri di kelas dan mendengarkan materi, begitu setiap hari selama lebih dari dua minggu.
Naya tidak memiliki teman yang bisa ia ajak mengobrol dengan bebas. Terkadang Naya hanya ikut nimbrung bersama teman kelasnya yang lain, itupun hanya sekedar mendengarkan saja. Berbeda dengan Arin, sahabatnya itu terlalu ceria. Apa pun akan ia ceritakan. Mulai dari isu-isu di sekolah maupun laki-laki pujaannya.
Naya yang notabene memang lebih suka mendengarkan daripada bercerita pun tak masalah. Ia senang-senang saja menjadi telinga untuk Arin tiap kali gadis itu ingin menceritakan perasaannya.
Jendra manggut-manggut paham. Ia mengulum senyumnya saat tak sengaja melihat Naya yang begitu hanyut dalam kenikmatan susu pisang kesukaannya.
Atensi sepasang kekasih itu seketika teralihkan saat suara tak asing tiba-tiba menyapa salah satu dari mereka.
"Pagi Jendra."
Keduanya kompak memutar kepala saat sosok Kinan muncul tanpa diduga-duga.
Kinan tersenyum manis, matanya berbinar menatap Jendra yang juga menatapnya.
Ekspresi wajah Naya seketika berubah drastis. Ia memasang wajah penuh ketidaksukaan pada Kinan—kakak kelas yang akhir-akhir ini selalu mengganggu ketenangannya.
Naya sontak menarik lengan Jendra agar lebih dekat padanya. Tetapi tampaknya Kinan tidak mempedulikan hal itu, ia seolah mengacuhkan Naya yang terus menatapnya sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Kertas untuk Naya
Fiksi RemajaKatanya, kalau kita berhasil membuat 1000 burung kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Namun, apakah itu juga berlaku untuk Jendra? Jendra ingin membuat satu permohonan kepada Tuhan. Jendra ingin Tuhan memberinya kesempatan kedua untuk membahag...