Chapter 43

1.4K 196 32
                                    

[Name] menatap kosong tembok hitam dihadapannya, kantung mata yang terlihat jelas dan bibirnya meracau mengatakan hal yang tidak jelas.

Mentalnya sudah kacau, ia bahkan tidak bisa membedakan mana yang nyata mana yang tidak nyata.

(Kek elu)

Ruangan yang minim pencahayaan, penjara bawah tanah Konoha. Bau tanah yang bercampur dengan anyir darah, tembok yang penuh dengan bercak darah yang kering.

Gadis mengusak rambutnya yang kusut, sudah berapa lama ia dipenjara?

Seminggu? Sebulan? Ahhh, ntahlah bahkan dirinya saja tidak tahu sekarang malam atau siang karna tidak ada cahaya dari luar sedikitpun.

Tak!

Seorang penjaga menaruh makanan didepannya dengan mata yang ditutupi oleh kain hitam.

"Cepatlah dimakan..!" titahnya dengan nada menyuruh yang sedikit meninggi.

[Name] hanya terdiam dan menghiraukan ucapan penjaga. Mulutnya masih berkomat kamit mengucapkan hal yang tidak jelas.

"Aku mau pulang" lirihnya menatap tembok.

"Samu nungguin [Name]... Harus berangkat sekolah, nanti telat..." racaunya lagi.

Penjaga itu tampak tak memperdulikan ucapan [Name], ia dengan cepat pergi dan mematikan lampu.

"Orang gila." bisik penjaga sambil berlari pelan menjauhi penjara [Name]. Gadis itu terdiam sejenak saat mendengar bisikan pelan penjaga.

Batinnya bertanya, apa benar ia sudah gila?... Tapi gila karna apa?

[Name] meyakini dirinya kalau ia sama sekali tidak gila, tapi kenapa banyak yang tidak mempercayainya?

Atau... Memang dasarnya mereka yang sudah tidak mempercayai [Name] sedari awal?

Ia menunduk dan mendekatkan dahinya ke tembok, bercak darah kering yang mulai pudar dengan campuran tanah.

Dugh

[Name] membenturkan kepalanya ketembok, lampu bergoyang sebentar akibat guncangan.

Dugh

Dugh

***

Dibalik tembok yang berlapis itu, seorang pria berambut hitam duduk dengan posisi tegas bersampingan dengan sang istri.

Mereka berdua duduk dihadapan pria bertubuh besar dengan wajah yang penuh luka. Matanya seolah bertanya kepada sang suami.

"Jadi?..." ia menggantung ucapannya dengan sengaja.

"Apa yang kalian mau...? Pasangan Uchiha, di tengah malam yang dingin ini?" tanya pria itu sembari mengelus jenggotnya menggunakan tangan kanan.

Sepasang suami istri Uchiha yang tengah duduk dihadapannya menatapnya dengan tegas, terutama sang Istri.

Sedangkan sang suami hanya menatap pria itu dengan tatapan biasa.  

"Apa konsekuensinya jika [Name] dilepaskan..." celetuk Sakura tiba-tiba membuat kedua pria yang saling bertatapan itu menatapnya.

"Dilepaskan?... Pfft," pria itu tertawa kecil dan menutup mulutnya.

"Seorang buronan 5 desa? Dilepaskan? Apa kau bercanda?" tanya pria itu dengan nada menyindir Sasuke. Sasuke tersentak sejenak kemudian mengerutkan keningnya mulai emosi.

"Ini bukan bahan candaan, apalagi dia sudah membunuh pewaris satu-satunya klan Senju, Ryuuichi Senju." ucapnya sembari tiba-tiba berdiri.

Ia menatap bingkai photo [Name] yang ditandai dengan spidol warna merah. Sasuke termenung sejenak emosinya mulai tidak beratur, tangannya terkepal kuat.

"Dia putrik--"

"Seorang Putri bungsu dari klan Uchiha... Yang membunuh teman setimnya sendiri, yang membiarkan Otsutsuki masuk kedalam Konoha yang tenang ini."

Pria itu terdiam ia kemudian menatap jendela yang diluar dipenuhi oleh pohon yang rimbun.

"Dan juga bersekutu dengan Otsutsuki, iu cukup untuk membuat dihukum mati."

Darah Sasuke mendidih, ia menggebrak meja itu dan menatap Kepala Polisi Konoha itu dengan marah.

"Lalu kenapa aku bisa bebas sedangkan putriku tidak?!.." sentak Sasuke marah menatap pria itu.

Pria itu--- Natsuki Senju menatap Sasuke dengan raut yang datar. "Apa kamu bercanda?.."

"Itu sudah belasan tahun yang lalu... Lagipula,, bukan salahku yang memberikan hukuman mati pada putrimu. Tapi undang-undang Konoha yang memberikan hukumannya."

Natsuki mengepalkan tangannya berusaha untuk tidak terbawa emosi.

"Dan yang Putri kalian bunuh itu... Cucuku bodoh, cucu yang sudah kutunggu selama belasan tahun.." Natsuki menggantung ucapannya.

Sakura berdiri dan menatap natsuki.

"Maaf atas kejadian cucumu-- tapi putriku tidak bermaksud---"

"Ha!" Natsuki menyeringai dingin membuat Sakura meneguk liurnya sendiri.

"Bukankah kau bilang kau menyesal melahirkannya?" ucap Natsuki membuat Sasuke melebarkan matanya dan menatap kearah Sakura.

"Bahkan kamu saja berharap putrimu mati, kan?"

Sasuke menatap kearah Sasuke dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ia mengepalkan tangannya dan menatap Natsuki.

"Istriku tidak pernah berkata seperti itu pada anaknya!" bentak Sasuke membela Sakura.

Mata sayu Natsuki menatap kearah Sasuke dan melirik Sakura yang berada dibelakangnya, raut wajah yang sulit dijelaskan tangannya bergetar hebat.

"Ohh ya?..."

Brukh

Sasuke menengok kebelakang dan menatap Sakura syok, Sakura terbaring pingsan dengan nafas yang tak beraturan.

"Sakura!"


***


Sasuke menatap Sakura yang tengah tak sadarkan diri sejak kemarin, nafasnya masih tak beraturan dan keringat dingin yang mengucur deras dari tubuhnya, ia mengigau tak jelas.

Sarada yang sedari tadi berdiri disamping Sasuke hanya bisa menatap khawatir Sakura sembari sesekali melirik kearah Sasuke.

"Papa..." panggil Sarada pelan, Sasuke berdehem.

"Apa yang terjadi pada Mama?" tanya Sarada ragu, sebab Mamanya sangat jarang sekali pingsan.

Sasuke terdiam tidak menjawab pertanyaan Putri sulungnya. Matanya masih menatap fokus sang istri.

Sarada terdiam sejenak, aneh, semenjak Papa pulang dengan membawa Mamanya yang pingsan dari kantor polisi, ia tidak mengucapkan sepatah katapun.

Bahkan ketika Sarada mengajaknya bergurau, Sasuke bahkan menyuruhnya untuk diam.





Tbc...

Yeayy bentar lagi tamatt!

Btw maafin author baru bisa upload sekarang soalnya author lupa author punya wp hehehehe :3

Ada sepatah kata kalian untuk author??

Okee author bakal menghilang lagi...

SAMPAI JUMPA TAHUN DEPANN!!

  UCHIHA PRIK  Boruto: Naruto Next Generation (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang