CHAPTER 18 - CONVERSATION BETWEEN FRIENDS

522 67 11
                                    

Mengatakan bahwa rumah nya menjadi berisik adalah hal yang meremehkan. Rumahnya benar-benar tidak terkendali dengan para vampir dan penyihir yang bermain kartu meledak-ledak. Geraman vampir, pekikan Ginny, tawa lembut Luna menghiasi ruangan iyu di selingi beberapa pertanyaan lontarkan oleh Harry yang membuat ketiga penyihir berdarah murni mengangkat alis. Cho tidak habis pikir bagaimana bisa Harry menanyakan vampir itu tipe manusia apa yang dia suka makan dan menyarankan mereka untuk mencoba penyihir gelap. Apakah dia punya otak? Penyihir gelap tidak berkeliaran di sekitar Vampir mereka jelas tahu.

"Apakah kalian ada di perang dunia pertama?" Pertanyaan yang entah keberapa ditanyakan Harry.

"Perang dunia Muggle yang bertepatan dengan Gellert Grindewald berkuasa?" Cho bertanya sambil membaringkan dirinya di sofa setengah mengantuk.

Dia tidak tidur nyenyak semalam penuh karena memikirkan konfrontasi yang sudah terjadi. Seandainya ketiga teman Hogwarts nya tidak datang ke Amerika hanya untuk dirinya dan Quidditch yang tidak lama lagi akan di selenggarakan dia akan ke kamarnya dan benar-benar tertidur tidak peduli apakah Alec menontonnya tidur atau tidak.

Ginny memandang nya dengan tatapan menggoda ketika tangan Alec sesekali memainkan rambut hitam panjangnya. Tapi Cho menghiraukannya dia sangat lelah untuk digoda oleh Gryffindor kecil itu.

"Siapa greenwall?" Alec bertanya, salah mendengar nama Gellert Grindewald. Mata Cho melirik ke atas karena wajah Alec tepat berada di atas wajahnya lebih tepatnya dia yang tidur di paha pria itu. Well Alec yang menawarkan diri.

"Haruskah aku mengubah ini menjadi kelas sejarah?" Cho menatap ketiga penyihir.

"Sure, aku yakin Harry, Jane, Alec, Felix dan Demetri tidak mengetahui banyak hal." Ucap Luna. Ginny mengangguk setuju sambil meletakkan kartunya yang meledak di wajah Jane.

"Gotcha Vampir girl." Ginny terkikik. Jane menggeram menatap Ginny yang memberikan tanda peace padanya.

"Baiklah, kita mulai sejarah penyihir," Cho membersihkan tenggorokan nya. "Pada tahun 1880-1890an seorang pria dengan nama Gellert Grindewald pada usia 16 tahun dikeluarkan dari sekolah sihir Durmstrang yang berada di Bulgaria." Ketika Cho akan melanjutkan Harry memotong nya.

"Aku tidak tahu itu." Harry heran. Cho memandangi nya "Kelas sejarah Hogwarts hanya membahas perang goblin yang tidak penting. Kembali ke topik, Gellert tertarik dengan ilmu hitam dan yah di tingkat yang tidak bisa di toleransi bahkan oleh sekolah yang mengajarkan sihir hitam, sampai dimana dia dikirim ke Bathilda Bangsot bibinya, yah dia sejarawan yang terbunuh karena perang sihir kedua....." Cho menarik nafas dalam-dalam. "Ini bagian yang panas."

Felix, Demetri, serta Jane menatap Cho menunggu dia melanjutkan ceritanya.

"Gellert bertemu Albus Dumbledore muda yang dimasa tuanya menjadi kepala sekolah selama kami di Hogwarts. Dumbledore di kenal sebagai penyihir putih. Yah karena inti sihirnya putih, tapi sebenarnya dia terlibat bersama Gellert mereka bahkan berkencan selama beberapa saat."

"TIDAK MUNGKIN!" Ginny dan Harry berteriak.

"Ini adalah faktanya sayangku," Cho memutar mata pada mereka. "Sejarah terkubur tapi selalu ada cara untuk kembali ke permukaan. Tibalah pada suatu hari Alberforth saudara Albus Dumbledore mengetahui rencana mereka mencari batu kehidupan untuk menghidupkan orang dan yah tiga the hollow untuk menguasai dunia, Dumbledore lebih menghilangkan Xenophobia sedangkan Grindewald dia ingin kekuasaan dia serakah.."

"Nama ayahku berasal dari istilah itu Xenophilia, artinya menyukai perbedaan. Antonim Xenophobia." Ucap Luna sambil tersenyum tipis.

Jane mengernyit mendengar itu. "Xenophobia contoh kasus penyihir di bakar?" Jane bertanya Cho merasakan Alec menjadi lebih kaku. Cho bangun dan duduk dengan nyaman. Dia mengangguk pada Jane. "Semacam itu dia ingin perubahan, dia ingin penyihir dan muggle bisa berbaur. Itu adalah anggapan Dumbledore. Sayang sekali Alberforth tidak menganggap cara mereka benar, terjadi duel tiga arah antara mereka Alberforth, Albus dan Gellert yang membunuh Ariana adik Albus dan Albertforth. Kematian itu membuat Gellert kabur dari inggris dan memulai perang global sihir. Penyerangan besar-besaran, yang menarik perhatian otoritas sihir internasional dan juga beberapa serangan yang menarik perhatian dunia Muggle."

𝐃É𝐉À 𝐕𝐔 - EDWARD CULLENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang