SRG 10

108 19 2
                                    

Dan waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Matahari sudah bergeser hampir mencapai tengah hari saat pelajaran kedua Sarang selesai hari itu.

"Sudah waktunya untuk bersiap ke rumah sakit, Nona." kata nenek setelah guru keduanya meninggalkan ruang belajar.

Sarang yang kembali duduk di kursi setelah gurunya keluar ruangan, menoleh. "Begitu ya." Katanya. Dia terdiam sebentar, sepertinya memikirkan sesuatu.

Nenek menunggu Sarang bicara lagi, tapi yang ditunggu hanya menghela nafas dengan gelisah.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Tidak." Jawab Sarang seakan menyerah pada pikiran nya sendiri. Dia langsung bangkit berdiri dan melangkah keluar ruang belajar.

"Apa semua sudah siap?" Tanya Sarang dalam perjalanan kembali ke kamar.

Nenek mengangguk. "Sudah, Nona."

Karena memang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk mengurus kebutuhan Sarang sehari-hari sebagai pengasuhnya. Sejak dulu sekali, dia bahkan bertanggung jawab untuk mengurus kebutuhan ibu Sarang di awal beliau masuk ke keluarga ini. Dan sejak dulu sekali dia juga menjadi pengasuh Nona Saeri, bibi Sarang. Seluruh kehidupannya dia dedikasikan untuk keluarga ini.

"Nek? Nenek melamun?" Tanya Sarang membuat nenek terkejut.

"Ya? Maafkan saya." Kata nenek kemudian. Dia menghela nafas diam-diam dalam usahanya menerima kenyataan bahwa Nona yang dia layani sekarang memanggilnya nenek. Tapi dia mengakui, dia memang sudah setua itu.

"Apa pengawal ku tetap paman Taewong?"

"Ya, Nona. Pengawal Anda masih tetap pengawal Taewong."

"Ooh.."

"Apa Anda ingin pengawal Anda diganti?"

"Oh, tidak. Hanya bertanya. Sudah lama sekali aku tidak keluar."

Nenek mengangguk paham sambil memberi isyarat pada pelayan untuk segera membantunya bersiap. Sambil bersiap-siap, Sarang menerima laporan soal Baekjin Na.

"Hari ini dokter akan melakukan operasi pengangkatan pen saat petang." Kata nenek. "Lalu.. dokter meminta izin kepada Presdir untuk melakukan beberapa proses fisioterapi."

"Fisioterapi.." Sarang mencerna informasi tersebut. "Lalu?"

"Presdir mengizinkannya."

"Hmm. Aku percaya ayah akan menepati janji." Kata Sarang lebih pada dirinya sendiri. "Setidaknya mereka tidak menyerah untuk mengobatinya."

"Itu saja laporan hari ini."

"Terimakasih, Nek."

Nenek membungkuk dan melangkah mundur. Sarang yang sudah siap pun, dijemput oleh Paman. Mereka berangkat ke rumah sakit tak lama setelah itu.

Taewong memperhatikan Nonanya yang terdiam dan hanya memperhatikan jalanan sejak tadi. Ada beberapa hal yang perlu dia sampaikan, tapi apa ini saat yang tepat? Sepertinya Sarang sedang hanyut dalam pikirannya sendiri.

"Sudah hampir Desember." Gumam Sarang seraya bersandar ke jendela.

"Ya, Nona." Timpal Taewong lega. Ini mungkin saatnya bicara. "Itu artinya sebentar lagi ulang tahun Anda juga."

"Oh, ya?" Sarang mengingat-ingat. Apa ada memori soal itu dalam kepalanya. "Hmm.. ya, pesta akhir tahun perusahaan."

Sarang teringat informasi yang dia dapat dari salah satu sesi pelajaran di kelas penerusnya. Itu adalah pesta akhir tahun yang diadakan setiap tanggal 24 Desember. Sejak kelahirannya, pesta akhir tahun perusahaan selalu diadakan sehari sebelum ulang tahunnya. Itu dilakukan untuk menghemat pengeluaran keluarga dan perusahaan.

Happy Ending Buat Bias KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang