Bab – 1 Surat Misterius
For Renjani
Gue gak bakal bertanya sama lo untuk 'lo mau gak jadi pacar gue',
Tapi lo emang harus jadi cewek gue.
—
Kening seputih susu itu mengerut dalam ketika mengambil sebuah post it lengkap dengan cokelat. Ketika Renjani masuk ke dalam kelas, ia sudah di hadapkan dengan surat misterius di atas mejanya.
Ini adalah yang kelima kalinya Renjani menemukan surat itu di atas meja setiap pagi. Ia tidak tahu siapa pengirimnya. Dan Renjani tidak ingin mencari tahu. Mungkin pengirim surat itu hanya iseng untuk mengerjai Renjani saja. Ya, begitu bisa jadi, kan?
Anak-anak Tunas Bangsa memang seperti itu, kan. Tidak pernah membiarkan hidup satu sama lain tenang.
"Morning..." Suara keras Inggit menyadarkan Renjani yang masih bergeming sambil menekuri post it dengan tulisan pernyataan cinta tersebut. Lalu berdehem singkat.
"Woy, Renja, pagi-pagi dah ngelamun aja. Kesambet ntar." Inggit berkata di akhiri dengan tawa. Tangan kanan merangkul pundak Renjani. "Dapet surat misterius lagi lo, Ja?" tanyanya ketika melihat sesuatu di tangan Renjani.
Renjani melepaskan rangkulan Inggit karena tidak nyaman. Kemudian duduk dan mengangguk sebagai jawaban. Sama seperti hari-hari sebelumnya disaat Renjani mendapatkan surat dan cokelat itu, ia selalu memasukkannya ke dalam laci meja. Sekarang pun sama.
Inggit lantas duduk di samping Renjani. Menyimpan tas di atas meja. "Masih belum tahu juga siapa pengirim surat-surat sama cokelat itu?" Inggit bertanya. Ikut penasaran. Ia merubah duduk menjadi menghadap Renjani sepenuhnya. Mengamati wajah cantik Renjani dari samping.
"Hem." Renjani hanya bergumam. Tidak terlalu memusingkan siapa orang yang mengirimi Renjani surat dan cokelat setiap hari.
"Kira-kira siapa ya, yang jadi penggemar rahasia lo, Ja?" Justru Inggit yang merasa penasaran.
Renjani membuka tas, mengambil buku paket yang kemarin ia pinjam dari perpustakaan. "Gak usah pusingin soal yang gak penting, sih, Git!" Katanya memberitahu. Renjani menghela nafas kasar dan menoleh pada Inggit dengan wajah penasarannya.
"Emang lo gak penasaran, Ja?" tanya Inggit. "Ini udah hari keberapa gitu lo dapet yang kayak begituan. Lo gak mau cari tahu siapa orangnya? Gak takut kalau itu surat dari orang psiko? Sekarang, kan udah banyak banget kali yang lakuin kayak beginian. Lo—"
"Pikiran lo kejauhan. Udah ah, gue ke perpus dulu, mau balikin buku." Renjani bermaksud menghindari ucapan-ucapan Inggit yang nantinya akan membuat pusing. Gadis itu buru-buru beranjak sebelum nanti Inggit menarik tangannya dan mencegahnya seperti biasa.
Namun, di lorong menuju perpustakaan, ia malah dihentikan oleh seseorang. "Renjani." Orang itu memanggilnya. Dia adalah anak cowok kelas 12 IPS
Renjani mengerutkan kening. "Lo manggil gue? Kenapa?"
"Nih, ada titipan buat lo." Dika—Renjani membaca nametag di dadanya.
"Dari siapa?" Renjani bertanya. Matanya menatap post it di tangan Dika. Ia jadi curiga kalau itu adalah post it sama yang biasa ia temukan di mejanya setiap pagi.
Dika menoleh ke arah lapangan umum. "Dari... Lah—" Nampak wajah Dika menjadi pucat. Kepalanya mengelilingi area lapangan seperti sedang mencari seseorang.
"Cari siapa sih lo?" tanya Renjani ikut mengedarkan kepala serta pandangan. Renjani yakin, orang yang menerornya dengan pernyataan cinta itu ada di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga Renjani (Terbit Cetak)
Teen FictionDi tengah kehidupan remaja yang penuh dengan harapan dan impian, Renjani Senja seorang gadis berusia 17 tahun, dirinya harus di hadapkan pada satu kehidupan yang sulit. Ia hamil di saat dirinya masih status siswi Tunas Bangsa. Siswi yang enam bulan...