Fifth : Melon Milk's Favo

1.1K 120 12
                                    





Happy reading








•°•°•°•°•°•°;•°•°•°•°•°•

Dulu, tidak peduli kapanpun itu satwira tidak pernah pulang ke mansion. Ada apartment pun dia jarang kembali kesana. Hampir 3/4 waktunya habis di kantor. Bergelut dengan berkas-berkas penting dan laptop.

Sebut saja si gila kerja. Satwira kalau diberikan pilihan liburan atau kerja. Dengan lugas tanpa pikir panjang, akan memilih kerja.

Kalau ditanya kenapa? Dia cuma malas.

Bolak-balik pergi dari Mansion ke kantor buang-buang banyak waktu. Yah, apartemen dekat. Tapi waktu adalah emas maka satwira memilih untuk tidak pulang.

Mansion dan kantornya cukup jauh. Perjalanan pulang pergi bisa mencapai 1 jam sendiri.

Sedang apartemen yah, 10 menit.

Lagipula pulang atau tidaknya dia, tidak ada yang menunggu. Semua anggota keluarga Mahagar punya ke sibukan masing-masing.

Satwira cuma merasa tidak ada yang menyambutnya meski ia pulang.

Tapi sekarang berbeda, satwira punya anak.

Anak mungil yang imut seperti bayi.

Anaknya Navishka Mahagar.

Anak manis yang sekarang membuat satwira, Titan gila kerja duduk dengan tidak nyaman dalam ruangan rapat.
Sejak tadi dia melirik ke arah jam tangan Patek Philippe miliknya.
Rasa-rasanya waktu berjalan lambat sekali. Pemaparan yang disampaikan oleh orang yang akan diajak kerja sama, sama sekali tidak masuk kedalam pikiran putra kedua Mahagar itu.

Melihat tuan nya yang gelisah, few mendekat.

"Apakah ada yang mengganggu tuan?"

Sarwira berdecak lirih, menyorot tajam pada asisten pribadinya yang sudah 9 tahun bekerja dengannya. Masih bertanya, tidak kah terlihat wajah tertekan nya yang ingin segera pulang ini?

Dia ini ingin bertemu anak manis nya. Apakah masih kurang jelas? Dengan dongkol, satwira berbisik pada few.

"Cepat akhiri rapat ini, membosankan."

Few sedikit terhenyak. Apa katanya tadi membosankan? Sejak kapan tuan nya mudah bosan dengan hal-hal seperti ini. Laki-laki itu tidak habis pikir.

"Cepat, few. Atau kau ku pecat sekarang."

Few menunduk sopan, tanda mengiyakan. Dia cuma menjaga ladang uangnya. Jadi setelahnya dia berdehem lirih.

"Ehemm, tuan dan nyonya sekalian maaf mengganggu tapi rapat hari ini dicukupkan. Terimakasih atas pemaparan nya. Untuk berkas kerjasamanya akan di urus esok hari."

Setelah mengucapkan itu, few membungkuk 45° dan mempersilahkan para tamu untuk beranjak keluar ruangan.

Tepat saat rapat di akhiri, satwira langsung berdiri. Meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun.
Tidak peduli pada mata yang mencuri pandang kearahnya. Terserah. Yang terpenting satwira akan pulang sekarang. Dia akan bertemu buntalan manisnya.

Sound from HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang