Sepulang sekolah seperti biasa Aca menunggu kedatangan Agung sang Ayah untuk menjemput dirinya. Aca menunggu sembari membaca kembali dua surat yang dilemparkan oleh Gerald tadi saat sedang melakukan presentasi. Ketiga teman Aca sudah pulang duluan, mereka pulang bersama pacar masing-masing. Tanpa Aca sadari sedari tadi, Gerald ternyata memperhatikannya dari arah
kejauhan. Aca sekarang sudah tahu dengan keputusannya, dia akan menolak Gerald karena dia takut jika nantinya akan timbul masalah yang lebih besar lagi. Aca sudah mempersiapkan kata-kata yang halus
untuk menolak Gerald, agar dia tidak sampai menyakiti hati Gerald. Aca memasukkan kembali surat - surat yang tadi dibacanya ke dalam tas, tak lama setelah itu Gerald datang menghampiri Aca, dia membawa satu lembar surat lagi kepada Aca.“Bacanya nanti aja di rumah, jangan lupa chat aku ya.” Lalu, Gerald hendak kembali kepada teman - temannya, tapi suara Aca berhasil menghentikan langkahnya.
“Tunggu!” teriak Aca. “Tapi kayaknya lebih baik aku ngomong langsung di sini, aku gak bisa terima kamu,” lanjutnya.
Gerald membalikkan tubuhnya kemudian menghampiri Aca. “Kenapa? Kan udah aku bilang, kasih jawabannya nanti aja di chat. Kamu bisa pikirin dulu jawaban yang bener.”
“Aku gak bisa terima kamu, maaf banget. Bukan karena apa, tapi karena aku gak mau orang tua aku marah,” jelas Aca.
Tidak ada jawaban apapun yang Gerald berikan, dia akan tetap menunggu Aca mengirimnya pesan. Gerald berlalu dari hadapan Aca dan meninggalkan gadis itu sendiri. Lima menit kemudian, sebuah
sepeda motor berhenti tepat di hadapan Aca, dia adalah Agung Ayah Aca. Cepat-cepat Aca naik ke motor Agung.
Hanya memakan waktu lima belas menit saja agar bisa sampai di kediamannya, Aca turun dari motor dan masuk ke rumahnya dengan wajah kusut. Dewi, Ibunya sudah menunggu sejak tadi kepulangan Aca. Seperti biasa, pulang sekolah Aca harus mencuci pakaian, mencuci piring dan membersihkan rumah. Kurang baik apa lagi Aca, tapi tetap saja dia masih selalu dibandingkan dengan Farhan, Kakak laki-lakinya.“Ca, cuci baju ya itu udah numpuk. Habis itu jangan lupa beli air, di kamar mandi air mati,” perintah Dewi.
“Iya bu,” jawab Aca patuh.
Sebelum memulai kegiatannya, Aca berganti pakaian terlebih dahulu. Baru setelah itu dia mulai mencuci baju, membeli air sesuai perintah Dewi dan terakhir mencuci piring. Namun ketika sedang mencuci piring Aca kembali ingat dengan surat-surat yang ada di tasnya, dia takut Farhan akan
dengan lancing membuka tasnya. Karena terburu-buru, Aca tanpa sengaja membuat satu buah piring pecah.
Dewi yang sedang santai di ruang tamu, ketika mendengar suara pecahan piring segera menghampiri Aca ke dapur. Dewi membulatkan kedua matanya saat melihat di lantai banyak pecahan kaca, harga piring yang Aca pecahkan tidaklah mahal, tapi sayang sekali itu adalah piring yang baru saja Dewi beli tadi siang.“Ya ampun, kamu tuh kenapa sih Ca? Bisanya buat ibu marah terus, beda banget sama kak Farhan.
Walaupun dia laki-laki tapi dia bisa lebih apik jaga barang,” omel Dewi.
Aca menundukkan kepalanya, kemudian berucap, “Maaf bu, Aca gak sengaja,” ucapnya dengan suara bergetar menahan tangis.
“Oke, ibu maafin. Tapi uang jajan kamu buat besok ibu potong, buat beli piring baru lagi!” ucap Dewi dengan tegas. Setelah itu, Dewi kembali ke ruang tamu dan bersantai di sana. Sementara Aca harus membersihkan pecahan kaca yang masih berserakan di lantai.
Nasib, Aca tidak akan pernah menyalahkan nasibnya dan takdirnya, Aca juga tidak akan pernah menyesali kenapa dia lahir dalam keluarganya yang tega kepadanya seperti ini. Karena Aca berpikir dia masih mempunyai teman-teman yang baik di sekolahnya, sehingga masih ada orang yang bisa
menyemangati Aca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Bahagia
Novela JuvenilIni kisah tentang Acha yang selalu dibandingkan dengan kakanya, dan anak Strict Parents yang memulai hubungan secara sembunyi dari semua orang. Yuk saksikan kelanjutan cerita Acha. Jangan salin ceritaku ya, harus saling menghargai jadi manusia Ga s...